Ida, teman kekasihku
Selasa, 08 Desember 2009
Ini adalah kisah pengalamanku bersama seorang gadis cantik, yang sebut saja namanya Ida. Aku pertama kali mengenalnya ketika aku diajak pergi ke rumahnya oleh kakakku. Waktu itu kulihat dia mengenakan kaos oblong yang cukup ketat berwarna hijau dan sebuah celana pendek jeans.
"Hm.., cukup seksi juga ni anak." batinku.
"Ida, ini adikku, Doll." kata kakakku.
Aku langsung menjabat tangannya. Ternyata tangannya halus juga.
"Mbak, yang bener, masa ini adik Mbak? Kok agak beda?" katanya.
"Wah, kelihatan beda ya..? Emang kok semuanya bilang kalo adikku ini beda dengan aku, ya? Padahal ini adik kandungku lho..," kata kakakku.
"Wah! Sialan juga ni anak. baru kenal udah bilang kayak gitu." batinku rada dongkol.
Memang sih, kalau dilihat-lihat aku agak berbeda dengan Mbakku, tapi itu kan wajar, karena dia cewek, dan aku cowok. Apalagi aku lebih tinggi sekitar 20 cm, sehingga kalau aku jalan bareng dengan kakakku sulit dicari mana kakak, dan mana adik.
Aku adalah serang cowok dengan tinggi 175 cm dan berat 68 kg. Kata orang sih aku emang tidak terlalu ganteng, tapi manis. Biar begitu, aku banyak yang ngantri lho... (he he). Aku sempat mencuri pandang ketika dia sedang asyik ngobrol dengan kakakku. Kulihat anaknya lumayan. Wajahnya manis, dan juga dapat dibilang cantik. Yang bikin tambah menarik adalah body-nya itu lho. Bikin nggak tahan! Payudaranya yang cukup montok, ukuran sekitar 35A. apalagi dengan kaosnya yang ketat itu. Wah, bikin hati orang deg-degan melihatnya. Pahanya juga tidak kalah seksi. Dengan dibalut sebuah celana pendek jeans yang ketat, benar-benar memperlihatkan paha yang putih mulus dan pinggul yang benar-benar seksi.
Ketika aku menatap wajahnya, dia malah sedang menatapku, sehingga kami beradu pandang selama beberapa saat, membuatku tambah grogi.
"Ada apa Doll? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" katanya.
Aku langsung salah tingkah, apalagi penisku sudah mulai mengeras.
"Huu, dasar ini si Doll. Nnggak bisa ngeliat cewek mulus sedikit aja, langsung deh matanya jelalatan!" kata kakakku.
"Abisnya kalian asyik ngobrol sendiri. Aku jadi nggak ada kerjaan deh." kataku memberi alasan.Ida hanya tersenyum saja, "Ya udah.., kamu ikutan ngobrol bareng kita disini."
Begitulah, kemudian kami larut dalam obrolan kami. Dari situ kuketahui bahwa dia adalah seorang mahasiswi teknik lingkungan yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, angkatan 2001 (mahasiswa baru), satu kampus dengan kakakku. Itulah sekilas tentang pertemuanku dengan Ida, seorang cewek yang memberi sebuah pengalaman tentang sex.
Ketika aku hendak mudik bareng kakakku, aku sempat kaget dengan seorang gadis manis yang berdiri di terminal bus. Ternyata gadis itu adalah Ida. Dia membawa sebuah tas ransel dan sepertinya dia hendak bepergian juga. Ketika ditanya, ternyata dia ingin ikut kami pergi ke kota kelahiran kami. Wah, pucuk dicinta ulam tiba, batinku.
"Aku bosan berada di yogya, panas dan sumpek! Aku pengen ke kotamu. Sekalian refresing menenangkan pikiran sehabis ujian. Bolehkan?"
"Tentu boleh dong, asal entar jangan nyesel. Soalnya kotanya kecil." kataku.
Dan ternyata kakakku juga tidak keberatan. Maka jadilah kami bertiga mudik bersama.
Sepanjang perjalanan kami ngobrol bersama. Ternyata dia lagi marahan dengan pacarnya. Oleh karena itu dia sengaja kabur untuk menghindari ketemu dengan cowoknya itu.
"Jangan-jangan, kamu ikut dengan kami tanpa seijin dia dulu, ya?" kataku yang sebenarnya kecewa berat karena dia sudah punya pacar, padahal aku akan bahagia banget kalau dia mau jadi pacarku.
"Ah..! Ngapain ngomong-ngomong dulu sama dia. Emang dia bosku apa, sampai ngatur-ngatur aku..!" katanya.
"Setuju..!" kata kakakku ikutan ngomong.
Begitulah, tanpa terasa kami sampai juga ke tempat tujuan.
Begitu sampai di rumah, aku langsung masuk kamar dan tertidur lelap. Hari esoknya kami bertiga keliling-keliling kota dan bersenang-senang. Kami jalan-jalan di sepanjang pantai sambil mejeng, siapa tahu dapat gandengan. Kami berada di kota kelahiranku selama empat hari. Hari terakhir kami putuskan untuk berada di rumah saja, untuk mengisi tenaga buat perjalanan kembali ke Yogja, karena hari-hari sebelumnya sudah kami isi dengan jalan-jalan ke seluruh tempat wisata di kota kelahiranku.
Pagi itu aku bangun agak kesiangan. Keadaan rumahku pagi itu sangat sepi. Aku melihat kakakku sedang tertidur di sofa. Kedua orangtuaku sedang pergi ke kantor masing-masing seperti biasanya. Aku langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Ketika aku membuka pintu kamar mandi, aku sangat kaget ketika melihat Ida yang ternyata juga sedang mandi. Ida juga sangat kaget, apalagi saat itu dia sedang asyiknya membersihkan kemaluannya. Aku saat itu hanya bisa terbelalak melihat tubuh mulusnya telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya yang aduhai itu.
Aku melihat kedua gunung kembar yang montok dan kencang yang tidak pernah tersentuh tangan jahil, putih mulus dan mengkilat indah sekali, dengan kedua puting susu kecoklatan. Aku menurunkan pandanganku ke bawah, sehingga melihat dua buah bukit yang ranum merekah kemerah-merahan yang di atasnya ditumbuhi bulu-bulu halus bagaikan hutan cemara, membuatku sangat tegang dan tidak kuasa menahan hawa nafsu yang demikian besar. Aku langsung masuk ke kamar mandi dan menubruknya. Aku memeluknya dengan erat lalu mulai menciuminya secara bertubi-tubi. Ida meronta-ronta dengan perlakuanku itu.
"Doll..! Apa yang kau lakukan..? Jangan..! Uugh..! Lepaskan..! Kalau tidak, aku akan teriak..!"
Ida meronta-ronta sambil berusaha mendorongku untuk lepas dari pelukanku. Tapi usahanya sia-sia, karena aku terus mendekapnya sekuat tenaga, sambil tanganku membungkam mulutnya takut kakakku bangun.
"Tenanglah Ida! Orang lain tidak akan tahu, karena hanya kita berdua saja yang ada di rumah ini. Sedangkan kakakku sedang tertidur pulas. Salahmu sendiri tidak mengunci kamar mandi." kataku sambil terus memeluknya dan membungkam mulutnya dengan mulutku.
Ida yang tadinya terus meronta-ronta, akhirnya pertahanannya agak mengendur dan membalas ciumanku. Ciumannya tidak kalah dahsyat dengan ciumanku sambil memelukku dengan erat. Akhirnya kami berdua melumat bibir kami selama beberapa lama. Sambil melumat bibirku, Ida lalu mulai mengangkat kaosku dan menurunkan celana pendekku. Aku yang belum puas melumat bibirnya lalu kulanjutkan dengan menciumi lehernya dan kujilati bagian belakang telinganya.
"Aa... ah.. sst.. aahh..!" desahnya, membuatku semakin terangsang.
Kemudian aku menurunkan kepalaku, lalu kupandangi dua buah payudara yang sudah kencang, yang kelihatan sangat menantang untuk dibelai. Aku langsung mendaratkan bibirku pada belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraih kedua gunung kembar itu lalu kujilati kedua putingnya bergantian kiri dan kanan sambil meremas-remas payudara yang satunya. Puting susu itu kupelintir dengan mulutku sambil menghisapnya, dan sesekali menggigitnya perlahan, seperti yang kulihat di film-film porno. Perlakuanku ini membuat payudaranya menjadi sangat kencang dan membuat tubuh Ida menggelinjang tidak karuan sambil terus mendesah menahan nikmat.
"Aahh... sst.. aah.. enak sekali Doll... aahhh..!"
Aku tidak menghiraukan desahan menahan nikmatnya Ida, dan terus melakukan aksiku yang menggebu-gebu. Kemudian kuturunkan kepalaku sehingga wajahku tepat berada di depan vagina Ida. Kucium perlahan-lahan, segar sekali baunya.
"Aaahh... Doll..!" desahnya sambil mengangkat pantatnya.
Aku lalu membuka celah di antara kedua bukit dengan menggunakan kedua jari telunjuknya. Disitu kulihat vagina Ida yang dindingnya berdenyut-denyut sambil mengeluarkan cairan. Kusentuh cairan itu, agak lengket. Lalu aku menjulurkan lidahku ke dalam liang vaginanya, lalu kusapu seluruh permukaan dinding kemaluan Ida dengan lidahku, membuat Ida menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan sambil tangannya menjambak rambutku dan menekan kepalaku seakan-akan tidak pernah akan melepaskannya.
Matanya merem melek menahan nikmat, dan mulutnya tidak henti-hentinya mendesah.
"Aah.., sstsst... mmhhh... aahh... sst! Ya.., disitu Doll..! Eennaak.. Doll..! Geli.. tapi enak..! Mmmh..!" desahnya ketika kujilati daging yang timbul sebesar kacang kedele di dalam vaginanya, yang baru-baru ini kuketahui namanya klitoris.
"Enak ya, Ida. Vaginamu enak rasanya, Da..!" kataku yang terus menjilati liang vaginanya.
Sesaat kemudian tubuh Ida menggelinjang semakin cepat.
"Oohh.., Doll..! Aku mau keluar, aku tak tahan lagi.., aooh.. sst aah..!" Ida mendesah panjang, dan dari dalam kemaluannya keluar cairan bening yang cukup banyak, sehingga masuk dan tertelan olehku.
Aku cukup kaget karena belum pernah menelan cairan tersebut. Ternyata rasanya enak juga. Aku sudah dari tadi menahan tegangku ini, dan adik kecilku ini sudah menegang dan mengintip dari balik celana dalam. Langsung saja aku melepas CD-ku dan meminta Ida untuk berbaring di bathub. Semula Ida ragu ketika matanya melotot melihat penisku yang besar dan panjang itu. Penisku itu memang ukurannya diatas rata-rata.
Aku yang sudah tidak tahan lagi untuk merasakan hangatnya liang vagina seorang perempuan, lalu merebahkan tubuh bugil Ida di atas bathub, dan membuka kedua pahanya leber-lebar. Seketika itu aku melihat kedua bukit yang kemerah-merahan merekah membuatku semakin terangsang untuk menyeruaknya dengan batang kemaluanku ini. Kemudian kusejajarkan tubuhku dengan tubuhnya sambil mengarahkan kepala penisku ke liang vaginanya. Kusentuhkan kepala penisku dengan vaginanya, rasanya hangat.
"Pelan-pelan ya, Doll..!" katanya dengan pandangan yang memelas.
"Tentu dong, Sayang..!"
Kemudian kutekan tubuhku pelan-pelan, ternyata susah sekali untuk dapat masuk. Entah berapa kali penisku terpeleset. Aku sampai kehabisan akal, sempit sekali vaginanya. Tapi aku langsung mendapat ide dengan melumasi penisku dengan sabun. Ida hanya memandangiku sambil tersenyum geli.
Kemudian kucoba lagi mengarahkan penisku, lalu menekannya pelan tapi pasti, ternyata berhasil. Ujung kepala penisku sudah masuk sedikit sekali. Kulihat dia meringis, kutahan sampai dia tidak meringis lagi. Lalu kutekan lagi, nah sepertiganya sudah masuk. Dia meringis lagi. Lalu kutarik perlahan, kutekan, kutarik, kutekan perlahan dengan penuh perasaan tapi pasti. Kulihat sudah setengahnya masuk.
"Aduuhh.. caakit, Doll.., sst... uhh..!" jeritnya.
Aku juga merasa ngilu pada penisku. Lalu kudiamkan sebentar, kemudian kutarik perlahan-lahan, maju-mundur sambil kuciumi lehernya dan belahan dadanya.
"Ahh... eennakk... terrusss... Doolll... aahhh.. ohhh.. sshhsh... yang daallaamm... Doll..!"
Kemudian langsung kutekan dengan sekuat tenaga, sehingga penisku ini masuk dan seperti menembus sesuatu, "Bless..."
"Aduhh.. sakiitt.. duuhh..!" teriaknya, tapi langsung kubungkam mulutnya dengan mulutku dan melumat bibirnya dengan penuh perasaan sayang, takut kalau teriakannya itu membengunkan kakakku yang sedang tertidur.
"Duhh.. Dooll.. pelan-pelan dong.., kan sakit, adduhh..!" katanya dengan suara yang lirih.
Aku kasihan padanya. Kemudian aku menciumui bibir, leher dan payudaranya untuk menghilangkan rasa sakit yang dialami oleh Ida akibat selaput daranya berhasil kurobek. Kemudian Ida mulai tenang dan mendesah nikmat, dan tangannya mendekapku dengan erat.
Lalu aku mulai menarik penisku dan menekan perlahan-lahan sekali.
"Ahh... ennakk.. Doll... terus..! Ahhh.. oohhh..!" desahnya.
Aku menekan pantatku maju mundur, dan terasa vaginanya semakin licin, sehingga aku semakin leluasa menggerakkan penisku semakin cepat. Terasa vaginanya berdenyut-denyut seperti memijat penisku, dan tidak mau lepas ketika kutarik. Sungguh luar biasa nikmatnya. Aku semakin mempercepat gerakanku dan kurasakan vaginanya semakin becek. Demikian juga Ida, mulai mengimbangi gerakanku. Dia menjepit pinggangku dengak kedua pahanya dan bergerak naik turun. Pantatnya sesekali bergerak ke kiri dan ke kanan sehingga penisku seperti terpelintir rasanya. Kepalanya juga bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan sambil terus mandesah.
Kulihat payudaranya bergerak naik turun, sehingga langsung kulumat kudua susu yang semakin besar dan keras itu.
"Aahh... terruss... Dooll..! Terus..! Yang daleemm.., aahh... oohh... nikmat... oh... shsshh... aahhh..!" desahnya tidak karuan.
Gerakan kami yang sangat erotis itu mengeluarkan bunyi becek yang membuat kami semakin menggebu-gebu untuk melampiaskan seluruh nafsu birahi kami yang sudah memuncak.
"Cleepp... cleeepp.. blueess... crott.. clepp.." kurang lebih begitulah bunyinya.
Kami terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan sampai keringat membasahi kedua tubuh bugil yang sangat erotis. Akhirnya setelah lima belas menit, Ida semakin cepat gerakannya dan jepitannya semakin kuat.
"Aku mau keluar... nih Dooll... sudah tak tahann.., aahhh..!" dia melenguh panjang sambil mendongak ke atas sambil menekan pantatnya keras-keras.
Kemudian dia terkulai lemas di sisi bathub, tapi tangannya masih memelukku. Dia hanya dapat mendesah dan matanya merem-melek menahan nikmat ketika penisku kuhunjamkan, sambil dadanya naik turun.
Aku kemudian mempercepat gerakanku. Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan kalau penisku akan memuncratkan sesuatu.
"Aku mau kkeluar nih Iddaa..!" kataku.
Aku kemudian hendak menariknya, tapi dia menahan sambil menjepit dengan pahanya. Dan kembali merangkulku dengan erat.
"Ayoo... keluarkan.. sajaa.. Dooll.. nggak.. pa-pa... ahh..!" katanya menahan nikmat.
Karena sudah tidak tahan lagi, langsung kumuncratkan air mani ke dalam liang vaginanya.
"Oouughh... ahhh..!" desahku menahan nikmat yang tiada duanya di muka bumi ini.
"Crottt.. Crott... serr..!" sekitar 6 atau 7 kali lahar panas membasahi liang vagina milik Ida, sampai ada yang meleleh keluar vagina yang tidak mampu menahan seluruh air maniku.
Sejurus kemudian kami berdua terkulai di bathub kelelahan. Kemudian aku membuka keran dan membasuh tubuh kami dengan air yang segar sekali rasanya. Lalu kami pun mandi bersama. Kubasuh tubuh mulus Ida dan kusabuni dia dari atas sampai ujung kaki. Kusabuni kedua payudaranya yang montok itu sambil kuremas-remas, sehingga kembali mengencang.
"Idih.. dari tadi kok cuma kamu yang aktif Doll, aku juga pengen dong..!" pintanya.
Dia lalu menyabuni penisku sambil mengocoknya, sehingga mulai mengeras dan tegak berdiri di depan wajahnya. Matanya melotot melihat burungku itu.
"Wah.., besar sekali burungmu ini Doll... pantas saja aku tadi terasa sangat sakit dan perih..!" katanya sambil terus mengelus-elus penisku itu.
"Tapi nikmat sekali kan kalo sudah masuk..?" kataku.
"Iya.., enaknya bukan kepalang..!" timpalnya.
"Apalagi kalo kamu menghisapnya. Aku akan sangat suka sekali." kataku.
Kemudian dia terdiam sambil menatap burungku itu. Dan disiramnya burungku itu dengan air, kemudian mulai menciumnya dan diteruskan dengan menjilati kepalanya, ke batang kembali ke kepala. Kemudian dia mengemut biji kemaluanku. Uuhh.., nikmat sekali rasanya. Dan dilanjutkan dengan megulum kepala penisku.
"Aahh... oohhh... enak sekali.., terus Ida..!" desahku keenakan ketika penisku dikulumnya.
Dia seperti anak kecil yang asyik mengulum permen. Kemudian dijilatinya batanganku sampai ke bawah. Kadang-kadang diurut menggunakan gigi, disedot, wah seperti melayang-layang aku dibuatnya.
Kemudian dia menatapku sambil membuka mulutnya lebih lebar, dan mulai memasukkan penisku dan berusaha menelannya. Lalu maju-mundur sambil terus menatapku, sabil menghisapnya. Persis seperti adegan di vcd-vcd porno.
"Aahh... nikmat... nahh.. begitu.. terus Ida.. yang kuat..!" kataku.
Lama-kelamaan hisapannya semakin kuat. Aku memegang kepalanya dan menekan untuk menelan lebih dalam lagi. Hebat juga. Hampir seluruh penisku masuk ke mulutnya. Tapi kemudian dia tersedak, tapi tidak berhenti menghisap penisku maju mundur, semakin kuat.
Aku tidak tahan dengan gerakannya itu, lalu muncratlah air maniku ini untuk yang kedua kalinya.
"Crrott... croot.. swerr..!" karena saking banyaknya, sampai tidak muat di mulutnya, dan sampai tertelan olehnya.
"Gimana rasanya Ida, enak..?" tanyaku.
"Enak juga.. agak asin." katanya sambil terus berusaha menelannya.
Aku kasihan melihatnya, sehingga kubantu dengan melumat bibirnya.
Setelah mandi bersama, kami menuju kamar masing-masing dan tertidur lelap. Sampai sekarang kejadian itu hanya kami saja yang mengetahuinya. Dan sekarang di Yogja kami sudah resmi berpacaran dan sering mengulanginya baik di kontrakkanku maupun di rumahnya, bila rumahnya sepi.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar