Top Comment :

Bisnis Dolar

Senin, 28 Desember 2009

BraveVolitation.com

BACA E-MAIL DAN KLIK IKLAN DIBAYAR GILA-GILAAN DOLLAR

Bro ada program yang sangat menarik nich buat kalian yang ingin menambah dollar.Program ini namanya Link2communion.com sangat muah dijalankan oleh siapapun! Cuma baca E-mail kita dibayar $400 klo dihitung dalam rupiah sekitar 4 jutaaaan/E-mail Blom lagi pas ente daftar GRATIS dan yang lebih heboh lagi pas Daftar langsung dapet $ 3500 atau sekitar 35 Jutaan BRoooo! Yang belum daftar silahkan Daftar dan NGaak ada ruginya SOALNYA GRATIS Pembayarannya ATAU transfer bisa lewat AlertPay, Check, E-Bullion, E-Gold, MoneyBookers,
Liberty Reserve, Money Order, Western Union.

NO SCAM.........
CARA MENDAPATKAN DOLLARS ($) LEWAT INTERNET TANPA MODAL SATU SEN PUN ( GRATIS.........), HANYA DENGAN KEMAUAN UNTUK MENCOBA & KESABARAN SEBAGAI MODALNYA
TIPS YANG HARUS DIPERHATIKAN :
- Satu Nama
- Satu E-mail
- Satu Account &
- Satu IP ( Internet Protokol )
Artinya, anda tidak diperkenankan membuat lebih dari satu nama, email & account dalam satu IPLangkah-langkah yang harus anda baca dulu sebelum anda memutuskan untuk bergabung :
1. klik/ copy link ( URL ) dibawah ini :
http://bravevolitation.com/pages/index.php?refid=hagemaru

2. Anda akan masuk ke web yang anda klik.
3. Pilih menu Join now dan masukan E-mail anda ( email yang valid ) dan klik Continue
4. Setelah beberapa saat..cek Email anda dan klik link ( URL ) nya untuk memulai registrasi
5. Untuk kolom Select categories of interests to you centanglah pilihan lebih dari satu
6. Anda akan diminta untuk mengisi data yang benar, karena data inilah yang akan dipakai untuk payout ( pembayaran ).
7. Untuk Payment Methode, pilih WESTERN UNION ( Jasa transfer uang yang gak ribet dan gak perlu punya account ).
8. Usahakan luangkan waktu untuk cek account anda tiap hari, karena selalu ada iklan yang bisa anda klik
( PTc ) Paid To click, juga di inbox nya 3 hari sekali ada iklan yang harus anda klik, karena di inbox Ptc nya lumayan gede lho.
9. Semakin anda rajin maka Earnings ( Pendapatan ) anda akan cepat memenuhi syarat , apabila sudah
memenuhi syarat anda dapat melakukan Request untuk payout nya.
- Untuk Link2Communion syarat earning yg terkumpul sebesar US $ 50.000,-
10. Setelah earnings anda mencukupi, anda request untuk payout nya dengan meng klik Redemption, maka
akan terbuka 4 katagori yang akan di redemp, karena keanggotaan anda gratis...pilih yang Free Member
11.Tunggu balesan nya di E-mail anda yang akan berisi :
- Nama Sipengirim
- Nama yang berhak menerimanya
- Kode MTCN ( Money Transfer Controll Number )
12. Kalau sudah dapat pada point 10....anda print deh...trus bawa deh ke Bank yang ada layanan
Western Union nya.
13. Pihak bank akan mengkonfirmasikan ke absahan data anda ( makanya saat regristrasi gunakan data yang sesuai dengan KTP anda ).
14. Sudah...anda menjadi Jutawan Sekarang...gampangkan...asal mau coba aja koq..tapi jangan lupa zakat nya dikeluarkan ya...supaya berkah....
15. Forwad Messages ini ke teman2 anda..karena semakin banyak teman anda yang bergabung semakin cepat uang anda terkumpul...
selamat mencoba & terima kasih


BraveVolitation.com

Read more...

Yang tak terlupakan

Jumat, 25 Desember 2009

Cerita ini merupakan pengalaman pribadi yang sangat berkesan sekali bagi saya. Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Awalnya bermula pada pertengahan masa-masa kuliah saya di sebuah Perguruan Tinggi ternama di Jakarta. Bukan apa, selama ini entah kenapa selalu timbul rasa penasaran dalam diri saya untuk ingin mengungkapkan semua yang pernah terjadi pada diri saya. Secara kebetulan saya bertemu dengan seorang teman sekerja dan menyarankan untuk menceritakan kembali pengalaman saya ini. Terus terang saya baru tahu ada site semacam ini di Internet.

Saya sangat tertarik dan ingin membagi cerita pada seluruh pembaca. Tentang kenyataan yang ada dan mungkin sering terjadi disekeliling kita. Kelebihan dan kekurangan dari isi cerita ini adalah menurut yang saya alami. Terserah apapun tanggapan dari para pembaca. Dan ucapan terima kasih saya kepada 17thn bila cerita sederhana ini dimuat. Sebutlah nama saya Fandy tetapi teman-teman biasa memanggil saya Andy saja.

Saya mengenal sex bisa dikatakan belum terlalu lama juga. Baru mulai semester 3 semasa duduk dibangku kuliah dulu (saat itu usia saya baru 20 tahun). Kali pertama keperjakaan saya terenggut oleh mbak Dewi (salah seorang karyawati XXX di kampus yang sempat menjadi kekasih saya selama kurang lebih 2 tahun). Semenjak itu sex bagi saya seolah sudah menjadi salah satu kebutuhan utama sehari-hari. Saya seolah terjebak dengan keindahan fantasi kenikmatan surgawi yang mbak Dewi berikan dan ajarkan kepada saya.

Hubungan saya dengan mbak Dewi bisa dibilang lumayan lama juga, dan malahan sampai beberapa kali membuahkan kehamilan. Meski begitu mbak Dewi selalu saja menggugurkannya. Hal ini terjadi berulang sampai lima kali. Gila memang, tetapi entah kenapa mbak Dewi justru sangat menikmati hasil perbuatan saya selama hampir kurang lebih 2 tahun hubungan asmara kami itu berlangsung. Saya tidak tahu apakah itu termasuk suatu penyimpangan perilaku atau bukan. Yang jelas setiap kali terjadi kehamilan dengan bangga ia memberitahukannya kepada saya dan mengatakan bahwa saya adalah pria paling hebat yang pernah dikenalnya.

Bagi saya sendiripun mbak Dewi adalah segala-galanya. Meski secara fisik ia lebih tua hampir 5 tahun dibanding usiaku, namun itu tidak menjadi beban dan halangan bagi saya untuk mengasihi dan menyayanginya sebagai layaknya seorang kekasih. Kuakui saya bukanlah pria pertama dalam kehidupan cintanya, tetapi itu bukan masalah karena saya sangat mencintainya. Memang meski secara resmi kami belum menikah namun untuk masalah sex kami sudah melakukannya sebulan semenjak pertama kali saling berkenalan. Bercinta dengannya seakan tak pernah bosan.

Sex menurutnya adalah suatu keindahan yang setiap saat harus bisa dinikmati. Ibarat nasi, 2 atau 3 hari saja rutinitas intim itu tertunda pasti keesokan harinya mbak Dewi langsung uring-uringan tanpa alasan yang jelas. Kalau sudah demikian hanya ada satu obat paling manjur untuk mengatasinya. Meredamnya dengan buaian-buaian kenikmatan surgawi. Menurutnya saya adalah pria yang paling berharga dan paling menggairahkan dalam hidupnya. Saat itu sudah begitu besar keyakinan dan perasaan cinta saya terhadapnya dan kukira begitu pula sebaliknya. Dan tak pernah terlintas sekalipun di benak saya hubungan indah ini akan berakhir begitu saja.

Sampai suatu ketika, kebetulan saya ada suatu keperluan mendadak yang sangat penting dan harus ke Bandung selama hampir 2 minggu. Mbak Dewi melepas kepergianku dengan berat hati. Ia tak akan sanggup bila terlalu lama berpisah denganku. Saya sendiri sangat memaklumi perasaannya. Bagaimanapun selama ini tiada hari tanpa kami lewati bersama-sama. Saya ingin mengajaknya turut serta namun itu berarti ia harus bolos kerja. Aku tak menginginkan itu jika ia sampai kena teguran lagipula saat itu saya tak meragukan kesetiaannya.

Namun kenyataannya tanpa pernah kuduga sama sekali mbak Dewi melakukan kesalahan besar dan membuat geger karena tertangkap basah sedang melakukan hubungan intim dengan salah seorang dosen senior. Hanya sehari sebelum kedatanganku pulang. Fatalnya mereka melakukannya justru disalah satu ruang kantor ketika pegawai yang lain sedang mengikuti rapat rutin mingguan. Memalukannya lagi kejadian tersebut sempat menjadi tontonan gratis beberapa orang mahasiswa yang kebetulan mengetahui kejadian mesum tersebut.

Terus terang saya sangat kecewa, malu dan sakit hati dengan perbuatannya tersebut. Saya benar-benar tidak menyangka mbak Dewi tega menghianati saya dan berselingkuh dengan orang lain. Saya merasa benar-benar telah tertipu dengan perasaan saya sendiri. Padahal saya sangat menyayangi mbak Dewi sebagaimana layaknya seorang kekasih bahkan calon istri. Saya tidak pernah menghianati cinta saya kepadanya, karenanya ini benar-benar sangat menusuk perasaan. Akhirnya karena terlanjur malu mereka berdua menikah hanya kurang dari 1 minggu semenjak kejadian memalukan tersebut. Mbak Dewi setengah mati berusaha meminta maaf kepadaku atas segala perbuatannya. Dia mengaku khilaf dan meminta pengertianku.

Meski dengan berat hati apapun alasannya saya berusaha memaafkan dan mengikhlaskan semuanya. Saya berusaha untuk tak menemuinya lagi. Hal ini terasa terlalu sangat menyakitkan. Namun anehnya, hanya 2 hari menjelang pernikahannya entah kenapa aku merasa begitu cemburu dan ingin sekali berjumpa dengannya. Seolah tahu akan perasaan dan keinginanku, mbak Dewi ternyata memang telah menunggu kedatanganku. Tidak perlu saya ceritakan detilnya, yang jelas saat itu kembali terulang kemesraan yang biasa kami lakukan sebelum kejadian tak mengenakkan tersebut. Bahkan saking rindunya saya sampai menyebadaninya berulang-ulang kali tanpa henti selama beberapa jam. Apalagi bila melihat kemolekan dan kemulusan kulit tubuhnya yang tergeletak pasrah telanjang bulat diatas ranjang begitu mempesona penglihatanku. Membuat gairah birahiku terus bergelora seakan tak pernah padam.

Kenikmatan demi kenikmatan kami raih dan entah sudah berapa kali kami berdua saling menyemburkan cairan kenikmatan. Rintihan dan erangan kepuasan berulang kali terdengar lembut dari mulut mungilnya yang indah. Kedua bibir merahnya selalu digigitnya gemas setiap kali kuberhasil memberinya seteguk demi seteguk anggur kenikmatan. Seakan pengantin baru hampir sepanjang siang sampai sore kami berdua menikmati indahnya surga dunia meskipun hanya sesaat itu saja. Kusadari sepenuhnya bahwa kemungkinan ini adalah terakhir kalinya kami dapat tidur bersama. Satu yang tak bisa kulupakan hingga detik ini dan sampai kapanpun juga, hasil perbuatan kami tersebut ternyata kembali membuahkan kehamilan. Hanya saja kali ini mbak Dewi sama sekali tidak menggugurkannya sebagai bukti rasa kasihnya kepadaku.

Beruntung suaminya tidak pernah curiga dengan kehadiran anak laki-laki pertama mereka yang mukanya sangat mirip sekali denganku. Saat ini usianya hampir menginjak 4,5 tahun. Hampir 3 minggu kemudian setelah pernikahan mereka kami mulai jarang bertemu apalagi bertatap muka. Di kampus pun mbak Dewi seakan berusaha menghindar bila melihat kedatanganku. Aku berusaha mengerti atas semua sikapnya karena bagaimanapun juga ia sekarang telah menjadi milik orang lain. Aib yang ia alami dulu seolah menjadi trauma yang memalukan baginya. Hari-hari yang biasanya selalu indah ceria seakan berubah dan berbalik 180 derajat. Saya sering melamun dan dilanda rasa cemburu yang berlebihan. Ingin marah tetapi entah kepada siapa.

Pada dasarnya saya bukanlah orang pendendam, sehingga sedikitpun tidak ada keinginanku untuk membalas semua perbuatannya. Hanya saja rutinitas sex yang biasanya saya lakukan hampir setiap hari bersama mbak Dewi seakan terhenti total. Hal ini ternyata sangat mengganggu pikiran dan baru saya sadari setelah sekitar 3 minggu kebiasaan rutin tersebut terhenti. Bagaimanapun saya adalah laki-laki normal yang sebelumnya sudah terbiasa melakukan rutinitas sexual. Saya kira pembaca pasti mengerti apa yang saya maksudkan.

Itulah kenyataannya, pada mulanya saya sering merasa pusing tanpa sebab, sering sampai tidak bisa tidur dan yang paling menyiksa bila alat kelelakian saya hampir setiap saat sering tegang sendiri. Kalo sudah begitu bisa sehari semalam saya tidak bisa tidur sama sekali. Saya sendiri bukanlah pria yang senang bermasturbasi atau onani. Sejak dulu bisa dikatakan hanya sekali atau dua kali saja saya melakukannya sebelum mengenal mbak Dewi. Setelah itu paling sering justru mbak Dewi sendiri yang melakukannya bila ia sudah tak sanggup lagi melayaniku atau kalau kebetulan dia sedang kepingin melakukan oral sex.

Aku hanya tersenyum geli dan mengiyakan permintaannya yang sedikit diluar kebiasaan. Karena terus terang saya lebih senang mengeluarkan air mani saya didalam liang vaginanya. Mungkin karena saat itu saya merasa hanya mbak Dewi saja satu-satunya wanita didalam hidup ini yang paling kucintai, saya mengira hanya mbak Dewi sajalah yang memiliki (maaf) liang vagina paling nikmat di dunia. Lucu memang. Dan setiap kali bahkan sampai kapanpun saya akan selalu teringat atas segala keindahan dan pesona sexual yang dimilikinya.

Bercinta dan bersetubuh dengannya membuatku benar-benar merasa sangat berharga dilahirkan sebagai seorang laki-laki. Saya merasa bangga dan bahagia bisa melihatnya merintih merasakan kenikmatan yang kuberikan dan membuatnya orgasme hingga berkali-kali. Mbak Dewi sangat menyukai perlakuanku setiap kali aku memuasinya. Mungkin saja dia termasuk golongan wanita yang hiperaktif, karena apapun bentuk kenikmatan yang sedang dirasakannya ketika orgasme selalu diekspresikan seketika itu juga. Menjerit, memekik, menggeliat bahkan kadang sampai menendang-nendang. Bila sedang mencapai puncak mbak Dewi seakan seperti terkencing-kencing dan begitu hebat tubuhnya menggeliat sambil menyemprotkan cairan kemaluannya.

Terkadang saya nggak pernah habis pikir bila mbak Dewi sedang berada di puncak gejolak birahinya. Bila sedang orgasme cairan yang disemburkannya relatif sangat banyak untuk ukuran wanita seperti dia. Mungkin jauh lebih banyak dibanding semburan air mani pria manapun juga. Dan uniknya mbak Dewi sanggup melakukannya berkali-kali. Bila sedang terangsang paling tidak saya harus mengulang menyetubuhinya maksimal sebanyak 7-8 kali dalam setiap permainan. Mbak Dewi selalu memuntahkan cairan orgasmenya sampai menyembur keluar dari liang vaginanya. Persis seperti air mancur kecil. Waktu itu saya tidak tahu apa setiap wanita memang begitu adanya bila sedang orgasme. Bila sudah demikian dengan sabar terpaksa saya harus mencabut keluar batang penis saya dari jepitan liang vaginanya agar cairan kewanitaannya bisa tumpah keluar. Kalau tidak, rasanya seperti sedang berada di dalam kolam renang air panas.

Dengan manja mbak Dewi mencium bibir saya mesra lalu segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan kemaluan dan selangkangannya yang basah. "Mmm ...cupp ... kau hebat sekali Andy ... mmm ..sebentar sayang ... aku ke kamar mandi dulu yaa ... cupp ...", bisiknya penuh kemesraan setelah orgasme pertamanya selesai. Ia tertawa kecil melihat alat kelelakianku yang basah berlendir terkena semburannya. Sementara diatas sprei juga tampak mulai basah tersiram cairan orgasmenya yang luar biasa banyaknya. "Oooh ... kau luar biasa sekali Dewi ... benar-benar membuatku terangsang ...", ujarku takjub. "O yaaa ... mmm ..sabar sayang ... tunggu saja giliranmu ...mmm ...cupp ... aku juga menginginkan semburanmu Andy ...hhh .. aku ingin benih kita benar-benar menyatu sayang ...mmm ..", bisiknya genit. Dua menit kemudian ia kembali lagi keatas ranjang dan menyuruhku langsung menyetubuhinya seperti semula. Demikian berulang-ulang saya selalu melakukannya sampai sebanyak 4-5 kali dan begitu pula ia selalu membersihkan diri ke kamar mandi setiap kali selesai orgasme. Selebihnya biasanya mbak Dewi hanya bisa terbaring lemas kelelahan diatas kasur.

Ia memang sangat sensitif dan mudah sekali orgasme. Setiap kali alat vitalku menekan kedalam dan merangsang dinding vaginanya, paling tidak selama kurang lebih 2-3 menit mbak Dewi sudah mencapai klimak dan cairan orgasmenya langsung menyemprot keluar mengguyur batang kelelakianku. Karena itu, setiap kali menyetubuhinya harus saya lakukan secara perlahan-lahan. Jangan sampai penis saya menggesek liang vaginanya terlalu cepat.

Waktu sudah menjelang sore ketika ia kembali mencapai klimak, .... kucabut keluar alat kejantananku yang liat dan panjang dari dalam jepitan liang vaginanya. Mbak Dewi sontak menggeliat dan mengejan sambil mengangkat pinggulnya keatas. Aku segera bergeser sedikit ke sisi kanan tubuhnya. Dan ... Pyuuurrr ... untuk kelima kalinya cairan orgasmenya menyemprot keluar dari sela-sela celah vaginanya membasahi selangkangannya sendiri dan sebagian sprei tempat tidur. "Fuuuhhh ... kau keluar lagi Dewi .... nikmat ya sayang ...". "Aaahh ...Andy ....nngghh ......uuwwwhhh ....ooohhh ..", pekiknya keras setengah tertahan sebelum akhirnya pinggulnya terhempas kembali keatas ranjang.. Sejenak kuusap seluruh batang kejantananku yang basah kuyub dengan selimut, lalu dengan bernafsu kuarahkan kembali kepala penisku yang semakin mengkilat ke liang vagina mbak Dewi yang mulai menutup rapat lagi.

"Aaww ...uuuuhhh .... Andy ...", rintihnya nikmat sambil memelukku lagi. Aku kembali mengayuh naik turun menggoyang tubuhnya. Memberikannya kenikmatan. Mbak Dewi hanya menatapku pasrah melihatku kembali menyetubuhinya seakan ingin membuat dirinya orgasme berulang-ulang kali tanpa henti. " Su ...sudah Andy ... a ..aku lemas sekali ... aku bisa keluar lagi ...oohh ..... ja ..jangan ... jangan sekarang Andy .... oooww ... ooww ...uuuuuhh ... yaaahh ... ", rintihnya lemas menahan nikmat ketika hanya dalam 2 menit cairan orgasmenya yang panas kembali menyembur dan seolah mendorong kepala penisku keluar.

Untuk kesekian kali kembali kucabut batang kelelakianku dari jepitan rapat liang vaginanya. Dan ... pyuuur ... cairan orgasme mbak Dewi langsung tumpah keluar membasahi bibir kemaluan dan selangkangannya lagi. Sebagian besar langsung meresap kedalam sprei tempat tidurnya yang semakin basah lembab berair. "Wooww ... kau luar biasa sekali Dewi ... mmm ... kau cepat sekali keluar sayang ...", ujarku takjub. "Nngg ...hhh ...su ..sudah Andy ... aku lemas sekali ... oohhhh ... ayo dong Andy sekarang giliranmu ... beri aku semburanmu sayang ...", rintihnya lemas. "Mmm ... sebentar lagi sayang ... kau menggairahkan sekali Dewi ... hhh ...aku ingin melihatmu orgasme sekali lagi ....", ujarku gemas sambil kubenamkan kembali batang penisku yang besar dan panjang ke dalam liang vaginanya. "Nngghh .... ja ..jangan Andy ...a..aaku lemas sekali ......aawww ..", rintihnya kecil ketika batang kelelakianku kembali menembus dan membelah liang vaginanya sampai menekan peranakannya. " Ooohh Dewi ... ahh ... nikmat sekali sayang ....", erangku keenakan merasakan gesekan lembut dinding vaginanya yang basah dan rapat. " A.. ahh ...Andy ... a..aku bisa pingsan sayang ... nnnnggghh ... ja ..jangan teruskan Andy ....aaaww ... oohh .. duh gusti ... uuuuuuuuhhh .. ooww ... ooww yaaahhh ..", pekiknya nikmat ketika begitu singkat ia kembali orgasme entah untuk kesekian kalinya. "Wooowww ... Dewii ... kau luar biasa sekali sayang ... mmm ... oohh ... vaginamu mudah sekali terangsang sayang....", ujarku gemas melihatnya kembali mereguk anggur kenikmatan.

Kurasakan cairan kewanitaannya yang menyembur hebat berusaha mendorong batang kelelakianku keluar. " Aahhh ... A...andy ... su ..sudah ..sudah sayang .... aku sudah lemas sekali ...", rintihnya semakin lemah. Kupandangi wajah cantiknya yang berkeringat. Terlihat rona-rona kenikmatan yang amat sangat terbayang di wajahnya. Bibir merahnya yang mungil sedikit megap-megap mengatur napas. Aku tersenyum bahagia melihatnya. Kukecup lembut bibirnya yang hangat dan mengajaknya bercumbu untuk sesaat. "Andy ... kenapa kau belum juga keluar sayang .... oohhh ..berapa lama lagi aku harus menunggumu sayang ... a ...aku sudah lemas sekali Andy ...", bisiknya masih kelelahan. "Fuuhh ... nanti saja sayang ... kita istirahat dulu ....", ujarku penuh kasih sayang. Aku jadi tak tega melihatnya. "Andy ... jangan begitu sayang ... lakukanlah ... aku juga ingin melihatmu puas ...ayo dong sayang ... jangan bersikap begitu ..", bisiknya mesra. "Tapi kau masih letih Dewi .... kau bisa keluar lagi nanti ...", ujarku khawatir. "Hehh ... lakukanlah Andy ... aku tak peduli sayang ... atau ...atau aku akan meng-onani alat vitalmu ...", ujarnya nakal. "Wooww ...kau nakal sekali Dewi ... tadi kau minta berhenti ... mmm ternyata kau masih kurang puas juga sayang .. mmm cupp ...ok .. kau ingin melihatku puas juga sayang ....", bisikku penuh gairah. Mbak Dewi tersenyum gemas lalu mencubit pinggulku mesra. "He-eh .. Andy ... kau tahu aku sangat menyukainya sayang .... semburan hangatmu yang mmmm ...", bisiknya lembut penuh gairah.

Selama kurang lebih 3 menit aku kembali menggoyang pinggul turun naik menyetubuhinya. Dinding vaginanya yang hangat dan lembut seakan meremat-remat hebat pertanda mbak Dewi akan segera orgasme kembali. "Andy ...ooh ...Andy ...duh gusti ... aku mau keluar lagi ... ooh ... oohh ja ..jangan terlalu cepat sayang .. a...a ..aku... ooww ..oww ..uuuuww ....", pekiknya kuat menahan rasa nikmat. " Keluarkanlah Dewi ... yaahh ... aku ingin merasakan semburanmu ....ssshhh ...." "A...andy ... sekaraaang .....sekarang .... aakkhhhh .. oooowwwwwhgk ", teriaknya tertahan. Secepat kilat kucabut batang kelelakianku dari jepitan dinding vaginanya yang rapat lalu kugeser tubuhku kebawah sehingga mukaku kini persis berada diatas selangkangannya. Jemari tangan kananku secepat kilat meraih dan memlintir daging clitorisnya. Dan ... Pyuuuurr .... Kembali mbak Dewi memuntahkan keluar cairan orgasmenya yang bening. Begitu kuat semprotannya hingga sebagian besar sampai mengenai dan menyiram mukaku. Dengan cepat mulutku menangkap cairan kenikmatannya dan langsung kutelan nikmat. Terasa hangat dan encer. Mmmm ... tiada yang lebih nikmat dan indah kecuali merasakan seutuhnya air surgawinya. Kerongkonganku yang tadinya agak kering kini sedikit terasa lebih segar dan basah. Kukecup dan kukulum gemas pentil daging clitorisnya yang kemerahan. Sementara ujung lidahku menggapai masuk kedalam liang kemaluannya sembari menyedot sisa-sisa cairan orgasmenya yang masih merembes keluar.

Kali ini mbak Dewi benar-benar lemas tak berdaya. Napasnya semakin megap-megap karena nikmat luar biasa yang dirasakannya. Selangkangannya benar-benar basah kuyub oleh cairan orgasme yang berulangkali ia semburkan. "Mmm ... aku menyukai rasanya sayang .... aah ... kau menikmatinya Dewiku sayang ...",ujarku puas melihatnya tak berdaya. "A...andy ... a...a...aku su..sudah tak kuat lagi sayang ... oohh ..a..aku seperti terkuras Andy ...", rintihnya lemas. " Aku tahu sayang ... sekarang tidurlah .... kau kelihatan capek sekali ...", ujarku mesra. "Ka ..kau bagaimana sa..sayang ....", bisiknya setengah bingung melihatku masih belum terpuaskan. " Sudahlah Dewi ... tidak apa-apa ...tidurlah ...", kataku pelan.

Kupeluk mesra tubuh telanjangnya yang basah berkeringat dan menina bobokkannya. Kubelai dan kuremas lembut kedua buah payudaranya secara bergantian. " Oohh ..Andy ...aku akan memuasimu setelah ini sayang ... mmhh ....hhh ..hhh..", rintihnya perlahan sambil mengatur napas. " Sudahlah Dewi ... tidurlah dulu ... nanti setelah segar kau boleh memuasi aku ...Ok ..!", bisikku penuh kasih sayang. Dewi mencium bibirku sampai lama sekali sebelum akhirnya kemudian ia jatuh terlelap saking lelahnya. Wajahnya yang cantik terlihat sedikit pucat, namun tampak rona kepuasan yang tak terhingga terbayang disitu. Mulutnya yang indah merekah terlihat tersenyum. Senyum kepuasan.

TAMAT

Read more...

WANITA PENUH VARIASI

WANITA PENUH VARIASI

Nama saya Jeffry dan saya saat ini sedang kuliah di salah satu PTS di salah satu kota besar di Indonesia, dan hari ini adalah hari pertama saya datang ke kota ini karena besok perkuliahan saya sudah dimulai. Sesudah sampai dari kampung, maka saya segera menuju tempat kost saya karena saya sendiri sebenarnya belum mengenal kost baru itu. Sesampainya saya segera menekan bel tapi kemudian terdengar dari rumah sebelah seorang wanita setengah baya memanggil saya dan berkata,
"Kamu Jeffry yach?"
Dan saya menjawabnya,
"Iya, kok tahu?" tanya saya penuh rasa ingin tahu.
Lalu wanita itu segera berkata, "Nggak, saya adalah ibu kost rumah ini dan saya tinggal di sebelah sini."
Lalu saya bergumam,
"Ooh..."
Setelah itu ibu ini segera membawa saya untuk masuk dan mengenalkan tempat kost ini.

Ibu itu segera menerangkan keadaan rumahnya, rumah ini terdiri dari 4 tingkat dan di dalam sudah ada penghuninya yaitu sepasang suami istri yang menyewa tingkat 2, seorang wanita yang menghuni tingkat 3 dan 3 orang mahasiswa dari luar kota yang menghuni tingkat 4 yang terdiri dari 4 ruangan kamar 3x2 meter dan kami masing-masing menempati kamar-kamar ini, dan kamar untuk saya tepat menghadap ke arah tempat jemuran. Setelah itu saya pun berkenalan dengan para mahasiswa ini dan malamnya ketika kami sedang menonton TV (yang di letakkan di tingkat 3) tercium oleh saya wangi parfum yang sangat mengoda. Ternyata seorang wanita yang saya taksir berusia sekita 35 tahun naik ke atas dan dialah yang menghuni kamar di tingkat 3 ini.

Lalu saya pun segera berkenalan. Dia bernama Eva, meski sudah berumur tapi dilihat dari bentuk tubuh dan wajahnya dia tak beda dengan wanita usia 20-an. Wajahnya terlihat sangat manis belum lagi dada dan pinggulnya yang sangat menantang. Sungguh membuat saya menelan ludah. Lalu saya tahu dari ketiga temen saya kalau Mbak Eva ini bekerja di salon dan mungkin saja menjadi simpanan seorang pria, lalu saya mengangguk tanda mengerti.

Tak terasa saya sudah tinggal di kost itu hampir 2 minggu dan kalau di pagi hari rumah itu selalu kosong karena selain ketiga teman baru saya itu kuliahnya pagi, Mbak Eva juga selalu keluar rumah dan sepasang suami istri itu juga jarang pulang ke rumah ini. Singkatnya kalau pagi hari saya selalu sendirian, dan pagi ini saya bangun tentu saja suasana sunyi senyap dan saya melihat keluar jendela yang menghadap ke tempat jemuran tampak oleh saya dijemur celana dalam yang berwarna hitam dan tentu saja saya tahu kalau itu adalah celana dalam Mbak Eva, tapi entah kenapa timbul niat saya untuk melihat CD itu dari dekat. Lalu saya pun segera keluar dan setelah melihat situasi cukup aman saya segera mengambilnya ke dalam kamar saya dan di dalamnya saya segera mencium CD itu dan tercium wangi deterjen yang harum. Belum puas dengan tindakan itu, saya segera menurunkan celana sekaligus dengan CD saya dan segera memakai CD itu dan tampak oleh saya sangat memikat yaitu terdapat renda di sekelilingnya dan sekitar selangkangannya terdapat jala-jala yang kalau dipakai oleh Mbak Eva tentu akan tampak di jala-jala ini bulu kemaluannya.

Langsung saja kemaluan saya segera menegang dan setelah mengembalikan CD-nya ke tempat semula. Saya segera masuk ke kamar mandi untuk mandi dan tentu saja saya segera melakukan onani untuk memuaskan nafsu saya. Setelah kejadian itu saya hampir setiap pagi mempunyai kegiatan rutin yaitu mengamati CD Mbak Eva dan tentu saja memakainya sambil melihat keindahannya, dan tak lama kemudian saya sudah hampir dapat mengetahui jumlah CD Mbak Eva (mungkin karena selalu mengamati CD-nya ), CD Mbak Eva berjumlah sekitar 6 potong dan setiap potongnya mempunyai keunikannya baik dalam coraknya maupun warnanya sepeti warna hitam berenda, warna pink dengan lipatan lipatan kecil, dan warna kuning kilat. Tapi yang paling menarik menurutku adalah CD warna putihnya yang setengahnya yaitu bagian depannya terdiri dari renda dan bagian belakangnya terbuat dari sutra. Selain itu saya juga suka CD-nya berwarna biru langit dan di depannya yaitu tepat di arah selangkangannya terdapat gambar seekor kucing dalam gaya memberikan tanda "peace" (lucu juga CD ini dalam pikiranku).

Semuanya berjalan lancar hingga suatu pagi ketika bangun tentu saja saya segera melihat keluar dan tampak oleh saya CD Mbak Eva. Lalu saya bermaksud untuk mengambilnya untuk diamati. Begitu melepas jepitan jemurannya dan mengambilnya tiba-tiba terdengar ada suara orang naik ke atas dan tentu saja saya terkejut dan segera melempar CD-nya ke lantai lalu saya bermaksud kembali ke kamar saya, tapi baru sampai di pintu saya melihat Mbak Eva sedang memakai baju tidur terusannya dan Mbak Eva bertanya kepada saya, "Lho baru bangun yach?" lalu saya mengiyakannya dan bertanya, "Mbak Eva nggak kerja hari ini?" dan dijawab, "Nggak, malas tuh," dan saya segera masuk ke kamar saya dengan perasaan was-was lalu tak berapa lama kemudian terdengar pintu kamar saya diketuk, dengan perasaan berdebar saya membuka pintunya.

Tampak di luar Mbak Eva dan dengan mata tajam Mbak Eva berkata, "Boleh saya masuk? saya ingin bicara sama kamu," dan saya pun membiarkan Mbak Eva masuk lalu Mbak Eva masuk dan bertanya sama saya,
"Kamu tadi mau mengambil celana dalam saya yach?"
"Nggak kok."
"Apanya yang nggak, buktinya itu CD saya terjatuh di lantai padahal saya sudah menjepitnya dengan kuat."
Seperti sudah tak dapat disembunyikan saya pun mengakui kalau saya yang mengambilnya. Lalu Mbak Eva berkata lagi,
"Sudah berapa lamu kamu melakukan ini?"
"Sudah hampir 2 minggu Mbak."
"Apa yang kamu lakukan dengan CD saya?"
"Saya menciumnya lalu memakainya, itu saja kok nggak ada yang lain."

Lalu Mbak Eva tersenyum dan berkata, "Apa enaknya kamu mencium dan memakainya, kamu mau nggak melihat saya yang memakainya dan mencium wangi yang sesungguhnya?"
Seperti mendapat kesempatan emas lalu saya berkata, "Ah.. Mbak jangan bercanda ah.."
Dan Mbak Eva berkata, "Nggak, saya nggak bercanda, saya serius, kalau kamu nggak mau yach sudah, Mbak mau turun," sambil Mbak Eva membalikkan badannya.
Tapi saya segera menarik tangannya dan segera berkata, "Saya mau kok Mbak!"
Sedangkan tangan saya satunya lagi segera menarik rok baju tidurnya ke atas dan tampak oleh saya CD-nya yang menjadi kesukaan saya yaitu CD berwarna putih dengan renda di bagian depan dan bagian belakangnya terbuat dari sutra.
Lalu Mbak Eva berkata, "Ih... kamu jangan gitu ah...'" tapi saya segera mencium bibirnya yang mengoda itu dan Mbak Eva membalasnya dengan hisapan dan gigitan kecil dan tangannya memegang kemaluan saya yang sudah mulai mengeras itu, lalu saya melepas ciuman saya sedangkan tangan Mbak Eva masih di kemaluan saya meskipun cuma dari luar celana tidur saya.

Kemudian saya segera mendorong tubuh Mbak Eva untuk merapat di dinding, dan kemudian tangan saya mulai bergerilya di daerah sensitifnya dan tentu saja dari luar CD-nya tapi tak lama kemudian karena tak sabar saya segera memasukkan tangan saya ke dalam CD-nya dan menyentuh kemaluannya, Mbak Eva mendesah "Uuh... geli Jeff... tapi nikmat sekali... terus... enak sekali... uh... ah..." Lalu tak lama kemudian kemaluan Mbak Eva sudah mulai basah. Karena sudah terangsang maka Mbak Eva segera mendorong tubuh saya ke tempat tidur dan dengan segera Mbak Eva memeloroti celana saya dan CD saya, lalu dengan pelan dia menjilat kepala kemaluan saya yang sudah menegang itu kemudian memasukannya ke dalam mulutnya hingga masuk semuanya ke dalam mulutnya dan menghisapnya seperti menghisap es batangan. Tanpa sadar karena keenakan saya mendesah, "Uh... enak sekali Mbak... isap terus Mbak... jangan berhenti...!" Lalu tangan saya mulai menjambak rambutnya dan menekan kepalanya terus, sedangkan kaki saya mulai menegang karena keenakan, lalu Mbak Eva menghentikan kegiatannya.

Kemudian Mbak Eva mulai membuka baju piyamanya dan tampaklah oleh saya sepasang buah dadanya yang sangat menantang terbungkus oleh BH yang unik sekali, tapi seperti sudah tidak tahan Mbak Eva segera melucuti BH-nya dan melepas CD sutranya. Tampaklah oleh saya pemandangan yang sangat indah dengan buah dada yang bulat dan pentilnya yang berwarna kecoklatan menantang dan paha yang mulus tapi yang paling menggoda adalah bagian selangkangan yang ditumbuhi pelindung alami yang cukup lebat tapi terbentuk dan terawat sangat rapi, sungguh membuat saya menelan ludah.

Lalu Mbak Eva naik ke atas tubuh saya, dan dalam posisi jongkok kemudian mengarahkan lubang kemaluannya ke arah kepala kemaluan saya. Begitu tersentuh, saya dan Mbak Eva menjerit pelan bersamaan, "Uuh..." dan dengan pelan Mbak Eva menekan lubang kemaluannya dan kepala kemaluan saya amblas ke dalamnya meskipun tidak terlalu susah tapi untuk ukuran wanita seperti Mbak Eva kemaluannya termasuk sangat sempit, dan Mbak Eva berteriak, "Aduh... sakit sekali... tapi terasa nikmat," dan saya tak hentinya menjerit, "Terus Mbak... nikmat sekali kemaluannya... terus Mbak..." lalu Mbak Eva makin menekan turun tubuhnya dan tak lama kemudian maka masuklah seluruh batang kemaluan saya yang termasuk ukuran besar itu ke dalam lubang surgawinya. Kemudian tubuh Mbak Eva segera menimpa badan saya dan berteriak, "Aduh sakit sekali... uh... aduh... uh... ahh..." Sesudah istirahat hampir 5 menit lamanya Mbak Eva mulai bangkit dan batang kemaluan saya tentu saja masih di dalam lubang kemaluannya. Lalu Mbak Eva mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur sambil tangannya menopang pada tubuh saya dan terdengar suara tubuh kami berbenturan, "Piak pret piak..." dan dengan gerakan yang liar Mbak Eva menaiki tubuh saya dan sambil terus menggoyang tubuhnya dan terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan dunia dan terus mendesah, "Uuh... ah... ah... nikmat sekali... uh... ah..." Sedangkan tangan saya tak hentinya meremas buah dadanya dan memainkannya.

Lalu sesudah hampir 10 menit Mbak Eva berkata, "Saya mau sampai..."
Saya pun berkata, "Saya juga Mbak... tahan sebentar lagi..."
Tak lama kemudian terdengar Mbak Eva menjerit "Uuh... saya sampai... uh..."
Dan saya juga merasa bendungan saya sudah jebol dan mendesah, "Uh... saya juga... nikmat sekali... ahhh.... enakkk..." dan terasa adanya cairan hangat di kemaluan saya, lalu Mbak Eva jatuh lemas di tubuh saya, sedangkan kemaluan saya juga belum dicabut keluar karena kami sudah lemas sesedah pertempuran yang hebat tersebut. Lalu setelah hampir 15 menit Mbak Eva bangkit dan sambil tersenyum berkata, "Nikmat sekali Jeff... kamu hebat dech..." dan saya berkata, "Sekali lagi dong Mbak... yach...!" tapi Mbak Eva berkata, "Lain kali aja yach, Mbak capek...' Lalu saya mengiyakannya dengan sangat kecewa.

Lalu Mbak Eva bangkit dan bermaksud mengambil pakaiannya, tapi melihat bukit kemaluannya Mbak Eva, nafsu saya bangkit kembali. Lalu saya menarik tangan Mbak Eva serta mendorongnya merapat ke dinding lalu saya jongkok dan saya benamkan kepala saya ke selangkangan Mbak Eva dan dengan pelan saya menjilatinya, dan Mbak Eva mendesah, "Aduh... geli.. ah... udah dech!" sambil tangannya menekan kepala saya, tapi saya tidak menghiraukan peringatannya sambil terus memainkan lidah saya di kemaluannya. Setelah seluruh bulu kemaluan Mbak Eva basah, saya beralih ke klitorisnya dan Mbak Eva mendesah hebat sambil menjambaki rambut saya, "Uuh... terus... enak sekali... sungguh... ah... ahhh... ehmm..." dan terus saja lidahku bermain di klitoris dan lubang kemaluannya. Tak lama kemudian jambakan Mbak Eva makin dahsyat dan menjerit serta mencapai orgasme keduanya, "Aduh... saya sampai... terus Jeff... uh... ehm... uh... hu..." dan saya segera menghisap habis seluruh cairan kemaluannya.

Setelah agak lama Mbak Eva mulai tenang dan setelah itu saya bangkit tapi tubuh Mbak Eva seperti kehilangan keseimbangan dan mau jatuh, untung saya segera menangkapnya dan dia berkata, "Huh... kamu ini, Mbak lemas sekali gara-gara kamu..."
Dan saya berkata, "Sorry Mbak, soalnya saya nafsu sekali melihat Mbak, tapi Mbak Eva musti janji yach, lain kali Mbak harus menebus kekurangan hari ini."
Mbak Eva berkata, "Iya dech... Mbak janji tapi sekarang Mbak musti istirahat, Mbak capek sekali, kalau nanti sudah pulih Mbak pasti melayani kamu lagi, tapi sekarang sebagai hukuman kamu musti nemenin Mbak ke bawah, soalnya Mbak lelah sekali nanti jatuh lagi."
Saya berkata, "Beres Mbak!"

Setelah mengantar Mbak Eva ke tempat tidurnya saya mencium pipinya dan berkata, "Selamat beristirahat Mbak!" Mbak Eva tersenyum. Sebelum keluar dari kamarnya, tangan saya pun meremas buah dadanya yang empuk sedangkan tangan satu lagi bergerilya di dalam CD-nya dan memainkan bukit kemaluannya. Mbak Eva segera melototkan matanya kepada saya dan saya segera berlari keluar dengan tersenyum dan Mbak Eva berkata, "Dasar kamu ini nggak pernah puas yach... dan tolong tutup pintunya..!" dan saya menjawabnya penuh kepuasan, "Beres Mbak...' Lalu saya kembali ke kamar tidur saya lagi.

Read more...

WANITA PENJAGA TOKO

Cerita ini berawal dari keisengan saya untuk selalu mencoba hal-hal yang baru dan pengalaman baru. Suatu ketika seorang teman bernama Herry, datang ke tempat kost dan bercerita mengenai petualangannya mencari wanita penjaga toko. Karena saya merupakan tipe orang yang tidak mudah percaya dengan omongan teman saya tersebut, maka saya mengajak teman saya membuktikan omongannya. Jam 8.30 malam tepat, teman saya mengajak pergi ke pertokoan di alun-alun Bandung. Karena perjalanan dari tempat kami dari Buah Batu memerlukan waktu sekitar 30 menit, maka jam 9.00 tepat kami sudah sampai di pertokoan tersebut.

Sesampainya di sana toko-toko sudah mau tutup, dan kami memasuki salah satu toko serba ada di sana. Langsung saja saya menuju counter pakaian, sambil berkeliling pura-pura mau membeli pakaian. Kebetulan toko sudah sepi karena mau tutup, dan pengunjungnya hanya beberapa orang. "Mau cari baju apa Mas?" tanya seseorang menyapa. Waktu saya lihat ke arah suara tadi, ternyata wanita penjaga counter yang mirip dengan bintang sinetron CT. "Ini Mbak, mau cari jeans ini yang nomor 32 ada nggak ya?" tanyaku. Si Mbak pun mencarikan jeans yang saya maksud. Karena letaknya di bagian bawah, maka si Mbak mencari dengan membungkukkan badan. Karena rok yang di pakai 10 cm di atas lutut, maka paha mulusnya pun terpampang di depan saya. "Wah gile bener nih.. mulus banget." Pikiran saya jadi ngeres nggak karuan lihat pemandangan di depan saya.
"Yang ini Mas?", tanyanya.
"Oh.. ya..", jawabku.
Lalu si Mbak pun menuliskan bon untuk dikasihkan ke kasir.

"Mmm... Mbak... boleh tahu namanya?" tanyaku mengawali pembicaraan.
"Sheilla", katanya.
"Denny", kataku sambil mengulurkan tanganku.
"Ini Mas bonnya", katanya.
"Makasih, mmh.. Mbak pulang jam berapa?" tanyaku.
"Ntar jam 9.30", jawabnya.
"Ada yang nganter?" tanyaku lagi.
"Mas mau nganter?" tanya dia menantang.
"Wah, kalau situ mau ya bolehlah", jawabku mantap.

Tak lama kemudian ada pengumuman bahwa toko mau tutup, dan saya pun membayar barang belanjaan, dan menunggu bersama teman saya di luar di depan pintu tempat karyawan toko keluar. Tak lama kemudian terlihatlah Sheilla menuju ke arahku.
"Kelamaan nunggunya ya Den?" tanyanya.
"Wah, kalau nunggu wanita secakep Sheilla sih rasanya sangat lama", kataku.
"Ah bisa aja kamu..." kata Sheilla sambil nyubit pinggangku.
Kami bertiga pun meninggalkan toko tersebut.
"Emang Sheilla rumahnya di mana?" tanyaku.
"Saya di Jalan S", katanya.
"Oohh, okelah!" jawabku.

Kami pun menuju tempat parkir dan saya starter Katana yang sudah menemani saya selama 5 tahun ini.
"Denn, saya turunin di sini Den..." kata Herry saat mobil melewati panti pijat di Jalan S. Dan mobil pun kuhentikan, Herry turun langsung masuk ke panti pijat. Wah ini anak memang gila beneran.
"Itu sudah deket kok Den, tempat kost Sheilla", katanya.
"Yah kiri, di situ." katanya lagi.

Kami pun turun, saat di tempat kost penghuninya sudah tidur semua, tapi karena Sheilla memiliki kunci sendiri, kami pun tak ada kesulitan untuk masuk.
"silakan duduk dulu Den!" katanya.
Dan Sheilla pun pergi ke dapur membuat minuman. Kamar Sheilla ukurannya 3 X 4 meter, di dalamnya hanya ada televisi, VCD, sama kursi. Meja dan tempat tidur. Tempat tidurnya diletakkan di bawah di atas karpet. Kubuka koleksi VCD-nya, wah ini ada VCD xxx-nya. Sheilla masuk dengan membawakan segelas STMJ dan memakai kaos strecth dan celana pendek.

"Wah, semakin kelihatan seksi nih anak", pikirku.
"Nih diminum Den, biar anget", katanya.
"Shell... kamu suka ya lihat film-film macem ginian?" tanyaku.
"Ah nggak juga, cuma buat nonton kalau lagi butuh." katanya.
"Butuh apaan?" tanyaku berlagak bodoh.
"Yah, butuh itu tuh..." katanya sambil tertawa.
"Eh, saya mau nonton yah..." kataku.
"Yah silakan, asal nggak terpengaruh loh ya! resiko ditanggung sendiri", katanya sambil tersenyum genit.

Aku pun mulai menyalakan VCD dan menonton. Di situ diperlihatkan seorang wanita yang diikat tangan kakinya di ranjang dan ditutup matanya, disetubuhi oleh lelaki dengan nafsunya. "Ahh... no... no... uhshhhh..." jerit wanita tersebut sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. "Eh Den, kalau yang itu saya juga belum liat tuh", kata Sheilla. Kemudian Sheilla pun duduk di samping saya. Terlihat lagi kemudian ikatan tali itu dilepas, dan si wanita menungging, dan si lelaki berdiri di belakangnya, dan mulai menyetubuhinya dengan gaya anjing. "Ohh... yess... ahhh.... ahhh.... yesss... yesss..." jerit wanita tersebut.

Sheilla duduk semakin mendekat ke tubuhku saat menonton adegan tersebut, dan dadanya malah digesekkan ke lenganku. "Wah, kayaknya dia terangsang nih", pikir saya. Kemudian adegan pun semakin seru, si wanita menggoyang maju mundurkan pantatnya mengimbangi laju kemaluan laki-laki tersebut ke dalam ke kemaluannya. "Oohh baby, yess... ahhk", jerit wanita tersebut dan Sheilla pun semakin menggesekkan dadanya ke lenganku dan akhirnya saya beranikan diri untuk memegang dadanya, dan ternyata Sheilla diam saja sambil terus memperhatikan gambar. Saya semakin berani dengan mencium bibirnya, yang dibalas dengan ciuman pula oleh Sheilla.

Akhirnya saya dan Sheilla pun terlibat dalam acara pagut memagut yang sangat seru. Lidah kami saling melilit satu sama lain. Kemudian Sheilla melepaskan kaos strechtnya. Saat kaos sampai di kepalanya dan matanya masih tertutup kaos tersebut, saya menciumi bibirnya dengan ganas, "Mmmm", dan dibalas dengan ganas pula oleh Sheilla. Akhirnya saya turun ke bawah menciumi lehernya yang panjang dan agak melengkung ke depan berbentuk seperti kuda. Kata orang sih wanita dengan bentuk leher seperti ini nafsunya besar.

Kemudian Sheila pun mendesah, "Oohhh... shhh... shhhh", dan kemudian saya buka kaitan branya dengan gigi saya dan terpampang di depan mata saya gundukan gunung kembar berbentuk kerucut dengan puncaknya berwarna merah muda. Langsung saya jilati dari lembah gunung kembar tersebut terus menuju ke puncaknya. "Aakhhh... Dennn... shhh... terus Den...", hanya kata itu yang keluar dari bibir Sheilla. Tak lama kemudian ujung gunung kembar itupun berubah menjadi keras seperti penghapus pensil dan semakin keras saja. Selanjutnya habis mengerjakan tugas di puncak gunung, saya turun sedikit menuju lembah dan tepat di atas pusar saya jilati lagi. Terus saya berhenti.

"Aahhh... shhh... loh... sshh kok berhenti? ssshhh", tanya Sheila.
"Shell kamu punya susu kental manis nggak?" tanya saya.
"Loh kan udah ada susu kenyal nikmat", katanya.
"Beneran nih Shell", kata saya.
"Tuh di atas meja", katanya sambil menunjuk ke meja.
Langsung saja saya ambil dan saya bawa menuju ke Sheilla.
"Wah mau diapain Den?" tanyanya.
"Biar lebih manis", kata saya sambil mengoleskan susu kental tersebut ke daerah di sekitar pusar Sheilla, dan menjilatinya.
"Wah tubuhmu memang lezat pakai susu ini Sheilla, mmh... slurppp", kata saya sambil menjilat dan menghisap-hisap tubuhnya.
"Ahh... shhh... ukhhh... ssss..." desah Sheila.

Kemudian saya mulai membuka celana pendek Sheilla dan membuka celana dalam warna kremnya. Dan setelah seluruh susu kental di tubuh Sheilla habis, saya langsung turun ke daerah selangkangan Sheilla. Posisi Sheilla sekarang tidur di sofa dengan kaki mengangkang membentuk huruf M dan saya duduk di bawah dan menjilati pangkal pahanya. "Mmm... mmmm... slurppp... mmmh... saya jilati seluruh permukaan rambut di daerah segitiga terlarang tersebut di situ tumbuh dengan lebatnya rambut-rambut halus bagaikan hutan tropis Kalimantan sebelum kebakaran. Kujilati hingga rambut di situ basah semua, dan kemudian saya menuju ke bibir-bibir kemaluan Sheilla. Kujilati bibir-bibir indah tersebut dengan ganasnya, "Okhh... akkhh... yesss.... Dennn... ahh..." desah Sheilla sambil mengangkat pinggulnya.

Kemudian kusingkap kedua bibir untuk mengetahui rahasia di dalam kemaluannya. Terlihat dengan jelas tonjolan daging yang ada di dalamnya dan kujilati dengan lidahku. "Ohh... di situu terus Den... akhh... oukhh... akkk", jerit Sheilla saat saya jilati daging, yang biasa disebut klitoris.

Setelah menjilati daging tersebut, kumasukkan tanganku ke dalamnya terasa ada yang menyedot jariku. dan kugesek-gesekkan jari-jariku ke dalam kemaluan Sheilla dan terasa daging yang bergelombang-gelombang di dalamnya. Mungkin ini yang disebut G-spot pikir saya. Langsung saja saya korek-korek daerah situ. Sheilla pun semakin tak terkendali, "Aahh... ssshh... ohkkk... uhhh... yesss, Dennyy... terusss... ahkkkh..." jeritnya semakin nggak jelas. Saya semakin memperbesar frekuensi mengobrak-abrik daerah tersebut, yang makin lama terasa semakin basah dan semakin menyedot-nyedot jariku. Tak lama kemudian, "Ohh... Dennyy... shhh... akkhhh..." jerit Sheilla mengejang tanda mencapai klimaks, dan jariku di dalamnya pun semakin basah oleh semburan air dari dalam kemaluannya. Kemudian saya keluarkan tangan saya dari cengkeraman kemaluannya dan menciumi Sheilla. "Sudah puas sayang?" tanya saya. Dia pun tersenyum genit.

Kemudian Sheilla saya rebahkan di karpet dan saya ambil inisiatif 69 dan saya mulai menjilati kemaluan Sheilla. "Den... masih ngilu... kamu aja yang saya jilatin deh!" kata Sheilla. Saya langsung duduk di sofa, dan Sheilla mulai menjilati kemaluan saya. Dia jilat kantung kemaluan saya dengan nikmatnya sambil sekali-kali melirik ke arah saya. Kemudian dia menjilati batangan saya yang 7 inchi menyusuri jejak urat-urat yang menonjol di situ. Saya cuma bisa bilang, "Ahh... ohh... shhhh", saat dia menjilati batangan saya. Dia pun lalu mulai menjilati kepala kemaluan saya yang seperti helm astronot sambil memainkan lubangnya dengan lidah yang menari-nari di atasnya. kemaluan saya pun semakin tegang saja, dan kemudian dia mulai memasukkan dan mengeluarkan kemaluan saya di dalam mulutnya dengan frekuensi tinggi, sehingga dengan gerak reflek saya maju mundurkan kemaluan saya sambil memegangi rambutnya. Setelah hampir 6 menit berlalu sepertinya dia sudah capai karena saya nggak keluar-keluar juga. Akhirnya dia pun menghentikan aktivitasnya. "Denn... lama bener sih keluarnya, masukin aja ya biar cepet keluar!" katanya.

Kemudian Sheilla mengambil sesuatu dari lemarinya. Ternyata dia mengambil kondom yang bentuknya lucu seperti ikan lele, ada sungutnya. Dan memberikan ke saya. "Nih Den pake, biar saya nikmat dan tahan lama", katanya. Lalu saya memakaikan kondom tersebut ke kemaluan saya, dan Sheilla sudah siap tempur dengan tidur telentang dan kakinya membentuk huruf M. Langsung saya masukkan kemaluan saya ke dalam kemaluan Sheilla. Wah, ternyata masih seret juga nih lubangnya pikir saya. Dan dengan dorongan sedikit tenaga masuklah batang saya ke dalam cengkraman kemaluannya. Saya dorong keluar masuk kemaluan saya ke dalam kemaluannya. "Aahh... ooohhh... shhh... akhhh... shh... terusss... Denn... ahhh..." desah Sheilla semakin tak beraturan. Kemudian saya berhenti, kemaluan saya di dalam kemaluannya dan memainkannya seperti orang sedang menahan air pipis. "Ih... kamu nakal... Den..." dan Sheilla ganti membalasnya dengan perlakuan seperti saya. Saat dia melakukan hal tersebut, kemaluannya terasa menjepit-jepit seluruh batang kemaluan saya secara periodik, dan membuat saya tak bisa mengendalikan diri.

Kemudian saya genjot lagi kemaluan saya dan menggesekkan sungut-sungut pada kondom, sepertinya membuat sensasi tersendiri pada kemaluannya, "Ahh.. ooohhh... Denny... sungut lelemu... ohksss... akkk... yes ahhh... ohkk..." jerit Sheilla menikmati sungut lele dan dia pun menggoyangkan pinggulnya semakin kuat dan berbunyi kecipak-cipak saat saya memasuk-keluarkan kejantanan saya di dalam kewanitaan Sheilla yang makin basah.

Setelah 15 menit kemudian Sheilla mendesah, "Deny... ouchh.... akuu.... mmmaaauu.... akh, sampaiii." Tak lama kemudian terasa tumpahan cairan dari kemaluan Sheilla membuat batang kemaluan saya panas dan terasa ada yang menghisap-hisap kemaluan saya yang membuat saya tak bisa mengendalikan diri, dan keluarlah lahar panas dari kemaluan saya pada kantong kondom di dalam kemaluan Sheilla. Kami berdua pun lemas dalam kenikmatan. Saya biarkan kemaluan saya di dalam kemaluan Sheilla sampai hilang hisapan-hisapan dari kemaluannya. Kemudian kukeluarkan kemaluan saya dan saya lepas kondom dan saya berikan ke Sheilla. "Nih, sumbangkan ke bank sperma", kata saya. Dia pun tersenyum genit, dan pergi ke kamar mandi untuk membuang kondom tersebut. Kemudian kami pun tertidur dengan tubuh tanpa busana sampai keesokan harinya.

Read more...

Vivi

Vivi tidak bisa menerima sikap dan tindakan Ardi akhir-akhir ini yang ia lihat sudah melupakan dan membiarkan keluarganya. Tindakan ini dilihat Vivi saat Ardi akan pergi ke luar kota untuk meninjau perusahaannya di kota lain. Vivi menduga pasti Ardi telah melakukan suatu perselingkuhan dan menyeleweng dikarenakan Ardi tidak lagi memberikan nafkah batin untuk Vivi, sedangkan Ardi selalu pergi ke luar kota setiap minggu dengan begitu hubungan seks-nya dengan istrinya pasti tersalur, sedang saat ini Ardi telah lupa akan kewajibannya. Siapa wanita yang telah merebut Ardi dari tangannya, Vivi tidak mengetahui. Oleh sebab itu Vivi sering merenung dan berpikir apakah selama ini ia tidak melayani kebutuhan dan kesenangan suaminya, namun semua itu ia rasa tidak mungkin dan sepengetahuannya ia selalu melayani dan melaksanakan kesenangan dan kesukaan suaminya. Sedang kalau ia lihat bentuk tubuhnya yang mungkin telah berubah? namun ia sadari tidak mungkin juga, Vivi menyadari ia dan Ardi telah berumah tangga kurang lebih 6 tahun dan dikaruniai 2 orang anak yang paling besar berumur 5 tahun, mustahil bentuk tubuhnya akan menyebabkan Ardi berpaling.

Di depan cermin sering Vivi mengamati tubuhnya, ia pun rajin senam dan melangsingkan tubuhnya, namun apa gerangan Ardi berubah dan tidak mau menjamahnya? Secara fisik Vivi memang seorang ibu rumah tangga yang telah beranak dua, namun jika melihat tubuh dan kulitnya banyak membuat gadis yang iri karena bentuk tubuhnya amat serasi dan menggiurkan setiap lelaki yang menatapnya. Umur Vivi baru 32 tahun, di saat itu ia butuh pelampiasan birahi jika malam hari menjelang, namun sikap Ardi telah membuatnya menjadi tidak percaya diri. Atas saran teman karibnya yang juga ibu rumah tangga dan wanita karir, maka Vivi disarankan untuk meminta tolong pada seorang dukun sakti yang bisa mengembalikan suami dan membuat Ardi bertekuk lutut kembali. Ini telah lama di coba Lusi, dulunya suaminya juga menyeleweng. Namun atas bantuan dukun itu suaminya telah melupakan wanita simpanannya.

Dengan saran dan nasehat dari karibnya itu Vivi memberanikan diri untuk datang ke tempat dukun itu walaupun jaraknya agak jauh kurang lebih 2 jam perjalanan dengan mobilnya. Dengan bantuan Lusi, Vivi mengemudikan Balenonya ke tempat dukun itu. Mereka berangkat pagi harinya. Sesampai di gubuk dukun yang memang terpencil di sebuah kampung itu, Vivi memarkirkan mobilnya di samping gubuk itu. Lalu Lusi mengetuk pintu gubuk itu dan dengan adanya sahutan dari dalam mempersilakan mereka berdua masuk, di dalam telah ada dukun itu yang duduk dengan sambil menghisap rokoknya.
"Ooo... Bu Lusi? ada apa Bu? ada yang bisa saya bantu?" dukun itu berbasa basi.
"Eee... ini Mbah, teman saya ini ada masalah dengan suaminya, namun ia ingin suaminya seperti sedia kala lagi..." jawab Lusi.
Lalu Lusi memperkenalkan sang dukun yang bernama Mbah Dudu itu kepada Vivi. Sambil berjabat tangan Mbah Dudu mempersilakan kedua wanita itu untuk duduk bersila di lantai gubuknya itu. Sepintas Vivi merasa agak risih dari mulai ia memasuki gubuk itu. Ada perasaan tidak enak namun karena keinginannya mengembalikan suaminya ia tidak mengambil pusing semuanya. Tanpa ia sadari dari saat ia masuk dan bersalaman dengan Vivi mata mbah dukun itu tidak henti-hentinya memandang ke arah Vivi. Lalu ia memanggil Vivi untuk maju selangkah ke arahnya, dan Vivi diperintahkan untuk memasukkan tangannya ke dalam wajan yang berisi air kembang, lalu Mbah Dudu membakar menyan dan membaca mantranya.

Tidak berapa lama kemudian ia buka matanya dan berkata bahwa mata hati suaminya telah dipengaruhi oleh wanita simpanan Ardi dan membuat Ardi melupakan keluarganya. Atas saran mbah dukun supaya Ardi kembali maka Vivi harus memakai jimat yang akan dibuatkannya, asal Vivi mau menjalani syarat-syaratnya dan itu semua terpulang kepada Vivi. Karena besarnya keinginan agar Ardi kembali, maka Vivi menyanggupi segala syarat-syaratnya. Setelah itu sang dukun berkata bahwa besoknya Vivi akan mendapatkan jimat itu dan akan dipasangkan ke tubuh Vivi dan akan dibuatkan malam ini. Mbah Dudu adalah lelaki asal Nias yang telah lama memiliki ilmu yang amat sakti. Tidak sedikit orang yang telah dibantunya. Mbah Dudu tinggal seorang diri di gubuk itu dan tidak memiliki istri. Umurnya telah beranjak tua yaitu 70 tahun namun fisik dan sosoknya tidak menggambarkan ketuaan. Selanjutnya Vivi minta diri dan menitipkan amlop untuk memenuhi syarat-syaratnya, dan berjanji besok akan datang. Lalu Lusi minta diri kepada Mbah Dudu, lalu mereka pulang ke rumah dan besok Vivi harus mengambil jimatnya.

Besok hari yang telah ditentukan, Vivi minta Lusi membantu menemaninya ke tempat dukun itu, namun karena adanya kesibukan di kantornya maka Lusi tidak dapat menemani. Dan berangkatlah Vivi mengendarai Balenonya seorang diri ke tempat dukun itu. Lebih kurang 1,5 jam perjalanan Vivi, sampailah di gubuk itu dan memarkirkan mobilnya di samping gubuk, sedangkan hari saat itu telah mendung dan berangin sepertinya hari akan hujan. Lalu Vivi mengetuk pintu gubuk dan kemudian pintu itu dibuka Dudu dari dalam dan mempersilakan masuk. Lalu Vivi masuk ke gubuk dan duduk di lantai. Lalu Mbah Dudu meminta Vivi untuk langsung ke depan dan menerima saran dan cara-cara memakai jimat itu. Vivi diharuskan untuk berbaring dan memakai kain sarung lalu menelentangkan diri, karena jimat itu akan dipasangkan pada tubuh Vivi yang biasa di sentuh suaminya. Lalu Vivi minta ijin untuk memakai sarung yang dipinjamkan sang dukun di kamar yang telah tersedia.

Dalam kamar itu, hanya ada satu dipan kayu yang telah lama dan saat itu Vivi membuka seluruh pakaianya, sedang BH dan CD-nya tetap terpasang pada tubuhnya. Sesaat kemudian sang dukun memasuki kamar itu dan minta Vivi berbaring di dipan itu. Vivi menuruti kata dukun itu, lalu Mbah Dudu memulai melakukan aktifitasnya dengan memasangkan cairan jimat itu mula-mula ke kulit muka Vivi lalu turun ke leher jenjang dan ke dada yang masih tertutup BH. Sesampai pada dada Vivi sang dukun menyadari adanya getaran birahinya mulai datang dan lalu di sekitar dada Vivi ia oleskan cairan itu, tangan sang dukun masuk ke dalam dada yang terbungkus BH. Di dalam BH itu tangan Dudu memilin dan memilintir puting susu Vivi, dengan cara itu Vivi secara naluri seksnya terbangkit dan membiarkan tindakan sang dukun yang memang kelewatan dari tugasnya itu, Vivi hanya diam. Lalu sang dukun membuka pengait BH Vivi dan melemparkan BH itu ke sudut kaki dipan itu dan terpampanglah sepasang dada montok yang putih mulus kemerahan karena gairah yang dipancing Mbah Dudu itu.

Di sekitar dada itu sang dukun mengoleskan jimatnya berulang-ulang sampai Vivi merasa tidak kuat menahan nafsunya. Lalu sang dukun tangannya turun ke perut dan ke selangkangan Vivi. Di situ tangan sang dukun memasuki selangkangan Vivi, tindakan ini membuat Vivi protes,
"Jangan! saya mau diapakan Mbah?" tanyanya.
"Ooo... ini adalah pengobatannya, Lusi pun dulunya begini juga," jawab mbah dukun sambil mengatur nafasnya yang terasa sesak menahan gejolak nafsu. Di lubang kemaluan Vivi, jari tangan sang dukun terus mengorek-ngorek isi kemaluan Vivi sehingga Vivi merasakan ia akan menumpahkan air surgawinya saat itu. Sambil membuka kain sarung yang melilit tubuh Vivi sang dukun lalu menurunkan CD yang menutup lubang kemaluan Vivi itu. Lalu ia letakkan CD Vivi di samping dipan yang beralaskan bludu usang itu. Sesaat kemudian Vivi telah telanjang bulat dan jari tangan sang dukun tidak henti-hentinya beraksi di sekitar daerah sensitif tubuh Vivi. Sedang jimatnya telah dioleskan pada seluruh bagian-bagian tubuh Vivi.

Lalu tibalah saat untuk memasukkan keampuhan jimatnya, maka sang dukun minta kepada Vivi untuk mau bersengggama karena jimat itu tidak akan bisa dipakai jika Vivi tidak melakukan senggama dengan dukun itu. Karena Vivi telah merasa kepalang basah dan ingin niatnya kesampaian maka ia ijinkan sang dukun melakukan persenggamaan. Lalu tangan sang dukun membuka paha Vivi yang mulus terawat itu. Lalu ia buka lubang kemaluan Vivi dengan tangannya dan memainkan klitoris Vivi dan kembali Vivi histeris ingin dituntaskan nafsu yang telah sampai di kepalanya, ditambah telah beberapa bulan tidak berhubungan seks dengan suaminya. Mbah dukun yang telah sama-sama-sama bugil dengan Vivi lalu memasukkan batang kemaluannya yang cukup besar itu dan kuat ke dalam lubang kemaluan Vivi yang telah dibasahi air kewanitaan Vivi yang tampaknya siap untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang kemaluan yang telah basah itu. Setelah dipaksakan agak keras lalu batang kemaluan yang tegak menantang masuk seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Vivi, dan Mbah Dudu melakukan gerakan maju mundur, sedang tangannya tidak henti-hentinya memilin dan menekan pinggul padat Vivi itu. Buah dada Vivi tidak luput dari jelajahan tangan sang dukun.

Lebih kurang 30 menit lubang kemaluan Vivi digenjot dengan paksa lalu sang dukun barulah sampai klimaks dengan menumpahkan air maninya ke dalam lubang kemaluan itu sebanyak-banyaknya. Sedangkan air yang keluar dari lubang kemaluan Vivi itu ia oleskan ke lidah Vivi untuk kasiat bahwa Vivi tidak bisa dilupakan suaminya. Dalam persenggamaan itu Vivi sempat orgasme 3 kali, itu pun saat ia terengah-engah di saat batang kemaluan sang dukun mengaduk-aduk isi kemaluanya tadi. Sejam kemudian barulah permainan itu selesai setelah sang dukun minta permainan dilakukan 2 kali. Setelah itu Vivi minta diri pulang dan membawa yang akan ia pakaikan di rumahnya saat mandi. Mbah dukun mengatakan ada jimat yang akan dipasang di dalam kamar Vivi namun belum siap, dan mbah dukun berjanji akan mengantarkannya ke rumah Vivi 2 hari lagi.

Tepat 2 hari kemudian sang dukun mendatangi rumah Vivi yang megah. Saat itu suami Vivi belum pulang dari luar kota dan di rumah saat itu hanya ada ia dan seorang pembantunya yang sedang menjaga anak-anaknya. Sang dukun berkata, "Bu Vivi, jimat ini akan saya pasangkan pada kamar Ibu nanti malam," sedangkan Vivi merasa khawatir, bagaimana jika suaminya pulang. Namun karena kesaktiannya, sang dukun berkata, "Bu Vivi nggak usah khawatir, suami Ibu pulang lusa, sedang ia sekarang menurut penglihatan saya sedang di Lampung," kata sang dukun. Lalu bagaimana ia menerangkan kepada pembantunya karena adanya kehadiran dukun tua itu? Lalu ia hanya berkata bahwa familinya dari kampung dan menumpang barang 1 hari di rumahnya. Lalu Vivi mempersilakan sang dukun untuk istirahat di sebuah kamar yang memang diperuntukkan untuk tamu. Lalu sang dukun memasuki kamar yang telah disediakan.

Malam harinya saat akan memasangkan jimat di kamar Vivi, dilakukan pada pukul 9.00 malam, sedang pembantunya telah tidur di kamar belakang, tempat kamar tidur pembantu memang jauh di belakang dan tidak mengganggu ke rumah induk tempat kamar Vivi berada. Di dalam kamar itu sang dukun melakukan ritualnya dengan membaca mantera, lalu ia membakar menyan, sedang Vivi duduk diam melihat apa yang dilakukan sang dukun dari atas tempat tidurnya. Lalu sang dukun berkata, "Sebaiknya jimat ini kita pasangkan pada saat tepat jam 12.00 malam nanti, berarti masih ada waktu 3 jam lagi, Bu Vivi..." katanya. "Sekarang sebaiknya kita ngomong-ngomong saja dulu menunggu waktu," kata sang dukun. "Baiklah Mbah," lalu Vivi mempersilakan sang dukun keluar kamar. Bagaimanapun ia merasa berat hati untuk membawa dukun itu ke dalam kamar pribadinya. Sang dukun berkata, "Tidak usah keluar... Bu Vivi... di sini saja." Lalu sang dukun berdiri dari duduknya dan menuju ke arah Vivi duduk dan mbah dukun itu juga duduk di samping Vivi. Lalu tangannya menggapai tangan Vivi dan berkata, "Sebaiknya kita berdua melakukan seperti saat Ibu di gubuk saya, sebab jika tidak para jin yang membantu saya akan lari dan tidak mau menolong Ibu," kata mbah dukun. Vivi hanya bergidik, bulu kuduknya merinding. Haruskah ia mengulangi kesalahan saat ia harus bersenggama dengan dukun itu di gubuknya? Namun karena adanya pengaruh dan keinginan Vivi maka ia biarkan sang dukun mengulangi perbuatan maksiat itu di kamarnya, saat itu Vivi memang merasa menjadi seorang wanita sempurna karena ia telah mendapatkan siraman batin dari dukun tua itu meskipun tidak ia dapatkan dari suaminya.

Lebih kurang 2 jam mereka berdua mengayuh samudera kenikmatan bersama sang dukun dan membuat Vivi orgasme berulang-ulang dan membuat lubang kemaluannya sampai lecet karena kebuasan batang kemaluan dukun yang sangat besar itu. Lalu tepat pada jam 12 malam barulah jimat itu terpasang pada bawah ranjang Vivi dan menjelang pagi mereka terus melakukan hubungan seksual dengan menggebu-gebu. Lalu Vivi tertidur dan tidak menyadari hari telah pagi dan sang dukun telah pergi, sedang Vivi merasa tubuhnya pegal-pegal dan tulangnya serasa mau lolos. Sejak saat itu memang jimat pemberian sang dukun ada perubahan pada diri suami Vivi dan ia sangat berterima kasih dan lalu ia mendatangi sang dukun. Sedang sang dukun cuma minta Vivi tidak melupakannya, dengan cara Vivi harus 2 kali dalam sebulan datang untuk memberikan jatah hubungan seks kepada sang dukun seperti Lusi juga melakukan hal yang sama. Memang setelah itu Vivi selalu rajin mendatangi sang dukun dan terkadang sang dukun yang datang ke rumah Vivi untuk minta jatah senggamanya. Memang sebagai dukun ilmu hitam, Mbah Dudu harus mensenggamai pasiennya, karena dengan demikian si pasien akan mampu disembuhkan dan ilmu sang dukun dapat dipelihara.


TAMAT

Read more...

*** Tragedi ***

Pagi harinya, di gelanggang renang SMU 87. “Semangat !, semangat !, semangat !” teman-temannya mendukung Sativa sedang latihan renang.
Ketika dia sudah sampai di putaran pertama, Pelatih menghentikan stopwatch-nya.
“Kerja yang bagus Sativa, itu baru semangat.” Ucap pak pelatih.
“Ahak… ah… ah… ah… ah…” dia melepas kaca mata renangnya dan menghirup udara dengan tergesa-gesa.
“Jangan lupakan apa yang telah kamu lakukan, dengan nilai prestasimu ini, kamu akan…”
****
Di stasiun kebayoran, aku sedang berdiri menyender tembok, aku melihat waktu di jam tanganku, tampaknya Lisna belum datang-datang juga.
“Eh he..?” Salah seorang anak perempuan berpakaian SMP sedang mendekatiku dengan matanya penuh curiga.
“Ngh…” Aku menengok.
“Aaaa…ah… dia tidak bisa diam ?”
“IIYAKS...!!” Aku kaget sekali, membuat jantungku berdebar-debar.
“Eh… he…he…he…”
“A… apanya ?”
“Haaah…!” dia melihat-lihat switer baju dan celana jeansku.
“7, 5, 6, 4, 3, 5 ,7…” Dia melangkah-langkah kakinya sambil berputar di tempat aku berdiri. “Dihitung semua cuman 37 point !, kamu masih punya waktu untuk pergi rupanya.”
“Ngaaa, Woi.. apa maksudmu berkata begitu ?, lalu apa yang kau maksud dengan 37 point ?” ucap Aku sambil marah.
“Maafkan dia, Rio…”
“Nh ?” terdengar suara Lisna sudah datang, aku langsung nengok kebelakang.
“Lisna…?, AAARGH….Jangan-jangan dia...?!”
“Iya… dia adalah adikku.”
“Namaku Putri Meirani !, Senang berkenalan denganmu, kak Rio !”
“A…aaaah…, Sssst…. Apa adikmu ingin ikut bersama kita ?” tanya Aku kepada Lisna sambil membisikan kupingnya.
“Eh… aku pikir… dia cuman ngikutin aku saja…?”
“AAH Jangan khawatir !, meskipun ini musim panas… aku tidak akan mengganggu kencan romantis kalian !”
“Ke… kencan romantis…., Hei Putri..!” Lisna tersinggung mendengarnya.
“Ya sudah… Putri harus cepat-cepat ke tempat latihan…, Eh tunggu…” Putri menarik lengan bajuku. “Ngh…??”
“Awas ya… kau tidak boleh menggigit kakakku sekarang.”
“MHH…!?” Aku terkecut ketika Putri membisiki kupingku, itu membuat wajahku malu sekali.
“AH… Pipinya menjadi merah !, Ternyata masih perjaka !” sambil menunjuk-nunjuk kearahku. “Ah… ha… ha… ha… selamat berjuang !!” Putri langsung lari dan melambai-lambaikan tangannya. “Tap ! tap ! tap !”
“Da… Da… DASAR TIKUS KECIL !” teriak aku dengan marah.
“Maafkan dia, Rio…”
“Ah…”
“A… Apakah Putri mengatakan sesuatu yang buruk ?”
“Eeeh tidak…maksudku… bu… bukan…, Apakah Putri selalu kelihatan semangat ?”
“Eh… Iya… dia kelihatan semangat sekali.”
“Aku mengerti, Putri mirip sekali seperti Sativa !”
“Begitu ya…, Kau tahu…., Putri ingin sekali mengikuti klub renang !”
“E… masa ?”
“Mh…, Dia bersaing dan selalu menang dalam pertandingan, dia bilang Sativa adalah idolanya.”
“Aaaah… Berenang itu pasti pertarungan…”
“Tap… tap… tap…” Aku dan Lisna langsung masuk kedalam kereta.
****
“Jes… jes… jes…” Dalam perjalanan, “………………………” aku tampak lelah dan mengantuk sekali. “Apa kamu tidak apa-apa Rio ?”
“Ee… Ah… enggak apa-apa kok.” Aku langsung bangun dan tersenyum.
“Apa kamu kurang tidur ?”
“Semalaman aku terlalu banyak main dindong bersama Budi.”
“Itu tidak baik untukmu !”
“Mh….ngh…” sambil menggaruk-garuk kepalaku dan tersenyum.
“Bagaimana keadaan belajarmu sekarang ?”
“Ng… Biasa-biasa saja…”
“Kelihatan bagus apabila kamu serius meneruskan belajar ke universitas…., Universitas Indonesia sangat jauh dari sini…, Universitas Mercu Buana sangat dekat, jadi kita bisa pergi kesana bersama-sama…, Jika kamu mau mencobanya sekarang…. Sudah tentu…, Hei Rio..., Universitas Mercu Buana sepertinya pilihan yang…”
“Ngh…” Aku tertidur dan menyender kebahunya Lisna.
“Ah.” Lisna terkecut.
“……………………” Aku tertidur pulas sekali.
“Mh…” Lisna wajahnya tersenyum.
****
Di stasiun merak, aku dan lisna turun dari kereta. “Kita… kehilangan tempat tujuan….” Aku dan Lisna berpegangan tangan sambil memandang lautan. “Mmm.” dia mengagukan kepalanya.
“Teeeeeng….” Kereta yang kami tumpangi, telah berangkat kembali ke jakarta.
“Seharusnya kamu membangunkan aku barusan.”
“Tetapi Rio tertidur nyenyak sekali… dan wajahmu kelihatan manis, Jadi aku hanya…” ucap Lisna sambil menatap kebawah.
“Begitu ya… Maaf kan aku, Lisna.” Aku langsung merangkulnya.
“Ah… Kamu tahu, aku membawakan sesuatu yang enak loh.” Lisna memperlihatkan tas ranjangnya kepadaku. “Ayo kita cari tempat duduk.”
“Mh.” Aku mengagukan kepala.
“Kwaaaak…. Kwaaaak…. Kwaak…” Terdengar suara kicauan burung-burung bangau berterbangan di atas pantai. Aku dan Lisna sedang duduk-duduk di bangku stasiun. Ketika tas ranjangnya sedang dibuka.
“Untunglah, Kue Pai nya masih utuh !”
“Wah.. Kue Pai !…., Kelihatannya enak sekali !”
“Eh.. he.. he…, Aku dengar… katanya kamu sangat menyukai kue pai ?, Aku sudah coba membuatnya beberapa kali, tetapi tidak pernah berhasil dengan baik.., Aku khawatir dengan yang satu ini. Mungkin…”
Lisna langsung memotong kue painya.
“Jika tidak enak, Jangan ragu-ragu mengatakannya kepadaku.”
“Ngeh.. aku mengerti !” Aku mengambil kuenya dan memakannya.
“Aaaaam… nyam… nyam….”
“Bagaimana rasanya ?”
“Mmmmuh… Enak sekali !” sambil mengacungkan jempol.
“Benarkah ?!”
“Iya… ini benar-benar enak !” Aku mengagukan kepalaku.
“Aaah… syukurlah…!”
“Hap… nyam… nyam….”
“Aku ingin mencobanya !….., Hap… nyam… nyam….” Lisna mencoba kuenya.
“Benar…. Ini enak sekali !”
“………………………” Aku menatap Lisna yang sedang memakan kuenya.

“Kwaaaak…. Kwaaaak…. Kwaak…” setelah kami memakan kue pai, Aku dan Lisna menatap lautan yang indah. Aku merasakan tiupan angin pantai dibarengin kicauan burung-burung bangau yang sedang berterbangan di atas langit.
“Indah sekali.” Ucap Lisna.
“………………………” Aku menengok menatap wajah Lisna tersenyum.
Tampak stasiun merak terlihat sepi, hanya kami berdua yang sedang duduk bersama, melihat orang-orang sedang bermain selancar dipinggir laut.
“Indah sekali.” Lisna kepalanya menyender ke bahuku. “Iya….”
****
Sore harinya di pusat pertokoan pondok indah, ketika Sativa hendak pulang ke rumah sehabis latihan renang di sekolah. “Eeh… Jangan !” seorang wanita bersama pacar lakinya sedang bergandengan tangan didepan Sativa.
“………………………” dia berhenti dan melihat mereka sedang bicara.
“Ayolah…!, Hari ini bagaimana kita lakukan sekarang…” Ucap laki-laki itu.
“Apa yang harus kulakukan ?” Tanya wanita tersebut.
“Ngh…” Sativa menundukan wajahnya menatap kebawah.
****
Malam harinya, didepan rumah Lisna. “Jika kamu mau, Ayo kita masuk ke dalam ?” Tanya Lisna untuk masuk kedalam rumahnya. “Eh, Iya tapi ?”
“Itu berat dikatakan ya ?” dia tampak murung.
“Bu… bukan, maksudku…” Aku hendak memegang tangannya.
“SELAMAT DATANG !!”
“WAA….!!” Aku terkecut, tiba-tiba Putri telah datang.
“Ah… Putri.” Lisna menengok melihat adiknya berdiri dibelakangku.
“Waah… aku lapar sekali.” Putri langsung masuk ke dalam rumahnya.
“Ngh… apa yang sedang kalian tunggu disitu ?, Ayo cepat masuk kedalam ?!” Putri balik lagi, melihat kami masih berdiri saja di luar.
“A… aku…” Aku bingung sekali apa yang harus kulakukan.
“Iiiih… kamu ini, mau masuk kedalam apa enggak sih ?, Ayo cepat…3, 2, 1.” Putri menawarkan tangannya kehadapanku.
“Tidak… ini sudah terlalu malam, dan aku tidak mau mengganggu…. Waaaa…?!”
Aku terkecut, tiba-tiba putri mendorongku masuk kedalam rumahnya.
“Jangan khawatir.”
“Tunggu Putri ?!” Lisna memanggilnya dan langsung masuk kedalam.
“Assallamuallaikum !, aku pulang. Putri membawa seorang tamu nih !”
“Ma… maaf… Assalla….muallaikum…..” Tidak lama kemudian, aku, Lisna, Putri dan bersama kedua orang tuanya sedang berada diruang makan. Aku seperti bingung sekali sambil menundukan kepala, menatap steak didepanku yang telah disajikan oleh ibunya, aku menengok melihat Lisna dari tadi diam-diam saja dengan wajah malunya, dan aku menatap Putri bersama ibunya sedang tersenyum menatapku.
“Rio agustina, jangan sungkan-sungkan !” ucap ayahnya.
“Ahk… Iya….” Aku menundukan lagi kepalaku.
“Ayolah… jangan diam-diam saja… silahkan dimakan.” Ayahnya tersenyum.
“Jika masih kurang, katakan saja…. Ibu masih banyak loh membuatnya.”
“Ahk… Iya….”
“Ahk… Iya….” Putri meniru ucapanku sambil menundukan kepala. “Ah… HA… HA… HA…!!” dia langsung tertawa saking senangnya sambil menunjuk-nunjuk tangannya kehadapanku.
”PUTRI HENTIKAN !!” Lisna langsung berdiri dan marah kepada adiknya.
“Uuuuugh….” Putri jadi sebal melihat kakaknya.
“Maafkan dia Rio….”
“Eh… he…. he…. he…” Aku sedikit tertawa.
“A…. Ha… Ha… Ha…!!” Kedua orang tuanya tertawa melihat wajahku malu sekali. “Hei Putri….. sudah-sudah….” Ucap Ayahnya.
Setelah itu, aku langsung makan steaknya dan sedikit berbicara dengan orang tuanya, aku melihat Lisna tersenyum, ini baru pertama kalinya aku merasakan keharmonisan keluarga mereka disini.
Aku tersenyum ketika Lisna sedang bicara denganku.
“Waaah…. Apa-apaan ini ?” Tiba-tiba Putri berdiri didekat kami sedang bicara.
“KYAH…” Lisna sedikit terkecut, aku pun juga.
“Sssst… Hei kakak ipar…., kamu sedang memikirkan sesuatu yang jorok-jorok iyakan ?” Tanya Putri sambil membisik-bisiki kupingku.
“AAARGH !!” Aku kaget sekali mendengarnya, dan ingin langsung marah.
“He… he… he…” Putri menghindar kebelakang kakaknya.
“Kamu ini…., Ah ?… ka…. Kakak ipar ?”
“Iya…., Apa kedengaran aneh ?” ucap Putri.
“E… enggak kok…. Enggak kedengaran aneh ?” aku bingung apa maksudnya.
“Aku ini ingin sekali mempunyai kakak ipar, Nampaknya kamu sedikit tidak percaya, Tapi Putri akan selalu melakukan yang terbaik untukmu.” Putri memegang pundakku.
“Aaa… begitu…?” Aku melanjutkan makan steaknya.
“Jadi, maukah kamu menikah dengan kakakku tersayang.”
“UGH… UHUK… UHUK…!!” Aku terbatuk-batuk mendengarnya.
“PUTRI !!, apa yang kamu katakan barusan ?” Lisna langsung teriak dan marah.
“Ah… Ha… Ha… Ha…!!” kedua orang tuanya tertawa.
“………………” Aku dan Lisna tidak bisa berkata-kata karena malu mendengarnya.
“Hem… masa depan kalian sudah dekat, Rio agustina…. Bapak harap kamu mau menjaga Lisna baik-baik ketika kalian sedang pacaran.” Ucap ayahnya.
“Mm… Mm… Mm…” Putri mengangukan kepalanya.
“Bapak titipkan dia kepadamu.”
“A… IYA PAK !!” Jawab aku dengan tegas.
Lisna tersenyum sambil menundukan wajahnya menatap kebawah.
****
Setelah acara makan malam selesai, Aku dan Lisna berjalan kaki tidak jauh dari rumahnya. “Besok… Acara bazar tahun baru akan digelar di masjid pondok indah, bagaimana kalau kita pergi kesana ?” Aku ingin sekali mengajaknya.
“Baiklah, tetapi Sativa…. Dia terlihat sibuk dan tidak bisa datang katanya.”
“Sibuk ?, apa dia sudah mempunyai pacar ?”
“Eh… masa ?, karena itu….” Lisna berhenti dari jalannya.
“Ada apa ?” Aku menengok.
“Iya…, katanya Sativa sudah mempunyai pacar ?, itulah kenapa…”
“Eh, benarkah ?!”
“Kata Putri, sewaktu pulang dari latihan renang, dia bertemu Sativa sedang berjalan dengan seseorang.”
“Ah… Jadi dia sungguh-sungguh ya ?, ya sudah, yang penting kita berangkat besok, hanya untuk kita berdua saja…., Ng…. aku tidak usah mengajak Budi ya ?”
“Eh… he… he… he… berarti Budi tidak usah diajak dong.” Lisna tertawa.
“Tidak apa-apa…. Sampai jumpa lagi Lisna.”
“Mgh.” sambil mengagukan kepalanya.
Aku memegang dagunya Lisna dan mencium mulutnya dengan lembut. “Cup……”
****
Di apartemen gandaria, “Kriiiing…. Kriiiing…. Kriiing…!” suara telepon berdering. “Klek.” Terdengar suara pesan telepon menerimanya.
“Iya…Ini Rio agustina…., aku sekarang sedang berada diluar…. Jika ada keperluan, silahkan tinggalkan pesan setelah bunyi pip.”
“Piiip !” teleponku merekam pesannya.
“…………………………”
“Klek.” teleponnya langsung ditutup.
****
Keesokan sore harinya, digelangang renang SMU 87. Sativa sedang latihan renang sendirian. “Tap…. tap…. tap….” Aku datang menemuinya.
Tidak lama setelah Sativa latihan, aku memanggilnya ketika dia sedang berdiam diri sambil mengambang ditengah-tengah kolam. “Sativa !”
“Muh…” dia matanya menengok, melihatku berdiri tidak jauh didekatnya.
“Kemaren… kenapa teleponnya tidak kamu angkat ?”
“Eh… Lu nelpon balik ya ?”
“Kamu sudah tiga kali meninggalkan pesan, apa ada masalah ?”
“E… enggak kok…”
“………………………” Aku hendak pergi meninggalkannya.
“Rio…. Maukah kamu mendengarkan sesuatu ?!”
“Tap.” Aku berhenti dan tidak jadi pergi.
****
Di lapangan masjid pondok indah yang ramai dan dipenuhi orang-orang yang berdatangan ke acara bazar tahun baru. “…………………………” tampak Lisna sedang menungguku datang, dia berpakaian rapih dan berpenampilan cantik sekali.
****
Diatas bukit belakang sekolah, Aku dan Sativa sedang duduk-duduk menyender pohon sambil menatap matahari mulai terbenam. “Krriik…. Kriiik…. Kriik…” suara jangkrik dari semak-semak rerumputan.
“Ini tentang pacarmu ya ?” Aku bertanya kepadanya.
“Gua tidak pernah mempunyai pacar.”
“Aku dengar kamu sudah punya….”
“Gua cuman ngikutin dia jalan-jalan saja, tetapi… dia mengakuinya kemaren.”
“Apa kamu mengajaknya pacaran ?”
“Gua tidak tahu …………….., Hei… coba elu pikir… apa yang harus gua lakukan ?”
“Eh… apa maksudmu ?, kalau aku sih akan selalu mendukungmu… terserah apa yang akan kamu putuskan.”
“Mh… Masa… gua harap begitu….” Sativa menundukkan wajahnya.
“……………………” dengan diam aku menengok sedikit menatapnya.
“Walaupun gua kelihatan seperti ini, dia adalah orang kesepuluh untuk mengakunya, Tetapi… gua tolak mereka semua.” Sambil menatap keatas.
“Kamu sedang membual ya ?”
“B o d o h…. Mau gua hajar ?!”
Aku tersenyum melihat dia mulai marah.
“Mereka semua selalu memuji rambut gue…, Tetapi Gua tidak suka itu.” Sambil memegang rambut panjangnya. “Gua, orang yang tidak seperti rambut ini, selalu keras kepala…. Hanya satu dari mereka yang tidak memuji rambut gue…. Dia bilang, itu kelihatan pendek sekali.”
“Apa…. kamu menyukai dia ?”
“Gua tidak tahu….., Terus terang saja…. Gua tidak tahu….”
Aku langsung menatap kedepan, tampak Sativa masih terus menatapku dan mengedip matanya menatap kebawah. “…………………………”
Sativa langsung berdiri dari duduknya. “Sudah gua putuskan…. Gua tidak akan pergi bersamanya !” ucap sambil berjalan sedikit kedepan. “Gua ingin sendirian saja dan kesepian seperti Lisna.”
“Masa…, Aku pikir kedengarannya bagus.”
“Hem…” dia tersenyum.
“Eh !” Sativa menengok melihat cahaya keramaian dimasjid pondok indah dari kejauhan. “Bazar…?”
“Iya.” Aku langsung berdiri dan mendekatinya.
“Itu enggak apa-apa…, bukannya lu pergi bersama Lisna sekarang ?”
“Ah aku lupa !, Aku akan minta maaf .”
“…………………………” Sativa mulutnya menganga.
“Sreeek…….!” Terdengar suara langkah kaki menginjak rumputan dibelakang kami berdua.
“Kalian ada disini !” Ucap Budi datang bersama Lisna.
“Ngah…” Sativa terkecut dan menengok kebelakang.
“Budi !, Lisna !” Aku memanggilnya.
“Rio !, Kenapa lu ini…!” Budi langsung lari mendekatiku. “Bukannya lu sudah janjian, ngajak Lisna ke bazar… Kenapa lu membiarkan dia sendirian ?!, Dia menjadi khawatir bahwa lu tidak datang, itu bikin dia menangis bodoh !” ucap marah-marah.
“Itu tidak apa-apa, Budi !” Lisna mendekati budi yang sedang marah. Kemudian dia langsung diam dan menengok Lisna dibelakangnya.
“Kalian semua tidak apa-apa kan…?”
“Maafkan aku, Lisna !!” ucap Sativa minta maaf kepadanya.
“Ah.” Aku menengok melihat Sativa cemas.
“Aku tidak tahu bahwa kalian sedang pacaran…, Sengaja Aku ajak dia kesini untuk bicara…, Sesuatu telah terjadi kepadaku, dan…” Sativa menundukan wajahnya dengan murung.
“Sa… sativa...” Lisna terlihat khawatir.
“Jadi begitu ya.” Ucap Budi baru mengetahui yang sebenarnya.
“Aku merasa tidak enak kepadamu Lis, tetapi aku tidak bisa meninggalkan Sativa sendirian.” Aku memberi pengertian kepadanya. “Aku benar-benar minta maaf.”
“Mgh… itu enggak apa-apa kok… jika itu masalahnya.” Lisna langsung memegang tangannya Sativa. “Karena kamu adalah temanku yang terpenting !”
“Teman…?, ……………. Mh………… Terima kasih.” Sativa tersenyum.
“Srak… srak…” Lisna mundur sedikit kebelakang dan melihat-lihat kami bertiga.
“Tetapi… kita semua telah berkumpul sekarang !, Teman adalah yang terpenting seperti ini !”
“Lisna…, Baiklah karena kita semua sudah berkumpul, ayo kita pergi kebazar sama-sama !”
“Lalu sebagai ucapan minta maaf, aku akan traktir kalian semua !” Ucap sativa.
“Kedengarannya boleh juga, tetapi sebelum itu… Ayo kita ambil Foto sama-sama.” Budi mengeluarkan kamera foto dari kantong celananya.
“Ketika kamu mengatakan itu…, ini akan menjadi foto pertama buat kita berempat !” Aku mendekati Lisna berdiri.
“Iya, ini akan jadi foto kenang-kenanganan.”
Kamera foto diletakan diatas dahan pohon oleh Budi. “Sreeeeeeeeeeeeee….” Terdengar suara dari kamera tersebut untuk mengambil foto mereka secara otomatis.
“Ayo semuanya berdekatan !” Ucap Budi.
“Seperti ini ?” Aku berdiri disebelah Sativa.
“Lisna….”
“Kyaaah….”
“KLEEK !!” Malam hampir kelihatan larut, Aku dan Lisna pulang kerumah sehabis mengunjungi bazar. Kami berdua jalan kaki bersama sambil bergandengan tangan. “Maaf ya, soal waktu itu…” ucap Aku minta maaf kepadanya.
“Tidak apa-apa kok… Sativa sepertinya khawatir, iyakan ?, Aku pasti akan melakukan hal yang sama.”
“Begitu ya.”
“Aku senang, kalau kamu perduli kepadanya.”
“Mh.” Aku tersenyum mendengarnya. “Huh ?” Aku berhenti melihat rumah Lisna tampak gelap tidak ada siapa-siapa.
“Ah… orang tuaku sedang pergi keluar….”
“Mmmm…”
“Putri juga ikut bersamanya.”
“Masa…” Sambil menggaruk kepala.
“Rio… maukah kamu masuk kedalam ?”
“Eeee….”
“Aku masih ingin berbicara denganmu.”
“………………” Aku bingung dan sedikit malu. “Ba….. baiklah…..”
****
“Klik.” Lampu kamar dinyalakan. “Klekek !” Suara pintu ditutup.
“Jadi ini kamarmu ya ?”
“Mmh…” Lisna mengagukan kepalanya dengan malu.
“Eeeeeeeh…..” Aku berjalan menuju lemari bukunya. “Kamu memiliki banyak buku cerpen bergambar.”
“Aku sangat menyukainya.” Lisna mendekatiku.
“Apa… bulan ini kamu mempunyai buku Kenangan Kata Terakhir ?”
“Tidak…” sambil menggelengkan kepalanya.
“Bagaimana dilain waktu kita cari sama-sama.”
“Iya, ……… Sewaktu aku kecil, di dalam mimpi aku ingin sekali bercita-cita sebagai novelis… maka begitu aku akan masuk ke universitas…. Aku akan mengambil jurusan psikologi anak-anak.”
“Heh… Itu hebat sekali Lisna, aku yakin kamu pasti bisa.”
“Ngh.” Lisna menyenderkan kepalanya ke bahuku.
Aku langsung merangkulnya. “Jika ada waktu, bagaimana kalau kamu nulis cerita tentang kita berempat.”
“Ah… Kedengarannya manis sekali.” Lisna memegang tanganku.
“Mmh….” Aku mencium mulutnya dengan lembut. “Cup…”

Tidak lama, aku membaringkan Lisna ke tempat tidurnya. “Ah..ha….”
“Lisna…” aku menatap wajahnya dengan malu.
“Ah…haaaa…” dia membuka mulutnya pelan-pelan.
“………………………” Aku menunggunya untuk mengatakan iya atau tidak.
“A….. iya….” Lisna langsung menutup kedua matanya.
Aku melepaskan pakaiannya begitu juga dengan pakaianku. Kami berdua membuat cumbu untuk pertama kalinya. Lampu kamar aku matikan, hanya lampu belajar yang aku nyalakan agar suasana terlihat redup.
Aku mulai mencium-cium lehernya sambil memegang rambutnya dengan tangan kiriku kemudian meremas-remas dadanya dengan tangan kananku. “Aaaaaaah……” Aku merasakan Lisna mulai terangsang. Aku terus-terusan mencium lehernya. Lisna terlalu memelukku dengan kuat dan mencakar-cakar punggungku.
“Mmmmmhhh…..”
“AKH… Akh….. akh…” terasa Lisna mulai kesakitan sambil menjambak rambutku. “Ah…. Ah…. Ah…” Aku bersenggama sedikit demi sedikit dengan pelan-pelan. “Akh…. Aaaaaah…”
“Mmmmh… akh… ah… ah….” Sepertinya Lisna kesakitan, aku berhenti bersenggama kemudian melihat wajahnya. “Ngh…?”
“Maafkan aku…” sambil menghusap air matanya, aku tahu walaupun ini dosa aku akan selalu mencintainya dan segera menikahinya.
“Mmh….” Lisna tersenyum.
****
Tampak mobil sedan yang ditumpangin Putri bersama orang tuanya telah tiba. Di depan pintu gerbang rumah, Putri turun dari mobilnya “Aku langsung masuk duluan.” sambil menutup pintu mobilnya.
“Ngh… apa-apaan ini ?” Putri melihat lampu kamar kakaknya terlihat redup.
****
Aku terus-terusan mencium mulutnya Lisna sampe tidak mau lepas. “Ting… nong…! Ting… nong !” Terdengar suara bel pintu dibawah.
“HAAAAH...!!” Aku dan Lisna terkecut.
****
Diruang tamu, Putri membuka pintunya dan langsung masuk kedalam. “Kakak…. Kamu ada didalam….?”
Putri melihat sepatuku di bawah. “Mmm…” dia tersenyum.
****
“DUK… DUK… DUK…!!” Terdengar suara langkah kaki berlarian dan mendekati kamarnya Lisna. “KLEKEK !!” Putri langsung membuka pintunya dengan cepat. “AKU SUDAH PULANG !!”
“Aa….., huh ?” Putri melihat-lihat tempat tidur kakaknya, dikiranya aku dan Lisna sedang bercumbu disana.
“Putri… selamat datang.” Lisna memanggilnya.
“Ah…” Putri menengok melihat kami sedang duduk-duduk dilantai.
“Kamu pulang terlambat ya ?”
“Eeeeeeeeh……” Tampak di wajahnya Putri mulai curiga.
“Duk… duk…. duk….” dia berjalan mendekatiku.
“Kakak ipar… Apakah kamu menggigit kakak ku ?”
“IIIIIIIH….!!” Aku dan Lisna langsung shock mendengarnya.
“Pu…Putri, Apa yang barusan kamu katakan ?” Lisna wajahnya keringatan.
“Mencurigakan sekali !” Sambil memegang dagunya.
“Putri, kamu ini…. mau menghalangiku atau… mendukungku ?…, Pilih salah satu ?” Aku menanyakan dengan mulut gemetaran.
“Mmmmm…. Keduanya !”
“Duk… duk… duk…., Klekek !!” Putri langsung lari dan keluar dari kamar Lisna.
“Aaaaaaaaah….” Aku dan Lisna jadi legaan.
“Ngh ?” Ketika Aku menengok.
“Mh… Eh… he… he… he…” Lisna tertawa, begitu pun aku sambil menyenderkan kepala.
“Maaf ya, soal yang tadi itu…”
Aku langsung memegang pipinya dan memeluknya. “Lisna…, kamu tidak perlu khawatir lagi…, Kita sudah punya banyak waktu untuk berdua.”
“Mmh….” Sambil tersenyum.
“Hey, Rio…. Ayo kita buat mantera janji.”
Lisna mengangkat kedua tangannya kemudian aku mengangkat kedua tanganku. “Seperti ini ?” Aku mengepal jari-jari tangannya. “Mmh.” Lisna mengagukan kepalanya.
“Ikuti kata-kata yang akan ku ucapkan.” Lisna menutup matanya.
“Seperti bintang-bintang berkilauan diatas langit…”
“Seperti bintang-bintang berkilauan diatas langit…” Aku mengikutinya.
“Perasaan kita tidak akan pernah menghilang.”
“Perasaan kita tidak akan pernah menghilang.”
“Sekali pun tangan kita berpisah…”
“Sekali pun tangan kita berpisah…”
“Diantara kita, tidak akan pernah melupakan selamanya…”
“Diantara kita, tidak akan pernah melupakan selamanya…”
****
Keesokan siang harinya, “Jes… jes… jes….” Suara kereta api di stasiun kebayoran. Tampak Lisna sudah datang sambil melihat jam tangannya.
“Tap… tap… tap…” Dia melihat-lihat kekiri kekanan.
****
Di toko buku gramedia palmerah, aku sedang membeli buku UMPTN.
“Akan kedengaran manis jika kamu serius pergi ke Universitas Mercu Buana.” Ingatan ucapan Lisna ketika kami sedang berada didalam kereta.
“Ngh ?” Aku melihat buku Kenangan Kata Terakhir tidak jauh ditempatku berdiri.
****
Di restauran Mac Donald palmerah, “Bohong kali, Lu bercanda ya ?!” tanya Budi kepadaku. “Iya, Gue akan memutuskan pergi ke Universitas Mercu Buana.”
“Memutuskan kata lu…?”
Aku melihat foto-foto yang sudah jadi sewaktu bazar kemaren.
“Uuh… Gampang sekali lu bicara seperti itu.” Budi menyender kebelakang kursi.
“Pasti karena Lisna kan ?”
“Iya… iya…” Jawab aku sambil minum coca-cola, kemudian menatap buku Kenangan Kata Terakhir yang kubungkus berikut foto-foto yang akan kuberikan ke Lisna.
****
“Tap ! tap ! tap !” Aku berlari-lari ke stasiun palmerah. “Aduh… sudah terlambat, pasti Lisna sudah kelamaan nunggu.” Sambil melihat jam tangan.
“Tap ! tap ! tap !”
“Rio !” terdengar seseorang memanggilku.
“Ngh ?!” Aku berhenti dan menengok kebelakang.
“Apa yang sedang lu lakukan disini ?” Sativa datang mendekatiku.
“Sativa !” tampak Dia berpenampilan cantik dan feminim dengan rok pendeknya sambil membawa amplop besar ditangannya.
“Ada apa dengan pakaianmu ?, mau pergi pacaran ?”
“B…o...d…o…h !, Gua ini tadi habis pergi dari gelanggang renang senayan tahu.”
“EH… cuman itu ?”
“Apa maksud lu cuman itu ?”
“Nh… he… he… he…” Aku tertawa.

“Tap… tap…. Tap…” Aku dan Sativa jalan kaki bersama. “Bagaimana keadaan lu sekarang ?, pergi pacaran bersama Lisna ?” Tanya Sativa kepadaku.
“Yah…, kami berdua sudah janjian untuk ketemu di stasiun kebayoran.”
“Nghhhhh…. Lu melakukannya dengan baik sekali….Gua jadi iri.”
“Sudah pasti…. Sudah pasti !” ucap sambil menatap wajahnya. “Ya sudah… sampai ketemu lagi… daaa…!” kulambaikan tangan dan langsung pergi.
“AH… RIO… KAMU TAHU ENGGAK…!!” Sativa berteriak memanggilku.
“Tap.” Aku berhenti dan menengok kebelakang.
“Sebenarnya…. Hari ini adalah ulang tahunku.”
“…………………………” Aku mendekatinya.
“Jadi…..” Tampak wajah Sativa terlihat malu.
****
“………………………” Sudah terlalu lama Lisna menungguku di sebelah telepon umum, kemudian dia melihat waktu di jam tangannya. Aku melihat-lihat cincin yang dijual pedagang dipinggir jalan. “Ah… ini bagus sekali.” Ucap Sativa sedang memilih-milih cincin kesukaannya.
“Set.” Dia mengambil cincin yang terbuat dari perak.
“Eh… cincin ?” Aku bertanya kepadanya.
“Enggak kelihatan bagus ya ?” Tanya Sativa kepadaku.
“Sebuah cincin untuk kado ulang tahunmu, bukannya….” Aku berpikir-pikir sambil memegang dagu.
“A…. begitu ya… maaf.” Sativa meletakan lagi cincin tersebut. “Mmmm…. Ya sudah…Ng….” dia mulai melihat-lihat lagi. “OH…” dia terkecut.
Aku langsung mengambil cincin yang baru dipilih olehnya. “Aku ambil yang ini saja.” sambil menunjukan cincin tersebut ke abang penjual.
“Inih….”
“Eh… enggak apa-apa nih Rio…. Bukanya lu ?!”
“Kamu pasti tidak akan senang, memilih sesuatu yang kamu inginkan, iyakan ?” Aku langsung mengambil dompet disaku celana.
“…………………………” tampak Sativa terlihat diam.
“Berapa harganya ?”
“Hanya Rp. 38.000,00” ucap abang penjual cincin.
“IGH… mahal sekali ?!”
“Eh… he… he… he…” Sativa tertawa.
Setelah itu, Sativa mengenakan cincin di jari tangan kirinya. “Aaah…..” dia tampak senang melihatnya. “Rio… terima kasih banyak…. Gua akan selalu memakainya.”
“Ooooh… sebagai gantinya… aku akan membuatmu membayar sepuluh kali lipat di hari ulang tahunku nanti !”
kemudian Aku melihat waktu dijam tanganku. “NGH ya ampun !, sudah terlambat !” aku melambaikan tangan. “Udah ya !” dan langsung pergi. “Tap ! tap ! tap !”
“Ngh….” Sativa terlihat senyum dan menjadi murung ketika aku pergi meninggalkannya sendirian.
****
Lisna masih terus menungguku. Kemudian dia menatap langit dengan wajah murungnya. “………………………………”
****
“Teeeeeeeeng….!!, Jes… jes… jes…. jes…!” kereta api yang ku tumpangi telah sampai di stasiun kebayoran. “Tap… tap… tap…” aku keluar sambil melihat waktu dijam tanganku.
“Kleek.” Suara pintu mobil ditutup seseorang. “Breeem….. Teeenooo…. Teeenoo… teeenooo….!!” Terdengar sirine mobil ambulan tidak jauh ditempatku berdiri.
“Ng ?” Aku melihat kerumunan orang sedang melihat kecelakaan.
“Kecelakaan… berbahaya sekali.” Aku menengok-nengok mencari Lisna.
“Aku harap… Lisna mungkin sudah pulang kerumah…”
“Tap… tap… tap…” Aku terus berjalan mendekati kerumunan tersebut.
“…………………………….” Aku berhenti.
“Berbahaya sekali…”
“Iya…”
terdengar orang-orang membicarakan sesuatu ketika sedang melewatiku.
“Apa anak perempuan itu baik-baik saja ?”
“Dia ditabrak mobil sampai separah itu… aku ingin tahu apa mungkin dia sedang menunggu seseorang disana ?, menyedihkan sekali….”
“Ah…” Jantungku terasa deg-degkan, aku takut telah terjadi sesuatu terhadap Lisna.
Aku melangkahkan kakiku terasa berat diangkat. “Lis…. Lisna…!” aku memanggil seseorang didepanku. “Ngh.” Wanita itu menengok. “Maaf.” Aku pikir orang itu Lisna, soalnya dia hampir mirip dengannya.
“LISNA…?” aku terus berteriak memanggilnya dan mencarinya. “LISNA…?”
“TAP ! TAP ! TAP !!” Aku berlari ke kerumunan orang. “LISNA…?”
Orang-orang dibelakang menengok melihatku berteriak.
“Maaf… permisi… beri aku jalan !” Aku langsung masuk kedalam kerumunan dan bergegas menuju lokasi kejadian. “LISNA…? DIMANA KAMU…. LISNAA…?!”
“ARRRGH…., Permisi !” ketika sampai didepan garis pembatas polisi.
“AAH….!!” Aku terkecut, Aku melihat pita rambut warna merah jambu seperti milik Lisna di kepalanya dan pecahan kaca beserta bercak darah yang berceceran dijalan.
“Iya kejadiannya baru saja jam 2 siang lewat 15 menit.” Aku mendengar seorang polisi sedang menginformasikan kejadian dengan HT-nya.
“AAAKH….” Aku terdiam kaku dengan mataku melotot.
“Sudah didapatkan identitas korbannya….” Polisi itu sedang membaca kartu pelajar ditangannya. “Dia sekolah di SMU 87….. murid kelas tiga…”
“Lisna… Maharani….”
“NGH !!” aku Shock dan langsung menjatuhkan barang bawaanku ke jalan.
“Sreeek… plaaak.. pak..pak..”

KU TAK DAPAT BERHENTI

Album pertama Gemuruh Hati. Cipt : Rio Agustina
Vokal : Lisna Maharani
Dalam pelukan, dislimuti angin…
Pera…saanmu, apa sedang berduka…
Seorang diri di atas bukit,
kau ama…ti perubahan musim…
Ku ingin tahu, apa…
yang kau lihat dilangit nan biru…
Ku ingin keberanian….
Ku harap ini kesunyian…

Ku tak dapat berhenti !
Hari-hari romantis, terjebak dalam pelukkanmu disini…
Sedikit, ingatan musim panas, hidup kembali.
Kemilau kem..bang api, menyinar diri, hingga skarang…

Kehidupan ini, ku tak mengerti,
Kau hada…pi semangat pengorbanan…
Ku ingin tahu, apa,
Yang kau simpan dilubuk hatimu

Ku ingin kejujuran
Ku harap ini kebenaran…

Ku tak dapat berhenti !
Hari-hari romantis, terjebak dalam pelukkanmu disini…
Sedikit, ingatan musim panas, hidup kembali.
Kemilau kem..bang api, menyinar diri, hingga skarang…

****

Read more...

There Something About Bu RW

Halo kaskuser semua (sengaja nyantumin kaskus biar kalo ada yang kopi paste keliatan asalnya ). Saya mo bagi cerita lagi nih.... biasa, kayaknya udah kurang stok cerita baru Oh iya, saya postingnya sebelum RUU anti pornografi di legalin ya, jadi gak boleh diusut (awas kalo mimin bongkar-bongkar rahasia ke polisi )

Biasanya kembang disuatu kompleks adalah seorang gadis SMU ato kuliah yang memang lagi mekar-mekarnya, tapi beda dengan kompleks dimana aku tinggal. Ya, dikompleks ini yang menjadi kembang adalah ibu RW yang tinggal disebelah rumahku. Mungkin sebagian besar pembaca tidak percaya, tapi memang tante lia, bu rw tetanggaku itu bagaikan magnet bagi semua laki-laki dikompleks ini.

Aku gak bisa mendeskripsikan secara tepat mengapa tante lia bisa begitu mempesona. Memang secara fisik tante lia jauh diatas perempuan rata-rata. Kulitnya putih seperti kebanyakan wanita sunda, tapi kulitnya mulus tak bercacat. Sebenarnya aku gak tau pasti gimana kulit ditubuhnya, tapi yang pasti kulit yang membalut betis indahnya mulus tak bercacat, aku bisa memastikan itu sebab aku sering mengagumi betis bulir padi itu saat tante lia keluar rumah memakai celana selutut kesayangannya. Tubuhnya tidak terlalu gemuk tapi juga tidak terlalu kurus, makanya payudara sedangnya sangat cocok mengimbangi pinggul dan pantatnya yang sedikit tonggeng.

Tapi selain fisiknya yang memang cantik dan berbody aduhai, tante lia punya sesuatu yang memancar dari dirinya. Mungkin kalau orang bilang tante lia punya inner beauty yang sangat kuat. Senyum selalu menghiasi bibir mungilnya, keramahannya menanggapi lawan bicaranya, tawa lepasnya yang segar dan keanggunannya menghela rambut yang selalu dibiarkan terurai itu... Hmmmm... sosok wanita idaman setiap pria.

Sebenarnya tante lia punya seorang anak perempuan yang bernama sarah yang sudah duduk di kelas 2 SMU. Jelas sarah mewarisi kecantikan ibunya, tapi inner beauty tante lia memang susah untuk ditandingi.

Aku sangat akrab dengan tante lia, sebab selain memang bertetangga, dulu aku berusaha untuk mendekati sarah dari ibunya . Tapi sepertinya usaha itu gagal. Hubunganku dengan sarah gak lebih dari cuma say hello, tapi sebaliknya dengan ibunya, tante lia senang sekali mengajak aku mengobrol. Bahkan tante lia melarang aku untuk membayar iuran warga yang memang ditanganinya untuk beberapa bulan sekaligus. Aku diwajibkan untuk membayar per bulan. Alasan dia sih untuk ngembangin silaturahmi, makanya setiap aku membayar iuran warga, pasti tante lia mengajakku mengobrol terlebih dahulu, hasilnya minimal 1 jam aku tertahan dirumahnya.

Dua bulan lalu, saat aku hendak membayar iuran warga, aku mendatangi rumah tante lia. Aku mendapati rumahnya kosong.

"Pada kemana tan ?" tanyaku saat kami mengobrol diruang tamu.

"Oh... Sarah sama papanya lagi ke sukabumi, kerumah neneknya" jawab tante lia.

"Kok tante gak ikut ?" tanyaku. "Maunya sih, tapi besok ibu-ibu pkk ada kegiatan, gak enak kalo tante gak dateng" jelas tante lia. Aku cuma mengangguk tanda mengerti.

Setelah itu kami mengobrol seru seperti kebiasaanku kalau berkunjung kerumahnya. Sampai tante lia menanyakan hal pribadi padaku.

"Rian, kapan nih kamu menikah ?" tanya tante lia menyelidiki.

"He..he..he.. kapan ya tan ?" jawabku setengah becanda. "Masih belom punya calon nih tan" lanjutku.

"Ah masa sih kamu gak punya calon. Kan kamu lumayan ganteng, materi juga udah lumayan, mo nunggu apa lagi" tanya tante lia lagi.

"Maunya sih secepetnya, udah gak tahan" jawabku sambil tertawa, tante lia ikutan tertawa. "Tapi mo gimana lagi, emang belom ada calonnya" kataku meneruskan.

"Emang kamu mo cari cewek kayak gimana ?" tanya tante lia. "Kayak gimana ya ? Mungkin kayak tante lia ini lah" jawabku bercanda. Sebenernya aku berharap dengan jawaban itu tante lia mau menawarkan anaknya sarah ke aku . Tapi jawaban sungguh diluar dugaan.

"Kayak tante ??? Emang tante masih cantik ya sampe brondong kayak kamu mimpiin dapet istri kayak tante" jawab tante lia sambil tersenyum genit.

Sebenarnya aku sedikit kecewa atas reaksinya, tapi berhubung sudah terlanjur, aku teruskan saja. "Tentu aja tan, cowok mana sih di kompleks ini yang gak ngakuin kalo tante perempuan paling cantik disini" kataku sedikit menggombal

Tante lia terseyum kecil, mukanya sedikit memerah, mungkin dia malu. "Masa sih Rian, tante kan udah tua" kata tante lia.

"Hmm.. walau tante udah punya anak gadis, tapi menurutku tante masih terlihat seperti anak gadis. Jujur kalo melihat tante sama sarah, saya sering menganggap tante adek kakak sama sarah" lanjutku, dalam hati aku heran kenapa aku jadi merayu gitu.

"Masa sih tante masih kayak anak gadis, badan tante udah kendor sana-sini begitu" jawab tante lia yang kemudian berdiri dan memperhatikan tubuhnya sendiri. Dasternya ditarik kebelakang agar melekat ketubuhnya, hasilnya tubuh aduhainya tercetak. Terlihat jelas lekuk pinggul dan dadanya. Kemudian dia berputar-putar sambil mengamati tubuhnya, tentu aja mataku juga ikut mengamati atau lebih tepatnya menikmati tubuhnya. Apalagi karena dasternya ditarik, terlihat pangkal pahanya yang putih mulus. Mungkin kalau ditarik sedikit lagi celana dalamnya juga ikut terihat.

"Gak usah khawatir tante. Tante emang gak kalah sama anak gadis. Jujur aja saya juga sering bayangin tante sebelum tidur..." damn... aku nyesel banget ngomong kayak gitu, tapi wtf lah, udah terlanjur

"Masa sih kamu bayangin tante ?" tanyanya dengan muka tidak percaya. "Masa sih tante bisa merangsang kamu ?" tanya lagi. Aku cuma terdiam malu.

"Tapi kamu gak usah jawab deh, tuh adek kamu udah ngejawab sendiri" kata tante lia sambil ketawa. Damn, gundukan penisku yang menegang dibalik celanaku ternyata terlihat sama dia aku cuma tersipu malu.

"Gak usah malu gitu yan" kata tante lia yang kemudian duduk disebelahku. "Kamu kan udah gede, wajar kalo terangsang sama cewek" lanjut tante lia yang kemudian mengelus penisku dari luar celana. Aku menepisnya, tapi sayang tangan tante lia sudah mencengkram penisku dari luar.

"Hmmm... punya kamu gede juga ya" kata tante lia yang kemudian meremas-remas penisku dan sesekali mengocoknya, aku meringis keenakkan.

Setelah beberapa lama, aku berkata "Udah tan, nanti ada orang" katakuku dengan agak gugup, soalnya ruang tamu ada dibagian depan, orang bisa aja tiba-tiba melongok melalui jendela.

"Ya udah, kalo gitu kekamar tante yuk" ajak tante lia. Aku cuma terdiam. "Kalo mau, tante tunggu didalam ya" ajaknya sambil tersenyum genit. Kemudian dia berdiri berjalan menuju kamarnya.

Sesaat aku terdiam, jujur dalam hati aku ingin segera menyusulnya, tapi dipikiranku masih ada yang mengganjel. Ada sesuatu yang melarangku mengikutinya kekamar. Tapi pikiran itu gak lama, nafsuku menguasai semua pikiranku. Aku segera beranjak.

Aku buka perlahan pintu kamarnya dengan sangat gugup. Setelah dibuka aku melihat tante lia sedang duduk dipinggir tempat tidurnya sambil membuka-buka majalah. Melihat aku masuk tante lia tersenyum senang kemudian berdiri menyambutku.

"Tante kira kamu gak mau" kata tante lia yang kemudian memelukku. Aku membalas memeluknya erat sambil mengelus-elus punggungnya. Sambil memeluk aku cium keningnya. Menerima kecupanku, dia memandangku mesra, kemudian meyodorkan bibirnya sambil matanya terpejam. Melihat gerakannya, aku mengerti, aku kecup bibirnya lembut. Kecupannku diikuti oleh kecupan-kecupan lain dibibirnya.

Awalnya ciumanku ke bibir mungil tante lia pelan dan lembut. Tapi lama-lama ciuman itu menjadi lebih liar, apalagi aku dan tante lia saling menggesek-gesekan tubuh satu sama lain. Saat lidahku menelusuri rongga mulut dan lidahnya, tanganku tak lupa penyelusuri tubuhnya. Awalnya tanganku mengelus-elus punggung dan rambutnya. Tapi kemudian tanganku turun ke pantatnya. Aku meremas-remas pantat bulat tante lia dan sesekali aku mendorong pantat itu agar kemaluannku tergesek dimemeknya. Walau masih dari luar tapi cukup membangkitkan birahi.

"Crop.............Crooop.........Croooop" cuma suara itu yang terdengar mengiringi sedotan-sedotan ciuman kami. Kadang tante lia menggumam kecil saat pantatnya ditekan kearah penisku.

Sambil berciuman, aku dorong tubuh tante lia kearah tempat tidur. Saat kakinya menyetuh pinggir tempat tidur, tante lia terduduk. Aku tidak melepas ciumanku, aku terbungkuk mengikuti tubuhnya. Aku dorong tante lia lagi ketengah tempat tidur, sebab aku ingin bercumbu sambil tiduran. Tante lia mengerti, dia bergeser ketengah tempat tidur dan terlentang disana. Aku segera menindihnya dan meneruskan ciumanku.

Pada posisi yang lebih menguntungkan itu, aku mengarahkan tanganku kepayudaranya. Aku meremas daging kenyal itu. Hmm.... benar-benar masih kencang payudara tante lia !

Setelah meremas-remas payudaranya beberapa kali, aku menarik dasternya keatas, dan tanganku mulai meremas payudaranya dari luar BHnya. Untung dia pakai BH yang lembut, sehingga remasanku bisa maksimal walau masih dari luar.

Aku mengangkat BH tersebut keatas, terlihatlah kedua puting hitam tante lia. Ciuman aku pindahkan dari bibir ke puting sebelah kanan. Sambil menyedot dan sesekali menjilat puting kanan, payudara kiri tante lia aku remas-remas. Kadang aku hanya memutar-mutar puting kiri tersebut.

Bosan dengan yang kanan, aku berpindah ke yang kiri. Selama aku menyedot-nyedot payudaranya tante lia hanya merem-melek keenakkan. Bibir bawahnya digigit, entah mengapa, mungkin supaya suara dia tidak keluar. Sambil memegangi BHnya supaya tidak turun, tante lia mulai meracau. "Ah..ah..ah.. enak sayang, enak..."

"Klik..." aku buka pengait BH yang ada dibelakang tubuhnya. Segera setelah itu aku dorong daster beserta BHnya keatas dan melepasnya. Makanya aku suka banget cewek pake daster, gampang banget dibugilin

Setelah dasternya tersingkir, tante lia merems-remas sendiri payudaranya, sambil menatap lemah padaku seakan berharap mulutku menggantikan peran tanggannya. Aku menanggapinya dengan menciumi lagi pentil payudaranya, bergantian kiri dan kanan "shhh.....ahhhh....ahh...." cuma itu yang terdengar dari mulut tante lia.

Tangan tante lia kemudian menarik kaosku keatas, dia berusaha untuk membukanya, aku membantunya, aku lepas kaosku. Setelah kaosku terbuka aku menindih lagi tubuh dan mencium bibirnya sambil menggesekkan dadaku ke payudaranya. Tapi tante lia yang sudah tinggal CD itu tidak berhenti, dia membuka ikat celana pendekku dan mendorongnya kebawah. Aku buka celana pendekku sehingga kami sama-sama tinggal celana dalam.

Aku menindihnya kembali dan mencium bibirnya. Tanganku tidak lupa bergerayangan meremas-remas payudaranya. Dengan hanya celana dalam, aku menggesek-gesekkan penisku yang sudah tersembul sedikit ke vaginanya. Tante lia meresponnya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya.

Tanganku yang meremas-remas payudaranya sesekali mengelus tubuhnya dari atas kebawah. Sampai bawah, aku elus-elus paha dalammnya agak lama. Kata orang paha dalam termasuk darah sensitif diluar vagina. Beberapa kali mengelus-elus paha dalamnya, aku naikkan elusanku kearah selangkangannya. Saat menyentuh cdnya, terasa cd tersebut sudah basah dan lembab. Sepertinya tante lia sudah terangsang hebat.

"Ah...ah..ah... " rintih tante lia saat aku mengelus-elus vaginanya dari luar. Tanpa diduga tante lia membalasnya dengan menarik penisku keluar. Dengan mengocok penisku tante lia membuka cdnya dari pinggir. Kemudian dia mengarahkan penisku ke vaginanya.

Aku mengerti maksudnya. Dengan satu tangan dia masih menahan cdnya dari samping. Aku menyapukan kepala penisku ke permukaan vaginanya, terasa sudah basah disana. Kemudian aku menekan sedikit penisku kevaginanya. "Agh..... ayo sayang masukin" kata tante lia. Kemudian aku mendorong lagi hingga masuk semuanya. "Ohhhh.. enak banget sayang, enak banget sayang" tante lia meracau sambil memejamkan matanya. Kepalanya terdongak saat aku masukkan penisku seluruhnya. Sebenarnya lucu juga posisi kami saat itu. Aku dan dia masih paka celana dalam !! udah gak tahan lagi soalnya

Aku mulai memaju mundurkan penisku. "aghhhhh....aghhh....agh..." rintih tante tergetar menerima pompaanku. Karena keenakan tante lia melepaskan pegangan celana dalamnya sehingga menjepit penisku dari samping. Aku berhentikan pompaanku. Saat aku berhenti tante lia menatapku dengan tatapan marah, sepertinya dia tidak rela pompaanku terhenti. "Sebentar tante, kita buka celana dalam aja, sakit soalnya" Aku segera bangkit melepaskan cdku dan cd tante lia yang terkulai.

Selesai membuka cd aku posisikan badanku diantara selangkangannya yang terbuka lebar. Dengan tanganku aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Saat tepat didepan vaginanya, aku dorong penisku kencang. "Hghghhhhh...." rintih tante lia saat penisku masuk ke memeknya. "Enak yan... kontol kamu gede banget" katanya sambil melingkarkan kakinya ketubuhku. Aku mulai lagi pompaanku. Kadang aku pompa cepat, kadang aku pompa lambat. Kadang saat pompanku lambat, tiba-tiba aku dorong keras. Tante lia cuma bisa merintih-rintih keenakan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kesana kemari.

"Kamu hebat ya, kamu udah gagahin aku" kata tante lia disela-sela pompaanku. Aku cuma tersenyum, aku sedang berkonsentrasi menikmati gesekkan penisku di dinding vaginanya.

"Sebentar ya, aku mo pipis" tiba-tiba kata tante lia. "Mo pipis apa emang mo orgasme" tanyaku sedikit kecewa. "Enggak yan, emang mo pipis" jawab tante lia. wah payah nih, masa ada interupsi begitu. Aku cabut penisku dari memeknya dan bangkit. Tapi dia masih tiduran.

"Katanya mo pipis tan ?" tanyaku kecewa. "Gendong dong ya..." katanya manja. Hmm.. sebenernya aku sedikit marah, tapi akhirnya aku gendong juga. Secepetnya dia pipis, secepet itu juga ngentotnya dilanjutin kan ?

Aku mengangkatnya dan menggendongnya dengan mendekapnya didepan, tangannya dikalungkan keleherku sedang kakinya dilingkarkan ketubuhku. Penisku tepat dibawah vaginanya, tapi tidak dimasukkan.

Baru beberapa langkah tante lia berkata "Kok gesekan kontol kamu enak banget sih yan, masukkin dong" katanya manja. Penisku yang memang masih berdiri tegak aku arahkan ke vaginanya. Dia mengangkat tubuhnya sedikit agar aku mudah memasukkan penisku. "Ahhhh..." rintihnya panjang saat penisku masuk ke memeknya. Tapi kemudian dia malah menaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku dan memeknya bergesekkan lagi.

"Katanya mo pipis ?" tanyaku sambil menahan nikmat. "Entar deh yan, lagi enak banget." jawab tante lia nakal.

Akhirnya aku bawa tante lia kembali tempat tidur, kurebahkan dipinggir. Dengan tetap penisku di vaginanya aku bawa tubuh tante lia ketengah. Aku pompa lagi memek tante lia, aku memompa maksimal agar kita sama-sama orgasme sebelum dia mo pipis lagi. Tapi baru beberapa tusukan tubuh tante lia menegang dan vaginanya terasa banjir. dia menggigit bibirnya.

"Tante dah sampe ya..." tanyaku. "Iya..." katanya malu. "Maaf ya tante duluan" Aku pompa lagi memek tante lia. Dengan cairan vaginanya yang banyak, memeknya terasa licin dan nikmat. "Crot..crot..crot" tak lama akupun menyemburka spermaku ke vaginanya.

Tubuhku ambruk memeluknya, tapi kemudian posisi kemi bertukar, dia tiduran diatas dadaku. Akupun mengelus-elus kepalanya mesra.

"Rian... kenapa sih kamu susah banget ngerti kalo tante suka kamu. Dari dulu tante udah pake baju seksi depan kamu, tapi kamu gak respon" tanyanya sambil tiduran didadaku.

"Ya udah, yang penting sekarang tante tau kalo aku sayang tante" jawabku sambil mengecup kepalanya. Dia membalas dengan mencium dadaku. Kemudian kami berdua tertidur.

Read more...

cerita atah-atah

About This Blog

  © Blogger template Noblarum by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP