Tak berdaya
Jumat, 25 Desember 2009
Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Namun aku berkacamata dan tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tetapi entah kenapa aku banyak disukai pria. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki-laki mengejek dan berkata bahwa aku Gay.
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tetapi entah kenapa, hari itu aku memakai baju olah raga, bahkan memakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.
Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah, dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira.
Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang pria yang langsung duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup tampan wajahnya dan bertubuh atletis.
"Jalan-jalan yuk..!" ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
"Kemana..?" tanyaku sambil mengikutinya berdiri.
"Kemana saja, dari pada bengong di sini.." sahutnya.
Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya, dan pria itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu, dan aku juga belum mengetahui namanya.
"Eh, nama kamu siapa..?" tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Sendy Wiratama..." sahutku.
"Akh.., kayak nama perempuan..." celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
"Kalau aku sih biasa dipanggil uwak..." katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya.
"Nama kamu bagus..," aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
"Eh, boleh nggak aku panggil kamu Dik Sendy..? Soalnya kamu pasti lebih muda dari aku.." katanya mengusulkan.
Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang sedang lapar. Sambil makan Uwak banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Uwak memang pandai membuat suasana jadi akrab.Selesai makan bubur ayam, aku dan pria itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Uwak yang mengajak pulang lebih dulu.
"Mobilku di parkir disana..." katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
"Kamu bawa mobil..?" tanyaku heran.
"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum.." katanya beralasan,"Kamu sendiri..?" sambungnya.
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
"Ikut aku yuk..!" ajaknya langsung.
Belum juga aku menjawab, Uwak sudah menarik tanganku dan menggandengku menuju ke mobilnya.
Sebuah mobil Starlet warna hitam ter-paintbrush dengan indah dan tampaknya masih cukup baru. Uwak malah memintaku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Uwak langsung menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan pria itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan Perak, sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Uwak menahan dan memaksaku untuk singgah.
"Ayo..." katanya sambil menarik tanganku.
Uwak memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya, bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa teman yang baru dikenalnya ke dalam kamar.
"Tunggu sebentar ya..!" kata Uwak setelah membawaku ke dalam sebuah kamar, dan aku yakin kalau ini pasti kamar Uwak.
Sementara pria itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tetapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tetapi bersama empat orang temannya yang sebaya dengannya. Dan pria itu memiliki wajah yang lumayan tampan dan bertubuh kekar. Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, sehingga aku tidak sempat lagi menyadari.
"Aku dulu.., aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini..." kata Uwak tiba-tiba sambil melepaskan bajunya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Uwak bukan hanya menanggalkan bajunya, tetapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar-debar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Uwak mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali. Baru kali ini aku melihat dada yang begitu besar dan padat. Uwak mendekatiku, tetapi keempat pria lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?" aku membentak kaget.
Tetapi tidak ada yang menjawab. Uwak sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tetapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga telentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Uwak saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tetapi keempat pria mengonani penisku. Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat seperti tersengat aliran listrik ketika merasakan jari-jari tangan Uwak menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku.
Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku dikocok-kocok dengan bergairah oleh Uwak. Aku hanya dapat merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat. Aku benar-benar kewalahan dikeroyok lima orang pria yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tetapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tetapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku. Aku benar-benar tidak berdaya ketika anusku serta mulutku dimasukkan oleh benda tumpul. Saat itu juga aku langsung menyadari kalau mereka Homo.
Sementara itu Uwak menyodomiku dengan gairah yang sangat menggebu-gebu. Anusku terasa tercabik-cabik oleh benda yang sangat besar dan tumpul. Dan salah satu dari teman Uwak memasukkan penisnya ke dalam mulutku, sehingga aku tersedak oleh benda itu. Beberapa detik kemudian aku merasakan sperma Uwak menyemprot ke dalam lubang pantatku, sehingga tubuhku merasa ngilu dan mengejang. Lalu mereka bergantian menyodomiku dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya. Dengan cepatnya teman Uwak menggenjot kembali lubang anusku. Aku merasakan bagaikan tertusuk-tusuk.
Tidak lebih dari dua jam Uwak menyodomiku lagi, dan tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan teman Uwak tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku dapat merasakan semprotan spermanya. Setelah itu teman Uwak yang lain menggenjot kembali lubang pantatku. Setelah mereka berlima baru saja mendapatkan orgasme, mereka menggelimpang di sebelah tubuhku, setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya. Sementara itu aku hanya dapat merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkin aku dapat melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..? Aku hanya dapat berharap mereka cepat-cepat melepaskanku, sehingga aku dapat segera pulang dan melupakan semuanya.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar