Top Comment :

Pacar

Selasa, 08 Desember 2009

Ini kisah keempat saya. Namun kuperkenalkan diri saya lagi, nama saya Henri, kelas 3 SMA di Jakarta. Walaupun saya mempunyai 2 partner sex, sebenarnya saya sudah memiliki kekasih. Nama panggilannya Dee (baca:di). Tentu saja Dee tidak tahu menahu tentang kedua partner sex saya tersebut (Jovie dan Nia). Dee cukup cantik, kulitnya putih, rambutnya hitam lurus dengan panjang seleher. Dan payudaranya berisi dan tidak terlalu besar. Bibirnya tipis dan seksi.

Hubungan kami sudah berjalan 6 bulan. Namun kami tidak pernah berbuat macam-macam, apalagi having sex. Biasanya kami hanya berpelukan, kadang berciuman, namun tidak pernah lebih jauh daripada itu.

Namun suatu hari saat hubungan kami menanjak ke bulan keempat, hubungan kami mulai sedikit “nakal.” Saat itu kuajak dia ke rumahku. Mumpung lagi sepi.
Dee : “Met 4 bulan ya sayang.”
Aku : “I love you honey.”
Lalu kupeluk tubuhnya dengan kedua tangan. Terasa kedua payudaranya yang empuk menempel di dadaku. Lalu kudekatkan bibirku dengan bibirnya. Dan kucium bibirnya yang lembut seperti kapas. Lama-lama ciuman kami semakin hot. Aku mulai memainkan lidahku di dalam bibirnya. Dee pun membalas tidak kalah hotnya. Sehingga lidah kami saling bermain. Hal ini membuat nafsuku semakin naik. Penisku pun sudah mulai menegang saat kami mulai bericiuman tadi. Maka kuemut bibir atasnya, dan Dee pun ikut mengemut bibirku. Sambil tanganku meraba-raba punggungnya. Setelah puas mencium bibirnya. Kucium lehernya. Kujilat perlahan-lahan semua permukaan lehernya. Dan Dee sepertinya senang dengan permainanku ini. Nafasnya mulai tidak teratur. Lalu kuturunkan sedikit kausnya yang bewarna biru sehingga aku bisa menciumi bahunya yang putih, terlihat tali branya yang bewarna putih. Tiba-tiba Dee berkata, “Bentar.” Ternyata Dee menurunkan kedua tali branya ke lengannya. Hal tersebut membuatku semakin bebas menciumi bahunya. Bahu kanan dan kiri kujilati sampai basah. Nafas Dee tetap tidak beraturan.

Lalu kuajak Dee ke kamarku, dan ia menurutinya. Lalu kami berdua tidur di ranjangku. Lalu kucium bibirnya lagi dengan agresif. Dee pun membalasnya dengan mengemut bibirku.

Lalu kulanjutkan ciumanku di perutnya. Kusingkapkan bajunya sedikit, sehingga terlihat perutnya yang putih mulus. Kuciumi pusarnya yang bersih.
Dee : “Ehh, geli Hen.”
Aku : “Tapi enak kan?”
Lalu kulanjutkan memainkan lidahku di pusarnya. Setelah itu kuciumi daerah perut samping. Perutnya menjadi semakin basah akibat ciumanku. Tiba-tiba Dee menyingkapkan bajunya keatas, sehingga terlihat kedua payudaranya yang putih masih terbalut branya yang bewarna putih. Hal tersebut cukup membuatku kaget sekaligus senang. Nafsuku pun semakin naik.
Dee : “Mau cium yang ini?”
Tanpa basa-basi langsung saja kutiban tubuhnya. Kumulai menciumi bagian atas payudaranya. Sementara tanganku meremas payudaranya yang masih terbalut bra tersebut. Lalu kulepaskan ciumanku, kulanjutkan dengan meremas kedua payudaranya dengan kedua tanganku. Kuselipkan jari telunjukku ke dalam branya, sehingga bisa kurasakan pentilnya.

Dee sepertinya sudah mulai terangsang. Wajahnya memerah, dan nafasnya semakin tidak karuan, dan sepertinya dia menikmati remasanku.
Aku : “Rasanya gimana sayang? Enak kan. Aku buka ya kaitan bra kamu.”
Dee tidak menjawabnya, ia hanya tersenyum kepadaku. Kuanggap itu sebagai persetujuannya. Lalu kubangunkan tubuhnya, kubuka kaosnya dan kubuka kaitan branya dari depan. Kulepaskan branya dan terlihatlah kedua payudaranya. Benar-benar indah, itulah yang kupikirkan saat itu. Bahkan lebih indah daripada payudara kedua partner sexku. Payudara Dee benar-benar putih tanpa cacat. Ukurannya 34 B .Dengan putting kecoklatan dengan daerah puting yang cukup besar.

Langsung saja kutindih tubuhnya kembali. Kuciumi payudara kirinya dan tanganku memainkan puting payudara kanannya. Kupelintir-pelintir putingnya dengan lidahku didalam mulutku. Kuemut putingnya sambil memainkan lidahku. Sementara tanganku meremas payudaranya dengan kasar.
Dee : “Ehmmm…Enak, tapi yang lembut donk.”
Aku : “Abis payudara kamu bagus banget sih.”
Dee : “Kamu nafsu ya? Aku baru pernah liat cowo lagi nafsu”
Lalu tanpa menjawabnya kulanjutkan memainkan putingnya. Dan kuremas payudaranya dengan lembut. Namun makin lama nafsuku semakin memuncak. Maka kupercepat gerakan lidahku pada putingnya. Dan kuremas payudaranya semakin keras.
Dee : “Uda Hen, udah, geli banget.”
Lalu Dee menarik kepalaku dari payudaranya dan berkata, “Uda dulu ya,geli ah.”
Seketika perkataannya tersebut membuatku kecewa, namun….
Aku : “Yah…Ya uda de, tapi aku boleh cium punggung kamu gak?”
Dee : “Boleh de, tapi abis itu uda ya.”
Lalu Dee membalikkan badannya ke posisi telungkup. Lalu kumulai ciumanku lagi ke punggungya yang mulus. Setelah itu Dee kembali berbalik ke posisi telentang. Melihat payudaranya lagi membuatku semakin nafsu untuk meneruskan permainanku. Lalu kucium jari-jari tangan Dee yang lentik. Kunaikkan ciumanku ke telapaknya, lalu ke tangannya, ke lengannya, dan kuciumi bahunya lagi, dan kukecup ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Hal tersebut kuulangi ke tangan kanannya. Dee tampak senang, walaupun nafasnya kembali normal.

Lalu kumulai lagi ciumanku dari kakinya. Saat itu Dee mengenakan rok sehingga aku bisa melihat celana dalamnya yang bewarna biru-putih. Penisku semakin tidak tahan untuk berontak. Kunaikkan ciumanku ke betisnya, dan akhirnya kucium pahanya yang mulus, sementara tanganku meraba-raba pahanya yang satu lagi. Kumainkan lidahku di pahanya. Dan sepertinya Dee sudah mulai terangsang kembali, nafasnya menjadi tidak teratur. Tiba-tiba Dee kembali berkata, “Yang disitu jangan diapa-apain ya.(sambil menunjuk kearah selangkangannya)”

Lagi-lagi aku dibuat kecewa, namun karena penisku semakin tidak tahan. Maka tanpa mempedulikan permohonannya, dengan cepat kuselipkan jari telunjuk kiriku kedalam celana dalamnya.
Dee : “Kamu ngapain Hen, jangan!”
Tanpa perduli, dengan cepat kuraba selangkangannya. Dan kutemukan klitorisnya. Langsung saja kuusap-usap jari telunjukku secepatnya dengan maksud agar Dee terangsang dan tidak melarangku lagi.
Dee : “Aghhh…agh…agh…Jangan Hen!”
Nafas Dee semakin tidak akruan dan ia mulai mengeluarkan desahan, namun tetap saja dia melarangku. Namu aku tidak peduli. Kupercepat usapanku dan sepertinya kurasakan vaginanya semakin basah. Semakin kuusap, kuusap, kuusap dan kuusap. Dan Aghhh …. Aghhh ….. Ahhh …..Akhirnya vagina Dee mengeluarkan cairan sangat banyak. Celana dalamnya dibanjiri oleh cairannya sendiri. Kubuka celana dalamnya yang sudah basah.
Dee : “Kamu mo ngapain lagi?!!”
Aku diam saja. Lalu kucium bibir vaginanya. Kuselipkan lidahku divaginanya dan kujilat habis cairan orgasmenya. Vagina Dee benar-benar sesuai seleraku. Bulu kelaminnya tumbuh lebat, namun tetap bersih. Kujilati juga bulu-bulu tersebut sampai basah. Dee terlihat masih merasakan nikmatnya orgasme, sepertinya ia tidak pernah merasakan orgasme sebelumnya. Lalu kumulai lagi jilatanku, kujilati klitorisnya yang bewarna pink.
Dee : “Ehh..heh..Uda Hen. Jangan dimasukkin ya!”
Terus kujilati klitorisnya, kumainkan lidahku di klitorisnya. Sementara jari tanganku meraba-raba vaginanya. Dee pun mulai mendesah kenikmatan kembali
Dee : “Ahh….agh…agh.ah…”
Dan akhirnya keluarlah cairan orgasme kedua Dee. Cairan yang keluar tidak sebanyak yang tadi, namun tetap kujilati dan kutelan habis.

Lalu kubuka celanaku beserta celana dalamnya. Terlihatlah penisku ang sudah berdiri tegak.
Dee : “Mo ngapain Hen? Jangan! Itu paan gede banget.”
Sepertinya Dee baru pertama kali melihat penis laki-laki, Dee tampak begitu kaget sekaligus tampak lelah. Karena tidak tega aku mengurungkan niatku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Dan sepertinya Dee pun tidak akan mau mengOralku. Jadi kuambil tangan Dee, dan kusuruh dia mengocokku.
Aku : “Ok-ok, aku gak bakal penetrasi kamu, tapi kamu harus kocokkin aku.”
Dee : “Kocok apa?”
Aku : “Begini…”
Lalu kusuruh Dee memegang penisku. Pada awalnya dia menolak dan enggan. Namun akhirnya ia menggenggam juga penisku. Tangannya terasa halus di penisku.
Aku : “Sekarang kamu gerakin naik turun ya.”
Dengan agak jijik, Dee menurutinya. Ia mulai menggerakkan penisku naik-turun
Aku : “cepet!”
Dee mulai mempercepat gerakannya. Dan aku mulai merasakan nikmat akibat kocokannya. Aghh..ahh..agg…ah. Nafasku semakin tidak teratur dan terasa spermaku sudah mengumpul di kepala penisku.
Aku : ”Lebih cepet lagi!”
Dan “crotz..crots..crot..crot..crot..Aghh..ahh..” Spermaku tumpah banyak sekali membuat tangan Dee penuh dengan spermaku. Dee terlihat kaget dan jijik.
Dee : “Ini sperma ya??Jorok. Udah kan? Aku mau ke kamar mandi dulu.”
Sebenarnya saya sama sekali belum puas. Namun karena Dee menolak dan sepertinya sekarang dia kelelahan, maka kuantar saja dia pulang.

Setelah mengantarnya pulang, aku mampir dulu ke salah satu mal di Jakarta. Saat sedang jalan-jalan sendirian tiba-tiba aku bertemu Nia yang juga sedang sendirian.
Nia : “Halo Hen, lagi ngapain ke mal sendirian?”
Aku: “ Jalan-jalan aja, lu sendiri ngapain? Sendiri?”
Nia : “ Gw abis beli majalah. Klo gitu kita jalan bareng aja.”
Aku: ”Ok, laper nih, cari makanan yuk.”
Lalu kami makan di salah atu restoran di mall tersebut. Setelah memesan makanan kami mulai berbincang-bincang sedikit. Dan tiba-tiba aku merasakan kaki Nia meraba kakiku.
Aku : ”Nakal lu ya. Haha.”
Lalu aku pun membalas dengan melepas sendalku dan meraba kakinya. Namun kegiatan kami harus terhenti karena makanan pesanan kami sudah datang. Dan kami pun mulai makan. Tiba-tiba aku merasakan kaki Nia meraba-raba selangkanganku dan mengenai penisku. Tentu saja penisku langsung tegang.
Aku : “Uda gak tahan ya?”
Lalu Nia melepaskan kakinya dan kami menghabiskan makanan kami. Setelah makan kami mengobrol sebentar sampai akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

Kemudian saat di dalam mobil, di parkiran, kami berciuman dan berpelukan sebentar. Setelah kami keluar dari parkiran, tangan Nia mulai “nakal”. Ia meraba-raba penisku.
Aku : “Dasar lu.. Di rumah lu sepi gak?”
Nia : “Sepi kok. Mank kenapa?”
Aku : “Pura-pura gak tau lu.”
Setelah beberapa waktu akhirnya kami sampai di rumah Nia. Kami pun langsung masuk kedalam. Ternyata memang sepi dan tidak ada orang lain selain kami. Di ruang tamu karena sudah tidak tahan langsung saja kutarik tangannya. Kuremas kedua payudaranya. Lalu kucium bibirnya dengan nafsu. Lalu kubuka bajuku dan Nia juga membuka kaus hitamnya. Lalu kucium lagi bibirnya. Kurasakan lidahku bertemu dengan lidahnya. Sementara tanganku meremas payudaranya yang masih tertutup oleh branya yang berwarna pink. Lalu kucium lehernya. Dan kucupang bagian leher bawahnya.
Nia : “Ahh.. sakit…pelan-pelan hen.”
Lalu kukecup pipinya sambil berkata, “Sori-sori.”

Lalu Nia membuka kaitan Branya dan melepaskannya. Payudaranya yang montok terlihat menantang. Langsung saja kuburu payudaranya. Kumainkan putingnya dan kuremas payudaranya. Lalu kubuka celana dan celana dalamku. Kubuka juga celana jeans Nia beserta celana dalamnya yang berwarna pink. Kali ini terlihat bulu-bulu pendek tumbuh di kelaminnya. Lalu kurebahkan Nia diatas sofa dan kutindih tubuhnya. Kuciumi lagi payudaranya yang montok. Sementara penisku mulai mencoba memasuki vaginanya. Dan akhirnya bless…blesss…Penisku mulai masuk ke vaginanya yang sudah mulai basah. Kulepaskan ciumanku di payudaranya. Lalu kugerak-gerakkan pantatku, maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur. Lalu kuciumi lehernya. Suara desahan Nia semakin mengeras, membuatku penisku semakin tidak tahan. Lalu kuciumi bibirnya dan kupercepat gerakanku. Maju-mundur, maju-mundur. Cepat, cepat,cepat… Dan akhirnya terasa penisku dibanjiri oleh cairan orgasme Nia. Aku pun juga ingin keluar. Langsung saja kutarik penisku dari vaginanya, dan kutumpahkan spermaku keatas perutnya,” crot..crot..crot..crot..”

Setelah itu Nia mengajakku ke kamar mandi
Nia : “Mandi bareng yuk.”
Aku: “Dengan senang hati.”
Di kamar mandi Nia menyalakan air dan mengisinya dengan sabun di bathtub. Sementara itu kami berciuman sambil menunggu airnya penuh. Setelah penuh kami masuk ke dalam bathubnya lalu aku mulai mencumbui Nia yang posisinya ada di bawahku. Ini pengalaman pertama kali bagiku, bercumbu di bathtub.

Kuciumi bibirnya. Kuremas-remas payudaranya yang penuh busa. Nia mulai mengeluarkan desahannya. Lali ia pindah ke posisi atas dan membelakangiku. Sementara tanganku masih meremas-remas payudaranya. Nia memegang penisku yang sudah mulai tegak kembali. Lalu dikocoknya sebentar penisku. Dan akhirnya penisku kembali berdiri tegak. Dimasukkannya penisku kedalam vaginanya. Terasa licin, mungkin karena busa dan cairan vagina Nia, membuat penisku mudah masuk. Lalu Nia mulai menggerakkan tubuhnya, naik-turun, naik-turun, naik-turun, naik-turun, naik-turun. Dan Nia melakukannya dengan cepat. “Aghhh..agh..ah…Gw uda mo keluar.. dikit lagi…” Lalu Nia semakin mempercepat gerakannya menjadi sangat cepat, membuatku juga ingin keluar, namun kutahan dengan menggunakan pernapasan perut. Dan akhirnya…” Aghhh..agh..ahhhhhh…Enak.” Nia mencapai orgasmenya yang kedua. Namun aku kugerakkan lagi pantatku naik-turun, naik-turun, naik-turun sangat cepat. Dan “crot..crot..crot..” Kubiarkan penisku menumpahkan sperma di dalam vaginanya.

Setelah itu kami berdua merasakan kelelahan. Setelah membersihkan diri, aku memutuskan pulang ke rumahku. Sebelum pergi aku berkata kepada Nia, “Thanks banget ya, kamu memang benar-benar nikmat.”

0 komentar:

Posting Komentar

cerita atah-atah

About This Blog

  © Blogger template Noblarum by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP