Senandung masa puber
Jumat, 25 Desember 2009
Ini adalah kisah semasa aku masih di SLTP (sekarang aku kelas dua SMU). Perkenalkan dahulu namaku Indra, aku bersekolah di SLTP 3 Klaten. Aku orangnya manis (kata banyak temen temen cewekku) kayak bintang film India. Aku bertinggi badan 172 cm, berat badan 54 kg dan aku juga seorang model sehingga banyak cewek yang ingin menjadi pacarku.
Aku mempunyai cewek yang bernama Siska yang bersekolah satu SLTP denganku dan juga satu desa dan bahkan satu RT denganku. Siska orangnya imut, juga manis. Payudara Siska berukuran 32b (memang serasi untuk ukuran tubuh Siska yang bertinggi 165 cm, jadi terlihat sexy). Siska orangnya suka memakai BH yang membayang atau memakai baju/kaos yang transparan. Dia juga suka memakai celana pendek ketat sebatas paha sehingga menampakkan paha mulusnya itu
Ini pengalaman ML-ku dengannya yang begitu indah, unik, dan mengasyikkan. Begini awalnya, saat itu aku sedang di rumah sendirian pada sore hari (kebiasaanku kalau sore hari aku ditinggal berjualan oleh ibuku jadi aku sendirian di rumah sedangkan ayahku sudah meninggal sejak aku kelas 2 SLTP). Saat itu aku sedang nonton TV sendirian (saat itu hari Minggu) Siska datang ke rumahku dan memintaku untuk menemaninya karena dia takut dirumah sendirian sebab ortunya pergi ke Semarang dan lusa baru pulang. Singkat cerita aku langsung menuju ke rumahnya.
Aku langsung melanjutkan menonton acara tv yang sempat tertunda tadi sedangkan Siska berganti baju di kamarnya. Karena hawanya dingin aku langsung menutup pintu depan rumah jadi dirumah hanya ada kami berdua. Saat itu Siska selesai berganti baju, saat dia keluar aku langsung menatap tak berkedip karena Siska memakai baju yang begitu sexy dan merangsang. Saat itu Siska hanya memakai tanktop putih transparan (sebenarnya itu kaos dalam yang dipakai untuk melapisi BH) tanpa memakai BH lagi di dalamnya sehingga payudaranya terlihat jelas di dalamnya dan bawahannya memakai rok kaos mini yang menampakkan keindahan pahanya. Jika ada cowok yang ada didekatnya pasti cowok itu akan menelan ludah dan langsung beronani takkan tahan dengan tubuh indah Siska. Aku yang disuguhi pemandangan indah itu hanya bisa melotot tak berkedip.
Siska langsung duduk disampingku dengan cueknya yang saat itu sedang terbengong. Dia langsung ikutan menonton TV.
“Hai Ndra bengong aja”, tegurnya sambil mengibaskan tangannya.
“Eh... nggak kok”, jawabku terbata bata.
Kami nonton TV sambil mengobrol berdua hingga pestanya habis. Kebetulan di rumahnya ada VCD jadi kami melanjutkan dengan menonton VCD karena acara TV-nya jadi membosankan. Kami menonton film yang baru dia sewa dari rental yang berjudul ”007 - The World Is Not Enough”. Kami menikmati film itu berdua kebetulan di tengah film ada adegan ML yang dilakukan oleh James Bond dengan seorang pemeran cewek. Kami langsung terdiam memperhatikan adegan itu dengan penuh perhatian.
Tanganku langsung menggenggam tangan Siska yang berada diatas pahaku. Tanpa sadar aku sudah melumat bibir Siska yang kelihatan sayu (mungkin dia terangsang juga). Aku langsung menindih Siska sambil tetap berciuman. Kami bermain bibir dan lidah lama sampai tak terasa tanganku sudah berada di atas payudaranya yang masih ditutupi oleh tanktopnya. Aku masih mengelusnya saja takut dia akan marah tapi ternyata dia malah meremas tanganku yang ada di payudaranya sambil merintih.
“Ih... mhhh Ndra kok nikmat yah kamu elusin tadi”, katanya sambil meremas tanganku yang ada di susunya.
Aku diam saja sambil terus meremas payudaranya karena telah mendapat ”ijin”nya. Saat aku meremas remas payudaranya, dia meraba raba punggungku, terus ke bawah hingga sampai di daerah pahaku. Saat tiba didaerah pangkal pahaku tangannya berhenti dan meremas kontolku (aku masih memakai celanaku lengkap) yang sudah sejak pertama melihat penampilan Siska tadi telah ngaceng. Dia meremas remas terus.
“Akhh... mhhh terus sayang”, kataku sambil meremas remas payudaranya keras keras karena rasa nikmatku di daerah kontolku sehingga tak sadar aku meremas kuat kuat payudaranya sampai sampai dia merintih kesakitan.
“Akkhhh Ndra jangan keras keras, sakit tau”, katanya setengah marah. Aku langsung minta maaf. Tangannya memasuki celana satinku (saat itu aku memakai kaos oblong terus bawahnya memakai celana satin tipis dengan celana dalam yang terbuat dari nilon tipis) dan langsung menggenggam kontolku. Karena terasa mengganggu aku menyuruhnya melepas saja celanaku.
“Sis lepasin aja celanaku biar nggak ngganggu”, kataku sambil menurunkan celanaku. Dia terus membantu dengan meloloskan celanaku sampai terlapas hingga aku telanjang. Dan akupun mematikan TV karena suaranya mengganggu.
Ndra kok besar banget”, katanya sambil memegang kontolku. Kontolku berukuran panjang 17 cm dengan diameter 4 cm.
“Iya Sis dan hitam lagi”, kataku sambil bercanda (kontolku memang hitam).
“Kocokin dong sayang”, kataku sambil menaik turunkan tangannya yang berada di kontolku. Dia langsung mengocok kontolku dengan kasar, maklum dia baru lihat kontol cowok jadi seperti mendapat mainan baru. Kocokannya terasa kasar tetapi malah membuat sensasi nikmat tersendiri.
“Yang, kamu buka dong kaosmu biar aku lihat payudaramu masa aku saja yang telanjang”, kataku sambil mengangkat tanktopnya. Dia hanya tersenyum menggodaku. Aku langsung saja membuang tanktopnya sembarangan.
“Yang, payudaramu indah banget sambil aku meremas remas payudaranya."
“Kamu kocokin dong kontolku, nah... teruss yang”, kataku keenakan ketika dia melanjutkan kocokan di kontolku. Kami melakukan saling remas dengan berdiri berhadapan di depan kursi panjang, tanganku bosan meremas payudaranya langsung turun ke daerah pahanya dan mengelusi paha mulusnya tapi dia masih mengocok kontolku sampai kontolku terasa sakit. Aku menghentikan tangannya agar tidak menyakiti kontolku. Tangannya langsung memelukku dan badan kami langsung menyatu. Aku terus mengelusi pahanya. Hingga aku mendudukkan dia di kursi panjang.
“Sis kamu duduk aja yah, aku mau ciumin tempik (vagina) kamu”, kataku tanpa basa basi. Aku langsung menaikkan roknya keatas tanpa melepasnya hingga terlihatlah celana dalamnya berwarna merah jambu dengan gambar bunga bunga kecil merangsangku semakin hebat saja. Aku langsung mencium tempiknya yang masih terbungkus celana dalamnya menghirup wangi khas tempiknya (aku paling suka mengintip celana dalam cewek kecil atau mini set, BH mini yang bergambar lucu lucu). Aku lama lama memandangi daerah tempiknya yang masih terbungkus dengan celana dalam bergambar bunga itu. Lalu tanganku pun menurunkan celana dalamnya sampai terlepas hingga terlihat tempik sempit nan indah dengan bulu tipis tipis. Sehingga tanpa sadar aku pun berkata takjub.
“Sis.. oh Sis kok semakin indah sih sayang, aku boleh menciumnya nggak sih?”, tanyaku sambil meraba tempik Siska.
“Iya sayang, cium dan, milikilah aku sudah nggak tahan”, kata Siskaku menahan gairahnya.
Lalu akupun menciumnya perlahan lahan. Aku menciumnya dan tanganku yang kanan naik meremas payudaranya yang sudah tak berpenutup itu. Lama lama aku menjilati tempiknya dengan sedikit melumatnya kasar sehingga Siska merintih rintih kenikmatan.
“Shhh... Ndraa.. ayo yang keras enak banget Ndra...”, rintihnya sambil meremas remas rambutku dan menekan kepalaku ke tempiknya. Aku melepas jilatanku pada tempiknya saat dia menikmati jilatanku dengan tiba tiba hingga membuatnya terengah engah.
“Ndraa ayo kenapa kamu hentikan sayang”, katanya sambil terengah engah.
“Yang kamu jilatin juga dong kontolku”, kataku sambil menurunkan lepas kaos dan roknya yang mini itu.
“Gimana caranya”, tanyanya karena belum pernah.
“Pinggangku di atas kepalamu dan pinggangmu tepat di bawah mukaku jadi seperti angka 69”, kataku karena aku ingin mempraktekkan gaya yang ada di film BF.
“Lalu kamu mengulum kontolku lalu aku menjilati tempikmu sayang”, tambahku sambil mengatur posisiku di atas kepala Siska.
“Ih... yang, geli”, katanya menggenggam kontolku.
“Iya sayang, kamu kulum itu”, kataku menyuruh Siska mengulum kontolku. Lalu Siska mengulum kontolku dan akupun mulai menjilati tempiknya dengan rakus karena kegelian.
“Mhhh... nghhh...”, suaranya Siska merintih sambil mengulum batang kontolku.
“Shhh... mhhh... shhh.. terus sayang”, kataku sambil kegelian dan jilatin tempiknya. Kami melakukannya lama sekali hingga Siska sampai pada puncaknya.
“Akhh say aku mau pipis...”, katanya sambil melepas kulumannya. Aku pun tak mau melepas jilatanku malah semakin menjilat keras keras.
“Yanghh udahhh... enak yang”, ceracaunya tak jelas. Lalu... crot.. crot... crot... crot. Empat kali air maninya menyembur hingga meleleh kepahanya akupun menjilati tempiknya hingga bersih menikmati air maninya yang rasanya melebihi air madu itu hingga ke pahanya.
“Shhh udah sayang, geli tempikku kamu jilatin terus”, katanya mendorong mukaku menjauhi tempiknya yang indah itu.
“Yang kamu gantian dong ngemut aku”, kataku sambil menyodorkan kontolku. Lalu Siska memegang kontolku dan menjilati kepalanya yang gundul. Lalu Siska memasukkan ke mulutnya dan ngemut seperti ngemut permen saja hingga aku mendesah desah keenakan.
“Ahhh sishhh mhhh enak sayang, kamu hebat”, kataku sambil tanganku meremas payudaranya yang menggantung kebawah karena Siska membungkuk. Lalu tanpa sadar akupun segera sampai.
“Akhh.. shhh.. mhhh crot croot croot croot crooot..”, 5 kali aku menembakkan sperma ke mulut Siska hingga meleleh keluar dari mulutnya. Aku sengaja tidak memberi tahu Siska kalau aku sampai karena aku ingin Siska merasakan air maniku. Kata orang Irian Jaya yang masih pedalaman, jika cewek pasangannya meminum air mani cowoknya dia akan setia pada pasangan cowoknya. Itu terbukti karena sampai sekarang Siska tidak mau pisah denganku.
“Ih kamu "pipis" nggak bilang bilang, tapi kok enak yah sayang, kayak santan”, kata Siska sambil mengelap air mani yang keluar lewat pipinya.
“Mhh... enak kan sayang, mau yang enak lagi nggak”, kataku. Lalu tanpa minta izin dulu aku lalu melebarkan pahanya hingga dia agak mengangkangkan pahanya memperlihatkan bentuk tempiknya yang berbulu halus dan membukit indah itu.
“Tahan yah sayang, tapi pasti enak kok. Kontolku akan aku masukkan ke tempikmu”, kataku
“Iya deh masukin aja tapi pelan pelan yah biar aku liat masuknya”, katanya. Setelah itu aku langsung memasukkan kontolku perlahan lahan.
Pertama tama seperti ada benda empuk yang menolak kontolku. Dua kali gagal lalu aku menarik tempik Siska ke kanan dan ke kiri agar bisa masuk dan aku menyuruh Siska memegang dan memasukkan kontolku kearah tempiknya.
“Sis bantu dong sayang biar cepet masuk. Ini pegang kontolku dan aku menarik tempikmu agar bisa masuk”, kataku sambil menarik narik tempiknya. Lalu Siska memegang kontolku dan mengarahkan kontolku ke lubang tempiknya yang masih sempit perawan itu. Lalu... 1,2,3 Bleesshhh kepala kontolku baru masuk. Kepala kontolku saja yang masuk tapi sudah memberikan sejuta rasa bagi kami. Siska mendesah dan memegang pantatku dan aku menjerit kecil karena aku juga baru pertama menusuk tempik cewekku.
“Ndra, sakit sayang...”, kata Ssika menahan perih.
“Tahan yah sayang ntar juga enakan kok”, kataku.
“Mhhh nggak apa apa kok terusin sayang masukin kontolmu ayo”, kata Siska memberiku semangat agar lebih dalam memasukkan kontolku. Akupun segera mendorong pantatku maju agar kontolku segera masuk.
Sleeep... pelan pelan kontolku masuk ke tempik Siska. Terasa sekali tempiknya memijat mijat kontolku memberikan kenikmatan yang membuatku seperti terbang hingga aku merasa ada selaput yang menahan masuknya kontolku.
“Apaan sih, ini kok nahan sayang?”, tanyaku padanya (maklum baru pertama jadi aku tak tau yang namanya selaput dara.
“Udah Ndra terusin aja deh”, jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. Lalu aku mendorong perlahan kontolku agar masuk lagi tetapi selaput itu masih menghalangi. Lalu aku memasukan kontolku dan mendorongnya kuat kuat. Sleeep... breett mirip kain sobek rasanya ketika kontolku menembus selaput itu.
“Akhhh shhh... sakiiit sekali Ndra”, kata Siska sambil memelukku erat erat. Aku yang baru merasakan juga merasa sedikit perih pada kontolku seperti lecet memajukan kontolku pelahan lahan saja karena belum masuk semuanya dan setelah masuk semua baru aku mendiamkan kontolku di dalam tempik Siska. Rasanya memang sangat indah, nikmat, sakit, gatal, enak, perih semua berkumpul jadi satu tak bisa diungkapkan dengan kata kata.
“Sis enak sekali rasanya tempikmu menjepit jepit kontolku”, kataku pada Siska karena memang tempik Siska memijati kontolku.
“Perih Ndra, tapi nggak apa apa”, katanya menahan perih di tempiknya karena keperawanannya baru saja hilang.
Lalu perlahan lahan aku memaju mundurkan kontolku hingga aku mendesah dan Siska menjerit karena merasa perih dan nikmat bercampur.
“Shhh... Siiss enak Sis tempikmu asik bangethh”, kataku tak jelas.
“Mhhh akhhh... sshhh sakiiit, periiihh yang, kontolmu besar banget”, katanya.
Gerakanku makin lama makin cepat saja. Slep... sleppp... bleeshhh... blesshh... bleshhh... cplokk... cplokk irama senggama kami romantis banget.
Sudah dua kali kami berganti posisi dari pertama aku diatas tubuh Siska lalu Siska berganti di atas tubuhku dan menggerakkan tubuhnya naik turun seperti naik kuda. Lalu tak terasa ada yang mau keluar dari dalam kontolku lagi.
“Yang aku mau pipishhh...”, kataku menahan gerakan pinggulnya.
“Bentar sayang aku jugaaa...”, teriaknya sambil meremas payudaranya sendiri. Hingga tak sabar aku membalikkan tubuh Siska dan melepas kontolku lalu menunggingkan tubuhnya lalu memasukkan kontolku ke dalam tempiknya lagi dan menggenjotnya kuat kuat karena aku merasa akan segera sampai.
“Sleep... slepp... sleep cplok cplokk cplok... shhh akhhh ssshhh aaakhhh”, desahan Siska dan bunyi persetubuhan kami beriringan lalu...
“Crooottt... croott... crrrooottt... suurrr... suuurrr... suurrr”, kami saling melepaskan air mani kami dan aku memeluk pinggang Siska agar tidak tumpah air mani kami. Lalu aku berguling sambil tetap memeluk Siska agar kontolku tetap menancap di tempiknya dan membiarkan Siska diatas tubuhku.
“Mhhh Siska, kamu hebat, aku sayang kamu, ”kataku sambil tetap memeluknya.
“Shhh... kamu juga sayang ,ini pertama kali aku lakuin enaaak banget. Pantesan Papa sama Mama sering bertelanjang bareng kayak gini tak taunya enak ya, Yang”, katanya di atasku.
“Memang kamu pernah lihat Papa sama Mama kamu main ginian?”, tanyaku.
“Sering benget Ndra, hampir tiap hari ginian bahkan kalau di dapur atau di depan TV kalau aku sudah tidur”, katanya polos.
“Ceritain dong”, aku memintanya bercerita sambil menarik tubuhku karena kontolku sudah mengecil di dalam tempiknya.
“Bentar ya Yang, aku ganti baju dulu”, katanya.
“Iya deh, aku tunggu disini”, kataku sambil duduk didepan TV yang mati. Aku mengelus elus kontolku yang masih basah mengkilat itu.
Kontolku masih terasa nikmat sisa kenikmatan yang tadi. Lalu Siska keluar dari dalam dan memakai daster tipis dari bahan nilon berwarna merah jambu (kelihatanya warna kesukaan Siska) tanpa memakai apapun lagi di dalamnya sehingga transparan memperlihatkan semua keindahan tubuhnya dan membuat kontolku berdiri lagi.
“Kekamarku yuk Yang, di sini dingin”, katanya.
“Iya deh”, aku berdiri dan masuk kekamarnya tanpa memakai pakaianku karena aku kegerahan.
“Ayo dong, ceritain”, kataku saat kami sudah sama sama berbaring berhadapan di ranjangnya Siska.
“Dulu saat aku pulang sekolah Papa sama Mama lagi di dapur memasak berdua, tidak tau kalau aku udah datang, nah waktu itu aku denger suara mirip orang nangis tapi kok aneh karena penasaran aku deketin suara itu apa Papa sama Mama bertengkar ya, pikirku lalu aku intip dari dalam kamarku ini, kuintip dari celah ini (sambil menunjuk celah cendela yang menuju ke dapur rumahnya) lalu aku perhatiin... kok Papa memangku Mama dari atas meja dapur dan Mama di atas Papa, mereka semua pada nggak pakai baju, baju mereka ada dibawah kaki Papa. Waktu itu Mama bergerak naik turun diatas perut Papa dan merintih rintih kayak orang nangis tapi kok mukanya kaya orang bahagia gitu...”, cerita Siska terputus dan tangannya memegang kontolku yang berdiri lagi karena memperhatikan cerita Siska lalu meremasnya. Lalu aku mendekat dan memasukkan tanganku kedalam rok dasternya mencari tempiknya lagi dan memasukkan jari jariku kedalam tempiknya.
“Pelan pelan Yang masih sakit”, katanya sambil menahan tanganku agar tidak menusuk nusuknya keras keras.
“Lanjutin dong sayang”, kataku sambil menusuk nusukkan tanganku ke tempiknya perlahan lahan.
“Lalu Papa menjilati puting payudara Mama dan mengemutnya, tiba tiba Papa dan Mama saling peluk dan mereka menjerit bersama sama... akhhh Paaa kata Mama, lalu Mama turun dari Papa lalu Mama mengemut kontolnya Papa yang besar banget...
“Segini..”, kataku sambil menunjuk kontolku yang tegang membesar dalam genggaman tangan Siska.
“Besaaar lagi”, katanya sambil mendesah desah karena merasa geli dalam tempiknya ada benda asing.
“Lalu?... lanjutin dong”, kataku
“Lalu Mama menjilatin kontol Papa sampai bersih, kok nggak jijik ya, pikirku saat itu tapi ternyata memang enak ya sayang?... (dia nyengir) lalu Mama bilang udah Pa, ntar Siska pulang lho, lalu aku lepasin semua baju dan aku ganti baju”, ceritanya polos sekali. Tangannya lalu mulai menaik turunkan kontolku.
“Kalau di TV?”, tanyaku lagi.
“Dulu saat aku mau tidur, tapi Papa sama Mama masih nonton tv berdua, lalu aku intip Papa sama Mama saling raba raba, Papa meraba ke payudara Mama dan tempik Mama tapi Mama meraba kontol Papa yang masih tertutup celana pendek Papa, lalu Papa menarik daster Mama sampai Mama nggak pakai apa apa lagi, ternyata Mama nggak pakai pakaian dalam, lalu Papa meremas payudara Mama dan menciuminya. Mama mendesah dan memandang ke atas seperti keenakan lalu Mama melepasi semua baju Papa sampai Papa telanjang dan mengulum kontol Papa seperti mengulum permen. Papa keenakan sambil meremas rambut Mama sampai berantakan, lalu Mama berbaring di sofa TV dan Papa menaiki tubuh Mama dan memasukkan kontol Papa ke tempik Mama yang bulunya lebat lalu bergerak naik turun berkali kali, kayaknya mereka sama sama keenakan hingga Papa sama Mama menjerit jerit dan mendesah, lalu setelah lama Papa naik turun Papa turun dari tubuh Mama dan menjilati tempiknya Mama lalu aku masuk dan menutup kamarku, saat itu aku langsung melepas semua pakaian dalamku dan kembali memakai dasterku lalu aku mengelusi tempikku sendiri naik turun karena sudah gatel banget tempikku, Yang”, katanya polos sekali.
“Seperti ini?”, kataku sambil mengelusi tempik Siska.
“Yahhh... shhh kaya gitu, enakhh, Yang”, katanya sambil memegang tanganku.
Lalu di luar ada bel pintu berbunyi.
“Yang, bukain dulu, siapa tuch di depan”, kataku karena takut kalau ortu Siska pulang. Lalu Siska berlari keluar sambil membenahi dasternya yang berantakan lalu membuka pintu rumahnya ternyata Desi tetangga kami yang juga kelas tiga SLTP tapi beda sekolah dengan kami. Lalu Desi masuk dan Siska mengajak Desi main bersama kami asal Desi jaga rahasia dan ternyata memang Desi mau jaga rahasia, jadi kami main lagi bertiga. Lalu Desi masuk kekamar Siska.
“Kamu Ndra ngapain di sini, tanpa baju lagi”, katanya terkejut melihatku telanjang bulat.
“Sssttt jangan keras keras, yang penting ayo main”, kataku membungkam mulut Desi.
“Iya Des, kita main ginian yuk, katanya kamu pingin nyobain”, ajak Siska.
“Iya sih tapii...”, kata Desi.
“Nggak apa apa deh, ntar kita jaga bertiga rahasia ini”, kata Siska lagi.
Lalu Desi diam saja tak tau apa yang mesti dia perbuat. Lalu aku mendekatinya dan memeluknya dari depan memegang meremas payudaranya tapi dia masih saja diam lalu aku menurunkan kaos ketatnya hingga terlihat BH-nya yang berwarna putih bersih. Desi mulai ada tanggapan padaku, dia lalu memelukku dan meraba raba punggungku lalu aku memeluknya dan meraba punggungnya juga.
Lalu Siska bergabung dan berjongkok dibawahku untuk mengemut kontolku yang sejak tadi tegang terus. Aku lalu meremasi payudara Desi yang berukuran 34 itu (memang lebih besar dari Siska tapi runcing diputingnya) yang masih ditutupi BH dan menarik BH-nya sampai kaitanya terputus lalu membuangnya sembarangan.
“Pelan pelan Ndra, nanti BH-ku gimana?”, kata Desi takut kalau BH-nya rusak. Aku diam saja karena melihat keindahan payudara cewek selain punya Siska terus meremas payudara Desi. Setelah puas meremasnya aku segera saja melumat putingnya yang sedikit mengeras pertanda Desi mulai terangsang. Sedang Siska masih mempermainkan kontolku dibawah
Aku meremas payudara kiri Desi sedang payudara kanan Desi aku lumat habis habisan. Desi tak sadar meremas remas kepalaku sampai rambutku berantakan.
Lalu aku mencabut kuluman Siska pada kontolku dan membaringkan Desi diranjang Siska lalu menurunkan celananya 3/4 hingga terlihat celana dalam Desi yang mini sekali berwarna hitam berenda. Karena memakai tali disamping kiri kanannya hingga hanya mampu menutupi tempik Desi saja. Lalu aku mulai mengerjai tempik Desi yang masih terbungkus celana dalam sexynya itu. Desi hanya melihat dari atas karena belum pernah melakukannya. Sedang Siska hanya menonton kami bermain.
Aku menjilat, mencium, dan menggigit kecil pada tempiknya hingga Desi merem melek keenakan. Lalu aku mulai menarik celana dalam Desi hingga tali talinya terlepas dan membuangnya sembarangan. Lalu aku kembali menjilati tempik Desi yang ternyata sangat indah menggunduk tebal dengan bulu yang lebat jauh lebih lebat dari punya Siska yang mulai basah cairan kenikmatan Desi. Aku menjilatinya naik turun kekiri den kekanan pada itilnya yang nyempil bikin geregetan aku saja. Desi yang keenakan mendesah desah tak karuan.
“Ndra nikmat terushh... Ndraaa”, katanya mendesah merangsang. Aku sesekali menjilat sesekali menyedot tempik Desi hingga lama sampai tak terasa.
“Akhhh... Ndra aku mau pipis Ndra”, desahnya telah sampai pada puncaknya. Lalu aku memeluk pinggangnya dan suurrr... suurrr... suuurrr.. ssuuurrr empat kali cairan putihnya menyembur dari tempiknya. Aku menjilati semua cairannya sampai habis karena rasanya enaaak sekali. Kayaknya punya Desi lebih manis dari punya Siska tapi sedikit encer.
“Uumhhh Ndra, enak banget deh, tadi Siska pasti keenakan”, katanya.
“Iya dong, kamu mau yang lebih enak lagi nggak?”, kataku. Sedangkan Siska sedang memainkan tempiknya sendiri dan meremas payudaranya di atas meja belajarnya karena terangsang berat melihat permainan kami.
“Ndra, aku ingin rasain air pejuh (sperma) kamu boleh nggak?”, tanyanya.
“Boleh, kenapa tidak”, kataku. Lalu Desi mendekatkan wajahnya ke kontolku karena tadi melihat Siska mengulum kontolku. Lalu dengan pelahan terus menerus Desi ngemut kontolku sampai tak terasa kontolku kembali akan mengeluarkan airnya.
“Des, aku nyampe lhotelan yah”, kataku memegangi kepala Desi. Lalu crot... croott.. .crot 3 kali kontolku menembakkan pejuh kedalam mulut Desi lalu Siska mendekati Desi.
“Des, bagi dong aku mau nih”, katanya lalu mencium bibir Desi dan berebut air pejuhku. Aku istirahat sebentar karena kelelahan.
“Ndra, aku mau dong kaya yang ada di BF itu”, katanya.
“Gimana?”, tanyaku pura pura tidak mengerti.
“Itu lho yang cowok memasukkan tititnya (Desi menyebut kontol dengan titit) ke dalam tempik ceweknya”, katanya.
“Emang kamu mau?”, tanyaku.
“Iya aku pingin banget ngerasain kata kak Sinta (kakak Desi) enak banget kaya di surga”, katanya lagi.
“Iya deh, tapi kamu siap siap dong”, kataku sambil naik ke tubuh Desi dan mengangkangkan paha Desi kaya Siska tadi lalu menarik tempik Desi ke kanan dan kekiri.
“Des, bantuin dong, masukin kontolku gih”, kataku. Lalu Desi memegang kontolku dan menempelkanya ke tempiknya.
Aku lalu mendorong kontolku... bleeshhh.. kepala kontolku masuk duluan.
“Akhh... Ndra emhh enak”, kata Desi berbeda dengan Siska yang kesakitan saat aku masukin kontolku. Tangannya mendorong pantatku agar kontolku lebih memasuki tempiknya dan slleeeeepp... kontolku pelahan lahan memasuki tempiknya tapi anehnya Desi malah keenakan nggak kesakitan.
“Shhh... terusin Ndraa enaaak”, katanya terus menekan pinggulku hingga kontolku kembali menyentuh selaput tipis seperti punya Siska.
“Tahan yah Des”, kataku.
“Udah Ndra, masukin cepetan aku tak tahan”, katanya kembali menekan pinggulku. Aku lalu menekan pinggulku kuat kuat dan... breet ada seperti kain tipis kembali terlewati kontolku.
“Akhhh shhh perriiih”, Desi baru berteriak kesakitan.
“Pelan dulu Ndra, tempikku perih”, katanya. Aku lalu mendiamkan kontolku di dalam tempik Desi dan menikmati jepitan jepitan tempik Desi pada kontolku.
Aku melihat kearah Siska yang sedang masturbasi sambil mengangkat roknya keatas menggunakan HP 8250 milik Desi yang kecil dan mengeluar masukan HP itu. Aku merasa kasihan banget karena dia sudah terangsang banget lalu aku menyuruhnya berdiri menghadapkan tempiknya ke mukaku agar tempiknya dapat aku puaskan. Lalu aku menaik turunkan pinggulku pelahan lahan sambil menikmati remasan remasan tempik Desi.
“Shhh... akhhh... shhh... akkhhh”, desahan Desi keras keras membuat aku makin semangat menyetubuhinya.
“Shhh... Ndraa ukhh”, desahan Siska tak kalah indah sambil meremas kepalaku. Aku menggenjot tempik Desi dan sambil melumat tempik Siska sungguh pengalaman bersetubuhku yang indah dan baru pertama kali. Gerakan pinggulku dari perlahan menjadi semakin cepat dan semakin cepat hingga Desi memeluk pinggangku erat erat tanda Desi akan sampai dan...
“Shhh akkhhh surrr... suuurrr... suurr.. ssuuur”, Desi sampai untuk yang kedua kalinya.
Lalu aku mencabut kontolku dari tempik Desi dan membaringkan Siska di ranjangnya lalu kembali memasukan kontolku ke dalam tempik Siska dan menggenjotnya kuat kuat.
“Shhh... mhhh... sshhh.. akhhh”, desahan Siska.
“Mhhh... ahhh Siska, tempikmu nikmathh”, rintihanku menahan kenikmatan.
Lalu serr... serr.. serrr.. Siska telah sampai duluan.
Sleeep.. sleep.. clleeepp.. clleepp suara kocokan antara kontolku dan tempik Siska merdu.
“Ndra sudah yang aku capek, geli Yang, udah”, katanya tapi aku tak peduli dan terus menggerakan pinggulku kesetanan
“Ngggh... hhaaahhh... maahhh... geliiiiiiii”, desahan Siska malah membuat aku nggak sampai sampai. Sedangkan Desi hanya diam menonton saja sambil mengelus elus tempik dan payudaranya yang basah oleh keringat.
Hingga akhirnya, ”Sis mhhh... yahhh... clep.. slleppp cllleeepp croot crot crot croot crroott”, aku sampai juga.
Ranjang Siska morat marit tidak karuan dan banyak bercak darah dan lendir putih disana sini berbau aneh. Bercak darah dari Desi dan Siska yang telah aku perawani.
Akhirnya kami bertiga tidur bersamaan dan tidak memakai baju sama sekali. Aku terbangun pada tengah malam karena udara terasa dingin banget dan menyenggol kaki Desi hingga terbangun.
“Des, dingin yah”, kataku.
“Iya Ndra”, jawabnya.
“Des pakaian dalammu rusak biar besok aku ganti yah”, kataku sambil mengambil pakaian dalam Desi dan menyimpannya
“Iya deh, tapi besok aku gimana?”, tanyanya.
“Besok kamu nggak usah pakai dulu, terus aja pulang dan ganti baju, lagi pula punya Siska kan kekecilan karena kamu lebih besar dari Siska”, kataku.
“Tapi payudaraku kelihatan dong, ntar dilihatin Mamaku gimana”, katanya lalu mendekatiku dan duduk di sampingku.
“Besok kamu pakai aja jaketnya Siska biar payudaramu tertutup lalu kamu pakai celanamu itu, nggak bakalan kelihatan tempikmu kok, karena celanamu kan tebel”, kataku
“Oklah, Ndra sini aku mau liat titit kamu”, katanya lalu memegang kontolku.
“Kok bisa yah bikin puas orang padahal kan benda ini kecil”, katanya sambil menimang nimang kontolku dan aku hanya tiduran menciumi bibir Siska yang kecil mungil berwarna merah jambu itu.
“Iya dong kan itu burung dewa”, kataku sambil meremas payudara Siska yang menggelantung ke kanan karena tidur Siska ke arah kanan (aku mulai terangsang lagi karena kontolku dimainin lagi).
Lalu Desi kembali mengulum kontolku dan saat itu Siska terbangun karena remasanku terlalu keras
“Ndra, sakit”, katanya lalu bangun dan aku bangun juga.
“Desi, kamu keenakan dari tadi aku juga mau dong”, lalu Siska ikutan berebut ngemut kontolku. Saat itu rasanya seperti dijalari beribu semut dan dialiri listrik ribuan watt.
“Sudah kalau tak tahan masukin aja kontolku ke tempik kalian”, kataku lalu aku tiduran dan Siska naik ke selangkanganku dan menduduki kontolku hingga masuk semua dan bergerak semakin lama semakin cepat. Mereka bergantian memasukkan kontolku ke dalam tempiknya menjadikanku seperti mainan hingga mereka puas.
Kami melakukan skandal ini hingga sekarang. Aku biasa bermain bertiga antara aku, Siska, Desi. Terkadang juga hanya aku dengan Desi, terkadang hanya aku dengan Siska, terkadang di rumah Siska terkadang di rumah Desi atau terkadang di rumahku. Kami melakukan semua itu tanpa bosan bosannya.
Jika anda cewek, tante, ibu ibu kesepian yang butuh pelayanan saya silakan kontak saya lewat email saya (100% akan saya balas). Saya tidak membutuhkan uang tetapi membutuhkan kepuasan bersama jadi maaf saya bukan gigolo.
TAMAT
Sepanjang jalan kenangan
Dengan kondisi badan yang cukup letih, kucoba konsentrasikan perhatian untuk mengendalikan mobil kecil biruku di keramaian jalan Tol Jagorawi. Masa liburan sekolah menyebabkan jalan bebas hambatan itu menjadi sangat ramai dan padat. Masih terbayang lambaian tangan istri dan ketiga anakku melepas kepergianku, pulang kembali ke Bandung dimana kami menetap. Aku yang tidak memperoleh cuti, terpaksa tidak dapat menemani mereka yang kusayangi, berlibur di kota tempat mertuaku tinggal.
Lepas gerbang tol, kubelokkan mobil ke kiri, menuju Ciawi. Kondisi lalulintas yang masih cukup lancar walaupun padat beriringan, membuatku lega. 2-3 Jam lagi tentunya aku sudah sampai di rumah dan tidur dengan nyaman.
Keadaan langsung berubah beberapa kilometer menjelang Cipayung. Lalulintas yang semula lancar, mendadak berhenti sama sekali. Jalan menuju Puncak dipenuhi kendaraan sampai 3 jalur, dan belum ada tanda-tanda akan bergerak. Sambil menggerutu dalam hati, kuperkeras suara radio di mobilku dengan harapan dapat mengusir rasa kantuk.
Di pertigaan jalan menuju Taman Safari, mobilku terhalang Angkot yang berhenti seenaknya mencari penumpang. Bahkan supirnyapun tidak berada di belakang kemudi. Kutekan klakson berulang-ulang, sambil berusaha mencari celah untuk melepaskan mobilku dari keruwetan itu. Hampir berhasil ketika aku dikagetkan oleh suara klakson dari sebelah kanan. Kutahu pasti berasal dari Angkot yang berhenti itu. Kurang ajar, sudahlah menghalangi jalan, masih berani membunyikan klakson. Niatku untuk memaki seketika pudar setelah melihat senyum manis dari 2 orang gadis dalam Angkot tersebut. Sambil berulang-ulang menekan tombol klakson, mereka seperti berusaha untuk bertanya melalui gerakan jari dan tangan. Sadar telah berhasil menarik perhatianku, salah seorang dari mereka mengeluarkan kepalanya lewat jendela dan bertanya,
"Mau ke Cianjur ya Om. Boleh ikut?"
Sejenak aku bimbang antara membolehkan atau menolak. Beberapa pertanyaan lain juga berkelebat dalam pikiranku: Apakah mereka baik-baik? Akankah mereka merampokku? Akankah mereka menyusahkanku? selain pikiran-pikiran nakalku setiap melihat wanita.
Akhirnya pikiran nakal dan jiwa petualangku yang menang. Kupinggirkan mobilku sambil menekan tombol Central Lock. Kedua gadis itupun masuk, sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman. Kamipun saling berkenalan dan bertukar nama. Yang seorang bernama Euis dan yang lain bernama Nyai. Mereka berdua tidaklah secantik kesan pertama saat melihatnya, tetapi cukup manis dan menarik. Keduanya masih mengenakan baju seragam SMEA dengan nama salah satu sekolah di Bogor yang tertulis jelas pada Badge di dada. Mereka terlihat masih sangat muda walaupun aku tidak terlalu yakin. Jaman sekarang ini, mudah saja mengubah penampilan dan menyamar untuk menjadi muda. Aku sempat memperhatikan tubuh mereka yang langsing dengan kedua payudara yang baru tumbuh. Pikiran-pikiran nakal langsung menari-nari dalam kepalaku, yang membuat kemaluanku perlahan membesar dan mengeras. Tentunya akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bila dapat meniduri mereka berdua. Tapi bagaimana caranya?
Perjalananku menjadi meriah dan ramai. Mereka berdua cerewet sekali, dengan logat asli Sunda yang masih kental. Dari cerita mereka, kutahu bahwa mereka bersekolah di Bogor dan pada saat liburan, mereka pulang ke orang tua mereka di Cianjur. Dasar pikiran kotor, sesekali kulontarkan kalimat-kalimat yang agak menjurus, yang dibalas dengan cubitan-cubitan. Pembicaraan semakin panas saat aku berhasil membuat mereka bercerita pengalaman masing-masing saat berpacaran.
Euis, yang menurutku lebih manis dan seksi, baru saja putus dari pacarnya yang Mahasiswa, sedangkan Nyai masih berhubungan dengan kakak kelasnya. Diluar dugaan, Nyai ternyata sudah sering berhubungan seksual dengan pacarnya, sedangkan Euis baru sampai tahap "Heavy Petting". Tidak adanya pengawasan di tempat mereka Kost menyebabkan mereka bebas berbuat apa saja. Nyai kehilangan kegadisannya saat hubungan dengan pacarnya baru berjalan 2 bulan. Mereka sengaja bolos sekolah saat itu. Di kamar kost dimana Nyai tinggal, mereka berciuman, saling meraba, meremas, sampai telanjang bulat dan hilang kendali. Hilanglah pula selaput daranya. Nyai bercerita dengan enteng dan terkesan tanpa perasaan bersalah atau menyesal. Dari cara duduknya yang gelisah, aku tahu kalau Euis yang kebetulan berada di bangku depan terpengaruh oleh cerita Nyai. Kupegang tangannya sambil kogoda,
"Kenapa? Pengen ya?"
Sambil tersipu-sipu dan berusaha menyangkal, Euis mencubiti aku di beberapa bagian badanku. Kutangkap tangannya dan berkata,
"Awas lho, kalo sampai kena 'itu' bisa bahaya."
"Itu apa?" tanyanya sambil terus mencubit. Pikiranku semakin kacau.
Di kota Cibadak, kubelokkan mobilku ke sebuah rumah makan. Turun dari mobil, kugandeng keduanya, tidak bereaksi. Kurangkul mereka berdua, tidak keberatan. Beberapa pasang mata pengunjung yang melihat kami dengan terheran-heran, tidak kami indahkan. Kami sepakat untuk memesan Sate Kambing sebagai makan malam. Sambil menunggu pesanan datang, kugoda mereka,
"Awas lho, abis makan Sate Kambing biasanya pengen nanduk."
Mereka tertawa sambil kembali mencubit. Pikiranku terus mencari jalan, bagaimana caranya membawa mereka berdua ke tempat tidur. Jalan ke arah sana kelihatannya sudah agak terbuka, tapi bagaimana kalau mereka menolak? Lalu kabur? Lalu melaporkanku pada pihak berwajib? Bisa runyam. Ini adalah satu cara untuk membuktikan cerita teman-temanku tentang gadis-gadis dari kota tempat asal mereka yang katanya "agak nakal". Kuhabiskan makanku dengan cepat, lalu kugoda mereka. Kugelitik pinggang mereka, kuelus leher mereka, seakan tidak sengaja, kusenggol payudara mereka, dan kuletakkan kedua tanganku di kedua paha yang ada di kanan kiri tempatku duduk. Walau mereka berusaha mengelak, tapi tidak terlihat keberatan atau marah. Mereka tertawa sambil tersipu-sipu dan kadang membalas. Membuat pikiranku semakin tidak menentu.
Kembali ke lalu lintas jalan, aku terus berpikir. Kota Cianjur semakin dekat, tapi belum juga ketemu akal yang jitu, bagaimana ini? Dikejauhan terlihat Papan Penunjuk Arah. Terus, ke Cianjur Kota dan Bandung, kiri Mega Medung. Tiba-tiba muncul ide di kepalaku. Kutanya mereka,
"Mega Mendung itu apa? Perkebunan? Sebelah mana Pelabuhan Ratu?"
Walaupun aku tahu persis bahwa itu adalah daerah tujuan wisata yang berhawa dingin dan tidak ada hubungannya dengan Pelabuhan Ratu. Mereka berlomba menjelaskan bahwa itu adalah daerah wisata, tempat rekreasi, tempat anak muda Cianjur pacaran, dan lain sebagainya. Dengan nekad aku bertanya,
"Gimana kalau kita ke sana sebentar? Aku penasaran ingin tahu."
Tanpa kuduga, mereka tidak keberatan, bahkan terkesan senang. Waktu sudah menunjukkan pukul 22:30. Yess... kelihatannya niatku tercapai.
Segera kubelokkan mobilku ke kiri, lalu kuikuti liku-liku jalan menuju ke tempat itu. Perlahan mulai terlihat beberapa penginapan di kiri kanan jalan. Aku masih khawatir, kalau kubelokkan mobilku masuk ke salah satunya, akankah kedua gadisku ini akan protes?
Saat kulihat penginapan yang agak terpisah dari yang lain, nekad kubelokkan mobilku memasuki halamannya.
"Kita istirahat dulu ya, capek," kataku sambil keluar dari mobil menuju ruang Receptionis.
Setelah membereskan administrasi dan langsung membayar penuh, aku kembali ke mobil sambil membawa kunci kamar. Penginapan ini memungkinkan mobil parkir pas di depan pintu. Kuparkir mobilku, kupastikan semuanya aman, lalu kamipun turun. Kuperhatikan muka mereka, agak kikuk tetapi tetap tidak terlihat menolak. Langkahku tinggal sedikit lagi.
Kamar yang kami masuki cukup besar. Ini adalah kamar termahal di penginapan ini. Terdiri dari 2 tempat tidur berukuran nomor 2, ada TV 21 Inchi, ada kamar mandi dengan air panas, tetapi tanpa AC. Bisa dimaklumi karena udara sekeliling sudah sangat dingin. Kukatakan pada mereka, bahwa mereka berdua tidur di satu tempat tidur, sedang aku di tempat yang lain.
"Jangan saling mengganggu ya," kataku pada mereka.
Kubuka tasku, kuambil perlengkapan mandi, dan juga piyama. Istriku tidak pernah lupa untuk menyiapkan segalanya. Istriku? Aku adalah pria beristri, lalu, apa yang kukerjakan di kamar ini? Bersama dengan gadis-gadis lain ? Tapi setan nafsu ternyata lebih kuat. Akupun mandi dengan gejolak dan birahi yang sangat tinggi. Kemaluanku mengacung besar dan keras, ingin diremas, dihisap, lalu masuk ke rongga empuk yang basah dan hangat. Ach, pasti sangat menyenangkan. Kubersihkan dan kusegarkan seluruh tubuhku dengan air hangat. Selesai berhanduk, kusapukan pewangi yang menurutku baunya sangat maskulin ke sekujur tubuhku, termasuk di sekitar kemaluanku.
Tanpa mengenakan pakaian atasan, akupun keluar kamar mandi sambil mengeringkan kepalaku yang berambut cepak dengan handuk. Kubiarkan kedua gadisku melihat otot dan dadaku yang lumayan kekar dan bidang, walaupun tidak dilatih. Dengan sudut mata, kulihat bahwa kedua gadisku terpesona melihat pemandangan yang kusodorkan. Sambil pura-pura protes, kutegur mereka,
"Heh!! Bengong aja. Udah sana mandi! Pakai bajuku nich, daripada terus-terusan pakai seragam itu. Kotor khan?"
Kulemparkan pada mereka 2 buah Sweater, yang berbentuk leher V. Aku membayangkan, dengan baju hangatku yang pasti kebesaran untuk mereka, dada beserta garis payudara pasti akan terlihat menggemaskan. Seperti terkaget, mereka melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi.
"Hey, masak mandi berdua?" teriakku, yang tidak diindahkan oleh mereka.
Kuhidupkan TV, lalu kubaringkan tubuhku di tempat tidur sambil membayangkan 2 tubuh telanjang yang sedang berlumuran sabun di dalam sana. Kemaluan ku pun semakin besar, keras dan berdenyut-denyut.
Aku hampir tertidur saat mereka keluar dari kamar mandi, sambil menenteng seragam masing-masing di tangan. Sempat kulihat bahwa mereka berdua tidak lagi menggunakan BH, tapi mungkin masih menggunakan celana dalam. Sayang sekali. Pasti baunya akan menempel kembali ke kemaluan mereka masing-masing. Setelah menggantungkan baju seragam di lemari, mereka naik ke tempat tidur, masuk ke bawah selimut. Muka-muka kedua gadis muda yang sudah bersih dan segar semakin merangsang. Aku harus berhasil meniduri mereka malam ini, tekadku dalam hati.
Aku dan mereka sama-sama diam, sambil menatap TV walaupun aku yakin, pikiran mereka sama dengan pikiranku, tidak tertuju ke tayangan Angin Malam. Suasana di luar sangat sepi, membuat suasana semakin sunyi. Detak jantungku semakin keras, pikiranku semakin tidak menentu, sementara kemaluanku semakin mengeras, besar dan berdenyut. Aku masih khawatir. Akankah mereka teriak? Akankah mereka melawan? Ach, kalau tidak dicoba, bagaimana bisa tau? Kulemparkan bantal ke arah mereka, sambil berkata,
"Hey, koq pada diem?"
"Abisnya harus ngapain?" tanya mereka.
Sambil kurentangkan tangan, aku berkata dengan sedikit nekad,
"Mending ke sini yuk, biar anget."
Tanpa kusangka, mereka berhamburan naik ke tempat tidurku. Euis di samping kiri, Nyai di samping kanan. Keduanya langsung kurangkul, masuk ke dalam pelukanku. Perlahan tanganku mengelus rambut mereka yang basah (rupanya mereka keramas tadi di dalam), turun ke telinga, leher, tangan, dan dengan sangat perlahan, tanganku yang sudah sangat berpengalaman ini mengarah ke payudara. Sentuhan perlahan dan hati-hati, perlahan menuju ke puncak, ke tonjolan yang semakin lama semakin keras. Kujepit dengan kedua jariku sambil kupelintir perlahan. Desahan mulai terdengar dari mulut kedua gadisku ini. Kulihat mata mereka terpejam, dengan bibir mungil yang terbuka sedikit, membuatku semakin terangsang. Kucium kening Euis, perlahan turun ke mata, hidung, sampai ke bibirnya. Mulutnya yang wangi pasta gigiku itu kemudian kuciumi. Dengan perlahan dan hati-hati, kutelusuri bibir dan giginya dengan lidahku, lalu kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya.
Dia semakin mendesah dan menggelinjang. Kedua tangannya memelukku erat. Sementara itu, Nyai kutarik dan kusandarkan kepalanya ke dadaku. Kuelus rambutnya, belakang lehernya, dan belakang telinganya. Tangannya yang bebas mengelus dadaku, turun ke kedua putting dadaku, lebih turun lagi, dan dengan berani menyelusup ke bawah karet celana piyamaku. Aku sengaja tidak memakai celana dalam, supaya praktis pikirku. Berani sekali dia. Elusan tangannya yang halus di permukaan batang kemaluanku, membuatku semakin bernafsu. Kepalanya yang menghadap ke bawah perlahan turun. Diturunkannya celana piyamaku, dan perlahan diciumnya kepala batang kemaluanku. Dijilatnya perlahan, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya yang kecil. Gesekan naik turun membuatku terpaksa mengangkat pinggangku ke atas. Dan itu dipergunakan Nyai untuk melepaskan celanaku sama sekali. Batang kemaluanku mengacung gagah, bebas lepas. Kuhentikan ciumanku, lalu kubuka Sweater yang dikenakan Euis. Hal yang sama kulakukan juga pada Nyai, sebelum aku sendiri membuka piyama atasku. Aku sudah telanjang bulat sekarang, sedangkan mereka berdua masih bercelana dalam. Tidak salah dugaanku.
Kurebahkan Euis, kemudian dengan rakus kukulum putting payudaranya yang belum terlalu besar. Kugigit perlahan, kutarik dan kuhisap kuat, membuat Euis sedikit berteriak. Sementara Nyai masih saja sibuk mengulum kemaluanku di bawah. Nafsuku sudah tidak tertahankan. Kubuka celana dalam Euis, lalu kujilati klitorisnya. Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Kugelitik klitorisnya dengan jari tengahku, dan perlahan kucoba untuk menusukkan jariku itu ke dalam kemaluannya. Euis menghindar, dan berkata pelahan,
"Jangan Kang."
Dia benar-benar masih perawan karena jariku tidak bisa masuk, terhalang oleh otot-otot dinding vaginanya yang terkatup tegang, mungkin karena Euis merasa tidak "nyaman". Euis mendesah tidak karuan, kemudian mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sebelum terhempas diam. Dia sudah sampai di puncak kenikmatannya.
Kutinggalkan Euis telentang diam, kuserang Nyai. Kutelentangkan dia, kutarik celana dalamnya kemudian kujilati kemaluannya. Kepalanya mendongak karena berada di ujung bawah tempat tidur, sedang tangannya sibuk meremas-remas kepalaku yang cepak. Kumasukkan jari tengahku, bisa masuk. Kubengkokkan dan kutelusuri bagian atas kewanitaannya. Aku mencari daerah yang menurut istriku sangat nikmat bila disentuh. Kulihat gerakan perutnya semakin cepat, tanda bahwa titik itu sudah ditemukan. Kujilati klitorisnya sambil jari tengahku menekan-nekan bagian atas kewanitaannya yang hangat, basah dan lembut. Gerakannya semakin liar, semakin liar, sambil mulutnya mendesah kuat. Kuhentikan kegiatanku, lalu kudaki tubuhnya perlahan-lahan. Nyai membuka matanya, terlihat agak kecewa. Tapi itu tidak lama, karena segera kucium bibirnya, dan kutelusuri mulutnya dengan lidahku.
Sementara itu, tanganku membimbing kemaluanku menuju liang kewanitaannya. Kugosok-gosokkan kepala kemaluanku ke klitorisnya, kemudian perlahan dan hati-hati kudorong masuk. Kuku jari Nyai yang agak panjang menancap kuat di punggungku, dan kulihat mukanya meringis seperti menahan sakit. Batang besar dan keras itu sedang berusaha menguak lubang kecil dan sempit, yang sudah sangat basah. Baru masuk tiga perempat, mata Nyai mendelik ke atas, sambil mulutnya mengeluh keras,
"Aaaaaaccchhhh..."
Rupanya lubang kewanitaannya tidak cukup dalam untuk menerima kemaluanku. Kalau kupaksakan, tentu akan menimbulkan kesakitan yang amat sangat.
Jadi kubiarkan sejenak agar otot-otot vaginanya terbiasa, sebelum kegerakkan naik turun. Setiap kali tertancap, Nyai mengeluh keras,
"Aaaaccchhh..."
Aku tidak tahu pasti, apakah itu karena kesakitan atau menahan kenikmatan. Kemaluanku serasa dipijat dan dicengkeram karena sempitnya. Seluruh permukaan batang menggesek dinding gadis muda itu. Lima menit kami bertempur, membuat tubuh mungilnya basah oleh keringat. Kepalanya semakin liar menggeleng kekiri dan kekanan, sambil kukunya mencakar kasar punggungku. Aku yakin pasti menimbulkan luka. Mudah-mudahan bisa sembuh sebelum ketahuan oleh istriku nanti. Dalam keadaan seperti itu, masih sempat aku teringat akan istriku.
Nyai menggelepar kapayahan setelah melepas puncak kenikmatannya, kemudian telentang pasrah menerima terjangan dan tusukan yang semakin lama semakin cepat. Semakin cepat... semakin cepat... semakin cepat, dan dengan denyutan yang keras berirama, kemaluanku memuntahkan lahar putih kental yang banyak, ke atas perutnya. Pikiran jernihku masih bisa menahan untuk tidak ejakulasi di dalam. Akupun ambruk menimpa tubuh Nyai. Kukecup mulut mungilnya sambil berucap,
"Terima kasih Nyai, kamu hebat sekali."
Dia tersenyum, menarik kepalaku, menciumku lalu berujar,
"Ampun Kang, Nyai nggak kuat. Terima Kasih juga."
Aku bangkit berdiri, masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Satu kebiasaan yang selalu kulakukan setiap kali selesai bersetubuh. Kubersihkan kemaluanku yang masih basah oleh lendir. Kepalanya yang merah keunguan, sudah mulai mengecil. Nafsu birahiku sudah lepas seiring dengan lepasnya sperma. Kepalaku serasa enteng, dan mulai bisa berpikir jernih, dan mulai lagi berandai-andai. Pikiran Negatif selalu ada, dan itulah yang mungkin membuatku selalu selamat dalam petualanganku selama ini.
Kembali ke kamar tidur, kulihat keduanya sudah masuk ke bawah selimut. Aku masuk ke antara mereka berdua, kemudian kucium bibir mereka bergantian. Akhirnya berhasil juga aku membawa kalian ke tempat tidur, senyumku dalam hati.
Ternyata ketenanganku hanya bertahan sebentar. Pikiranku langsung tergoda pada Euis yang masih perawan. Aku terbayang nikmatnya pengalaman menembus selaput dara seorang gadis. Sampai saat ini, sudah 4 gadis yang berhasil kuperawani, termasuk istriku. Aku memang keterlaluan. Batang kemaluanku kembali mengeras, besar dan berdenyut. Perlahan kugeser badanku menyamping mengadap Euis. Gadis manis yang seksi ini tengah tertidur dalam damai, sampai tidak sadar kalau tubuh telanjangnya sudah terbuka dari lindungan selimut. Kuperhatikan, payudaranya yang baru tumbuh. Pinggangnya yang ramping dan seksi, bulu kemaluannya yang baru tumbuh sedikit, dan kewanitaannya yang masih sangat rapat. Aku harus mencobanya, tekadku dalam hati.
Perlahan kuelus lembut rambutnya, kemudian kuciumi keningnya, matanya, hidungnya, lalu sampai ke bibirnya. Perlahan kusapu bibir mungilnya yang merekah merah itu dengan lidahku. Terdengar desahan dari mulutnya. Rupanya dia terbangun karena aktifitasku ini. Kulumat mulutnya, yang mendapat perlawanan setimpal darinya. Tangannya yang satu mengelus dadaku, perlahan turun ke bawah. Berani juga anak ini, mungkin belum tau apa akibat yang akan ditimbulkannya. Tangan kiriku mengelus dadanya, kemudian meremas payudaranya. Desahannya semakin kuat. Kipindahkan mulutku perlahan ke dadanya, kemudian kuhisap kuat payudaranya sambil kupelintir putingnya dengan lidahku. Kepalanya mendongak ke atas menahan nikmat.
Kutindih tubuh mungilnya, lalu perlahan kutelusuri tubuhnya ke arah bawah. Pusarnya kujilat membuat Euis menggelinjang kegelian. Kuteruskan penelusuranku semakin ke bawah, sampai ke kemaluannya yang sudah kembali basah. Kujilat klitorisnya yang menonjol keras, membuat kepalanya bergerak liar ke kiri ke kanan. Tidak mau rugi, akupun mengubah posisi hingga mulutnya bisa bermain di kemaluanku. Tapi rupanya dia belum terbiasa, hingga diam saja. Kuantar dia sampai ke puncak kenikmatannya yang pertama, yang membuat Euis memelukku dengan kuat dan berbisik,
"Nikmat sekali kang."
Merasa mendapat "angin", kubisikkan ketelinganya,
"Euis sayang, boleh dimasukkan?"
Dia menatapku lekat-lekat, membuatku ragu. Tapi dengan tidak ada reaksi lainnya, dalam hati kuyakinkan bahwa dia tidak menolak (walaupun tidak mengiyakan).
Akupun kembali bergerilya dengan mulutku, mulai kedua payudara, sampai ke kemaluannya. Kubuat ia hampir sampai puncak selanjutnya, sebelum kuhentikan. Itu adalah satu rahasia kecil untuk membuat seorang wanita ketagihan dan mau menyerahkan segalanya. Saat hampir sampai, hentikan. Seakan dia akan memelas dan mau berbuat apapun agar kita memuaskannya. Kucium bibirnya sambil salah satu tanganku membimbing batang kemaluanku menuju ke liang senggamanya. Euis menatapku lekat-lekat, tetapi tidak berkata apa-apa. Perlahan kudorong, memasukinya. Baru kepalanya, kepala Euis sudah mendongak ke atas, dan mukanya menampakkan kesakitan. Ditembus saja sudah sakit, apalagi dengan batang sebesar itu.
Aku tidak menyerah, perlahan tapi pasti kudorong batang kemaluanku memasukinya. Euis menggigit bibirnya keras, mungkin supaya tidak berteriak. Perlahan tapi pasti, selaput itupun terkuak. Kenikmatan tiada tara kurasakan saat penghalang itu tertembus. Butir air mata terlihat di kedua sudut mata gadisku ini, menandakan kesakitan yang amat sangat. Tiga perempat sudah batang besar dan keras itu masuk, hampir jebol pertahananku karena sempit dan nikmatnya kemaluan Euis. Kuhentikan beberapa saat, sebelum kupompa naik turun. Aku yakin, Euis pasti tidak bisa menikmatinya karena belum terbiasa. Dia hanya telentang pasrah menerima genjotanku.
Akupun tiba-tiba punya ide yang lebih gila, aku ingin ejakulasi di mulutnya. Ide itu membuatku cepat sampai ke puncak. Dan sebelum sempat memuntahkan lahar, kukeluarkan lalu kumasukkan ke dalam mulut mungilnya yang terbuka. Dia kaget, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Tidak lama, akupun memuntahkan cairan kental dan putih itu dalam mulutnya, yang segera dimuntahkannya ke lantai. Segera kupeluk Euis yang menangis terisak-isak, sambil kuciumi dan kuusap ubun-ubun kepalanya. Seprai merah jambu yang berantakan bernoda darah yang lumayan banyak.
"Terima Kasih Euis," kataku.
Dia diam saja, tapi balas memelukku erat. Sementara Nyai tetap tertidur lelap kelelahan. Dari mukanya terlihat kepuasan yang amat sangat. Malam itu, aku menyetubuhi Euis sekali lagi, sebelum kami berdua tidur berpelukan sampai pagi. Dalam pergumulan yang kedua ini, Euis tidak lagi terlihat kesakitan, walau kurasa, dia belum bisa menikmatinya.
Esok harinya, kami baru terbangun saat matahari sudah tinggi. Kupeluk kedua gadisku sambil kutanyakan,
"Mau lagi?"
Euis menggeleng pelan, sedangkan Nyai menjawab ingin, hanya harus pulang. Ya sudah, setelah masing-masing mandi membersihkan diri, kamipun meninggalkan penginapan itu. Pada saat kedua gadisku mandi, diam-diam kusisipkan lima lembar seratus ribuan ke dalam masing-masing tas sekolahnya. Aku sudah membayangkan bagaimana komentar Room Boy-nya saat melihat tempat tidur berantakan dan bernoda darah. Setelah mengantarkan mereka ke rumah orang tua masing-masing, kupacu mobil biru kecilku menuju ke Bandung.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar